Critical Point

13.7K 2.1K 131
                                    

Saat Jaemin tiba di rumah sakit keesokan harinya, sedang terjadi krisis di stase bedah.

"Benar, Dok. Pasien donor baru terkonfirmasi pagi ini. Sesuai dengan kondisi pasien Choi. Oleh sebab itu, jika cepat, kita bisa melakukan operasi siang ini." Seorang residen senior mengonfirmasi.

"Tapi saya ada jadwal dengan pasien yang sudah lama menunggu operasi. Jadwal saya padat sampai besok," Dokter Jung Jaehyun berkata.

Akhirnya semua pandangan terhenti ke arah Dokter Jeno yang sudah lebih dulu mengantungi bolpoinnya. "Saya yang akan melakukan operasi. Saya hanya punya satu operasi nanti malam. Jadwal praktik saya bisa dipersingkat."

Semua orang bernapas lega mendengarnya. Sudah jadi rahasia umum jika Dokter Jaehyun berhalangan, Dokter Jeno akan menggantikannya. Biar bagaimanapun, Dokter Jaehyun masih senior Dokter Jeno.

"Kita tetap butuh orang untuk menjemput organ dari rumah sakit daerah. Saya nggak bisa karena ada jadwal konsultasi. Dokter-dokter residen akan lebih banyak mendampingi profesor."

Semuanya terdiam, berpikir keras sebab mereka baru sadar hari ini semua orang di stase bedah sedang sibuk-sibuknya.

"Saya... bisa, Dok." Akhirnya Jaemin memberanikan diri mengacungkan tangan. Semua pandangan langsung terarah padanya. Namun ia tahu ia benar. Ia tak punya jadwal sepadat dokter residen, apalagi para profesor. Dokter madya akan sibuk menangani berbagai kunjungan yang terbengkalai karena Dokter Jaehyun dan Dokter Jeno akan berada di ruang operasi selama seharian.

Sementara sebagai dokter magang, ia belum diperbolehkan memberikan tindakan besar kepada pasien. Selain itu, ia juga tak harus mengekori profesor seperti dokter residen. Ia adalah satu-satunya harapan di stase bedah agar operasi pasien Choi berjalan langsung.

Dokter Jeno menatap Jaemin lekat-lekat. Meski pembicaraan dengan Mark masih terngiang di kepalanya, tapi ia menelaah segala kemungkinan agar bisa memperlakukan Jaemin seobjektif mungkin.

"Kamu yakin?" tanya Dokter Hendery, sedikit melirik Dokter Jeno. Meski Dokter Jaehyun adalah yang paling senior di antara mereka, Dokter Jeno adalah pembimbing magang Jaemin di stase bedah. Ia yang punya kuasa untuk menentukan apakah Jaemin layak mengemban tugas besar itu.

"Saya setuju." Dokter Jaehyun akhirnya berkata. "Dokter Jaemin, kamu hanya perlu menandatangani serah terima dan berada di ambulans sepanjang waktu untuk memastikan organ diantar dengan baik dan cepat. Efisien."

Jaemin mengangguk mantap. Ia sudah pernah menemani Dokter Hendery mengambil organ dari pusat donor. Tapi kali ini, ia sendirian dari stase bedah.

"Dokter Yeonwoo akan menemani kamu. Jangan khawatir." Dokter Hendery menghibur.

Jaemin kembali mengangguk. Ia senang karena mendapat tanggung jawab untuk menjalani tugas perdana. Semangatnya membuncah dan ia bertekad untuk tidak mengacaukan hal ini.

"Baik, Dok." Jaemin tersenyum ke arah Dokter Hendery yang menyemangatinya.

"Kamu tahu, kan, ini hal yang penting?" suara dingin Dokter Jeno terdengar.

Jaemin menelan ludah. Ia harus menunjukkan kesiapannya di hadapan Dokter Jeno. Tanpa persetujuan Dokter Jeno, ia takkan bisa melakukan tugas itu. "Saya mengerti, Dok."

"Kamu hanya perlu mengambil organ. Mengerti? Berhasil tidaknya operasi bergantung padamu. Saya akan berkoordinasi dengan petugas ambulans untuk memastikan waktu tempuh perjalanan kamu sehingga pasien bisa langsung mendapatkan transplan begitu kamu tiba. Ingat, Na Jaemin, saya tidak ingin mendengar kata maaf hari ini."

Don't Get Sick | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang