Ternyata, merawat Mrs. Lee tidak semudah yang dibayangkan Jaemin. Meski tidak histeris, wanita itu masih tampak waspada kepada semua orang dan menolak dirawat selain oleh Dokter Yangyang dan Dokter Xiaojun. Heejin yang hendak memeriksa infus saja langsung diusir tanpa aba-aba.
Kesal, Heejin kembali ke doctor's lounge dengan bersungut-sungut.
"Siapa, sih, dia? Songong banget jadi pasien." Semua dokter memang memegang kode etik, tapi berhadapan dengan Mrs. Lee membuat mereka tak urung mengurut dada dan saling menumpahkan kekesalan.
"Katanya anaknya dokter bedah juga."
"Dokter Jaemin kayaknya kenal, ya?"
Jaemin mengangkat wajah dari hpnya. Ia tersenyum tipis sebelum keluar, kembali mencoba menghubungi nomor Jeno. Tapi tidak aktif. Jaemin menduga kekasihnya itu sedang berada di ruang emergency atau sedang melaksanakan operasi.
Mr. Lee selaku nomor darurat Mrs. Lee sudah dihubungi dan berkata baru akan tiba dalam waktu satu jam karena ia sedang berada di sebuah teluk tak jauh dari kota mereka. Jaemin bahkan tak bertanya apa yang lelaki itu lakukan di tempat terpencil seperti itu.
Ia duduk di ruang tunggu, menggigit bibir. Sedikit menyesal rasanya harus meluapkan amarah kepada Mrs. Lee yang tengah dilanda musibah. Tapi biar bagaimanapun, ucapan wanita itu tadi sangat tidak sopan dan Jaemin selalu menjunjung rekan-rekan dan seniornya tinggi-tinggi.
Ia sudah kenyang dengan segala bentuk makian dari sesama dokter tapi belum pernah sekalipun menemui pasien yang bertingkah seperti Mrs. Lee. Belum lagi pertemuan pertama mereka semalam yang tak bisa dibilang berjalan mulus.
Jaemin memejamkan mata, mencoba menyadari konsekuensi tindakannya. Ia sudah bisa menebak bahwa setelah ini Mrs. Lee akan semakin menguatkan ketidaksukaannya pada Jaemin dan menolak hubungan Jaemin dan Jeno.
"Jaemin?"
Ia mendongak dan bersitatap dengan Shotaro yang tampak khawatir. "Kamu nggak apa-apa?"
Jaemin mencoba tersenyum. "Kenapa, Taro?"
"Pasien itu... minta ketemu kamu." Meski Shotaro tidak menyebut nama dengan spesifik, Jaemin tahu siapa yang dimaksud.
"Aku?" Aku kira dia nggak mau lagi melihat mukaku.
Shotaro mengangguk. "Dia sudah jauh lebih tenang, apalagi setelah dirawat. Lalu dia menanyakan kamu. Kamu kenal dia, Jaemin?"
"Ya..." jawab Jaemin bimbang.
Maka ia pun berjalan ke ruang rawat inap Mrs. Lee dengan diantar Shotaro. Mrs. Lee sudah berada di ruang VIP. Tentu saja ruang VIP di rumah sakit daerah berbeda dengan NC Hospital. Meski nyaman, tak ada kemewahan berlebihan di dalamnya.
Jaemin perlahan memasuki ruangan.
"Anda ingin menemui saya?" akhirnya Jaemin memberanikan diri.
Mrs. Lee, yang kening dan sikunya sudah dibalut perban dan lebih rapi daripada penampilannya tadi, menatapnya lekat-lekat. Ia mengedik ke arah kursi. "Duduk."
"Ada yang bisa saya bantu? Atau ada penjelasan Dokter Xiaojun yang perlu diulang?" Jaemin mengabaikan perintah Mrs. Lee. Ia ingin menunjukkan bahwa dirinya tidak akan bisa diperintah oleh siapapun, meski itu ibu kekasihnya sekalipun.
Pembangkangan ini membuat Mrs. Lee berdecak tak puas.
"Sudah kuduga. Anak seorang petani sepertimu takkan mengerti sopan santun saat bertemu dengan–"
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Get Sick | NOMIN
FanfictionSewaktu pertama kali tahu kalau dia bakal jadi menjalani internship di NC Hospital, Na Jaemin tahu bahwa jalannya menjadi dokter tidak akan mudah. Meski begitu, ia yakin kalau dengan semangat dan kegigihan yang ia punya, ia bisa menjadi dokter spesi...