Hari menjelang malam matahari berganti senja langit cerah berganti awan yang kini nampak kian menggelap. Semua orang berlalu lalang di jalan kota padat penduduk seperti ibu kota saat ini. Saat orang-orang sibuk dengan urusanya . Ada yang bercanda dengan rekan kerja, ada yang bercanda dan tertawa dengan temannya di samping zebra cros .
Mobil hitap mengkilap itu terpakir cantik di dalam gedung tertinggi di ibu kota, dengan setelan jas biru Dongker . Pria yang memakai jam tangan bermerek di dunia itu berjalan keluar di ikuti dua bodyguard di kanan kirinya . Dia menyapa seseorang satpam di dekat lift khusus di gedung megah itu dengan menunduk ramah . Dan satpam itu membalasnya sama dengan senyuman bahagia. Pria paru baya itu mungkin biasa dengan sapaan seperti itu . Kedekatan di antara keduanya begitu jelas .
Leonard sampai di depan apartemennya dia masuk setelah menempelkan kartu akses masuk. Dan kedua bodyguard nya menunggu di depan pintu. Leonard mengecek tempat tinggalnya begitu rapih, bau makanan tercium dari pintu masuk .dan dia bergegas ke dapur untuk melihat namun dia terhenti di sebuah sofa besar dekat jendela yang menunjukan ke indahan ibu kota dari atas gedung yang mereka tempati.
" Apa wanita ini menungguku". Gumam Leonard . Dia mendekat pada Laras yang pulas tidur karna kelelahan. Buku yang dia baca terjatuh tanpa dia sadari. Leonard memumut buku itu dan menaruh di atas meja. Lalu dia terpokus pada wajah tenang Laras yang tidak memakai bedak sedikitpun.
Tangan Leonard perlahan terangkat nalurinya begitu aneh. Otak dan tubuhnya tak selaras saat ini. Otaknya selalu berkata jika dia tidak akan luluh dengan wanita di depannya, tapi tubuhnya malah ingin menyentuh pipi tirusnya dan ingin membelai wajah tenang Laras di depannya. Sebelum leonard menyentuh pipi Laras. Dia menahannya dan pergi begitu saja tanpa membangunkan Laras. " Hampir saja aku melakukan hal bodoh ". Ujar Leonard yang sedang berjalan ke kamarnya.
Laras menguap dan merentangkan tanganya dia bangun dari tidurnya . " Apa pria itu sudah pulang ". Ucap Laras hendak pergi ke dapur untuk mengecek masakan yang dia buat beberapa jam yang lalu. Lalu tanpa dia sadari Leonard tengah memperhatikan gerak geriknya di meja makan.
Aaaakkkh!
Teriak Laras melihat Leonard yang juga melihatnya yang akan meminum air mineral yang dia ambil dari lemari pendingin. Tumpahlah air itu di bajunya . " Oh. Astaga... Kenapa kau ada di situ ". Geram Laras dengan terus sibuk membersihkan tubuhnya yang tersiram air . " Membuat orang jantungan , anda ingin saya mati disini ". Ujar Laras marah . Berdiri menatap sengit Leonard yang dengan santainya memakan masakan Laras .
" Kau saja yang bodoh . Jika ingin mandi di kamar mandi ngapain mandi di depan saya. Mau menggoda saya begitu maksudmu hm". Balas Leonard maju mendekat ke arah Laras ... Membuat Laras mundur selangkah demi selangkah . " Kau kan bisa bicara kenapa diam dan membuatku terkejut seperti itu". Ujar Laras gemetar. Dia tidak berani menatap Leonard.
Jantung Laras hampir mau copot berdetak begitu cepat membuatnya kehilangan kendali. Dan dia tertahan pentri di belakangnya. Dengan tubuh Leonard tanpa jarak dengan tubuhnya, " jika bicara tatap lawan bicaramu ". Suara berat Leonard mampu membuat Laras tegang dan seketika mendongak melihat Leonard . " Gadis pintar". Ucap Leonard menepuk pipi Laras. Dengan senyuman tipis mampu menghipnotis Laras.
Semuanya terjadi begitu saja . Laras bak patung di buatnya . Dia bengong seperti orang bego. Membuat Leonard makin ingin mengerjainya lebih. " Wajah tegangnya sungguh menggemaskan ". Gumam dalam hati Leonard.
Leonard memeluk pinggang Laras dan menatapnya lagi dengan sorot mata yang aneh. " Saya laki-laki normal . Jangan menggodaku seperti ini . Lain kali mungkin saya tidak bisa menahannya lagi seperti sekarang ". Ujar Leonard mengusap bibir tipis Laras . Mendengar ucapan Leonard Laras tersadar dan bergerak ingin menjauhkan tubuhnya dari pelukan Leonard. " Maafkan saya tuan ...". Ucapan Laras terhenti .
Leonard mengangkat pinggang Laras dan membawanya ke atas meja pentri . Mencium bibir Laras dengan cepat.
Laras terkejut dan melotot tapi dia benar-benar tidak bisa menolak. Di tambah pria yang menciumnya ini adalah suaminya saat ini. Perlahan Laras memejamkan matanya . Segurat senyum tipis terukir di bibir Leonard . Dengan mata tertutup dia merasakan jika Laras menerima ciumanya .
Keduanya hanyut dalam rasa yang mereka buat . Laras membalas ciuma Leonard yang menuntut tapi lembut . Keduanya berpangut seperti orang kehausan . Tangan Leonard bermain di tubuh Laras . Yang ternyata di balik kaos yang kebesaran milik Laras ternyata wanita ini begitu ceroboh. Dia tidak memakai bra atau tantop malam ini. Membuat lancar aksi Leonard menjamah tubuhnya. Perlahan namun pasti tangan besar ini menelusuri jengkal tubuh Laras . Membuat yang empunya tidak lagi bisa berfikir jernih.
Laras di buat melayang oleh setiap sentuhan Leonard di tubuhnya . Dirasa mereka kehabisan nafas . Leonard melepas ciumannya .
Cup!! Satu kecupan singkat mengakhiri panguntan mereka. Nafas keduanya tersenggal naik turun seirama dengan detak jantung masing-masing, " tidurlah ini sudah larut ". Ujar Leonard .
Laras mengangguk patuh . Tapi Leonard masih dalam posisinya . " Turun kan saya ". Ujar Laras . Menatap mata elang Leonard yang menatapnya sedari tadi.
Tanpa berucap Leonard mengusap bibir Laras yang nampak memerah dan mengusap kening Laras yang di penuhi keringat. " Panggil saya leo". Ucap Leonard lalu menurunkan Laras .
" Saya tidak terbiasa ". Jawab Laras .
" Maka biasakan seperti itu ". Jawab leo lagi mewadah wajah Laras yang memerah.karna malu.
" Apakah ini perintah ". Ucap Laras .
" Saya suamimu".
Ckk!! " Kata-kata itu lagi, ". Gumam Laras. " Saya mendengarnya Laras". Jawab leo .
" Baiklah-baiklah tuan leo ". Ujar Laras mengalah .
Leonard tersenyum dan lagi-lagi mengecup bibir Laras singkat. Laras mendorong dada Leonard lalu pergi ke kamarnya dengan cepat.
Bruk!! Pintu kamar tertutup ... Laras menekan dadanya yang berdetak begitu cepat. " Ada apa denganku, kenapa aku membiarkan dia melakukan hal itu begitu saja tanpa melawan ". Ucap Laras . Berbaring di atas kasur .
Klik! Lampu kerja menyala . Tapi bukan bekerja melainkan Leonard melamun di ruang kerjanya .
" Kenapa aku begitu tidak sabar jika melihatnya , seperti bukan diriku sendiri ". Gumam Leonard mengacak rambutnya.
Malam itu berlalu begitu saja . Kehidupan yang mereka jalani tampak biasa saja . Leonard yang sibuk bekerja dan Laras yang sibuk dengan toko kue yang dia dirikan dengan hasil jerih payahnya sendiri.
Waktu begitu saja berjalan . Sudah satu bulan mereka menikah . Keduanya menjalankan kewajiban masing-masing dengan sungguh-sungguh... Tapi sejauh ini setelah kejadian malam di dapur keduanya malah menjaga jarak . Serumah namun seperti orang asing . Panggilan mereka mungkin berubah. Yang dulunya anda saya sekarang menjadi aku kamu.
Yah tidak apa itu sesuatu perubahan bukan. Dari pada tidak sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
See You In Seoul
Romance21++ baik tentu tidak. jahat tidak juga. dia hanya gadis yang tertutup setelah kekecewaannya pada sebuah janji ....