20

10.5K 227 11
                                    

Tubuh basah kuyup Laras, kini mendekat pada Leonard yang tengah memunggungi Laras,menatap keluar jendela kamar yang terbuka lebar memperlihatkan hamparan hijau yang luas , terlihat indah oleh pencahayaan bulan malam itu.   seketika Leonard menoleh . Kini dia memperhatikan keadaan Laras . Ujung bibir yang memar , dan beberapa luka di bahu dan leher Laras.

   Tatapan Leonard turun dan tertuju pada kedua lutut Laras . Kini matanya menatap lembut pada mata yang sembab, genangan air terlihat menetes.

Mata itu begitu kesakitan melihat wanitanya saat ini. Air mata yang terus membasahi kedua pipi Laras, dengan sesegukan Laras memeluk Leonard disaat tatapan mata mereka terkunci .

Ada kehangatan yang selalu Laras rindukan di dalam pelukan suaminya.

Cup!!

" I am sorry, dear". Ujar Leonard . Terus menerus mengecup pucuk kepala Laras . Nampaknya kini amarah itu telah hilang .

" Aku begitu marah dan cemburu, sehingga mengabaikan semua kesakitanmu". Leonard mewadah wajah Laras.  Dengan tatapan sayu dan begitu banyak kesedihan.

    Bukan hanya tubuhnya. Hatinya pun menghangat saat itu, Leonard terus menciuminya seperti biasa . Kini Leonard melepaskan baju yang Laras kenakan. Dan menggantinya dengan kimono tidur berbahan Sultra. Laras membiarkan Leonard membantunya , perlakuan lembut suaminya itu sangat Laras suka.

Saat semua sudah selesai . Leonard menarik lengan bajunya . Menyuruh Laras duduk pada tepi ranjang. Laras hanya diam menatap Leonard yang sedari tadi kesana kemari . Mencari kotak obat .

" Ini ". Laras tersenyum mengangkat satu kotak obat .

" Astaga ...". Leonard tersenyum dan mengacak rbut Laras .

" Duduk. Aku obatkan dulu , lalu makan dan minum obat pereda sakit ". Ujar leoanrd menyeret kursi dan duduk berhadapan dengan Laras.

Tanganya begitu hati-hati membalut luka luka Laras.  " Bagimana kamu tau kotak obat di laci , kamu baru sekarang aku ajak kemari ". Ujar Leonard dengan. Wajah tanpa menoleh karna terfokus mengobati.

" Kebiasaanmu. Menaruh kotak obat di laci sebelah kanan ". Jawab Laras menatap leoanrd . Seketika gerakan tangan Leonard terhenti dan mendongak, menatap Laras .

" Don't scare me anymore  Laras ". Lirih Leonard.

" Sorry. Aku tidak tau jika Vano akan melakukan ini padaku ". Laras mewadah wajah Leonard . Mengusap kedua pipi yang kini di tumbuhi bulu-bulu halus.

" Kau masih mencintai pria itu ".

" Not! ". Jawaban langsung Laras membuat Leonard menatapnya dengan satu alis terangkat . Laras kikuk menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

" Selesai... Istirahatlah aku akan panggil pelayan untuk mengantar makanan ke atas ".

" Kamu mau kemana?". Tanya Laras.

" Jangan pergi ...". Laras memeluk Leonard .

Leonard memeluk Laras erat . Begitu terlihat jika mereka saling jatuh cinta . Hanya saja tidak ada salah satu dari mereka untuk mengiya kan bahwa perasaan yang mereka rasa itu cinta.
" Aku hanya ingin mengganti pakaianku". Ujar Leonard.

" Aku ikut ". Laras cepat.

" Kau yakin ".

" Hm.mh". Gumam Laras . Leonard memiringkan wajahnya dan mengangkat satu alisnya .

" Hei... Kau tadi melihatku telanjang sekarang gantian ". Jawaban Laras membuat Leonard gemas.

Pria itu tertawa dan terus memeluk erat istri konyolnya . Jawaban Laras begitu ajaib di telinga Leonard .

See You In SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang