15

20.6K 318 2
                                    

Pukul 07:00

Suara dering ponsel memenuhi isi kamar mungkin sudah 10x ponsel itu berbunyi. Tapi sang empunya tidak terusik sama sekali. Hingga di akhir telpon . Leonard keluar dari kamar mandi dan mengangkat ponsel milik Laras yang sedari tadi berisik .

Leonard menoleh sekilas melihat Laras yang masih kelelahan,
" Halo ".

" Laras kamu dimana, aku sudah sampai sekarang cepatlah datang waktuku tidak banyak malam ini dan kamu harus datang Laras ". Cerocos Chika dengan suara keras. Leonard menjauhkan ponsel tersebut dan memejamkan matanya rapat, begitu nyaring suara sahabat istrinya ini .

" Dia masih tertidur, tunggulah setengah jam lagi ". Jawab Leonard dengan suara perlahan namun dingin.

" A..aah Iyah tuan ". Jawab gagap Chika . Dan ponsel itu mati .

Leonard menggeleng Pelang memikirkan sikap sahabat istrinya itu yang aneh dan begitu terburu-buru,

20 menit berlalu semenjak Chika menelpon Laras. Akhirnya Laras bangun dan melihat seisi kamar yang kosong . Mencari pria yang membuatnya pusing dan lemas .

" Kemana dia ". Gumam Laras . Melilit selimut tebal ke tubuhnya. Dan berjalan ke kamar mandi dengan kaki telanjang.

" Oh astaga! ". Teriak Laras. Tanganya sedang membuka knop pintu kamar mandi .

Dia berlari kembali ke kasur . Mencari ponselnya, membuang bantal dan guling kesmebarang arah. " Dimana si . Astaga sudah jam 7 lewat ". Gerutu Laras .

" Kamu cari ini ". Leonard di ambang pintu . Mengangkat tangan yang memegang ponsel milik Laras. bersandar pada pinggiran pintu dengan satu tangan lagi di masukan pada celana trening abu-abu.

" Kembalikan sini ". Laras berjalan mendekat pada Leonard.

Senyuman tipis terukir di bibir Leonard . Melihat tanda merah keunguan yang begitu banyak pada bahu, leher dan atas dadanya .

Laras mengerti kemana mata tajam itu melihat, " dasar mesum, kembalikan ponselku ".

" Mandi dulu, pemalas ". Jawab Leonard . Menarik tubuh Laras dengan cepat hingga menabrak tubuhnya yang telanjang dada.

" Lepas leo. ". Marah Laras . Leonard terkekeh dan mencium pipi Laras.

Cup!!

" Udah mandi sana , Cika sudah aku beri tahu untuk menunggumu ". Ujar Leonard sebelum berbalik keluar kamar mandi.

Laras mengembungkan pipinya kesal. Dia kesal karna perbuantan Leonard Laras lupa jika jam 7 dia ada janji temu dengan Chika.















Tetes air hujan masih begitu deras di luar cafe langganan ketiga sahabat ini , diantaranya Chika Nikola ,anggara Joddy, dan Larasati Pohan. Mereka tengah menghirup minuman hangat di kedua tangan masing-masing. Tatapan serius dari ketiganya merupakan bagian penting hari itu. Chika gadis berambut pendek sebahu dengan warna coklat ke emasan itu tengah menatap sayu sahabatnya, Laras. Begitupun dengan pria berambut pirang itu terus mengamati kedua sahabatnya ini. Dengan berucap seadanya ...

" Kenapa mendadak ci ". Ujar Laras bertanya setelah Chika dan Angga menjelaskan kenapa, dia mengajak Laras untuk bertemu di tempat biasa mereka bertiga berkumpul.

" Mamiku memintaku ke sana ras, Jerman tempat ayahku dan ayah Angga tinggal, kamu tau sendiri mereka berdua sejak dulu memintaku dan Angga untuk pulang". Chika masih terus menjelaskan pada Laras .

Memang betul merek berdua memilih tinggal di Indonesia karna alasan ingin dekat dengan nenek mereka . Tapi malah tidak bertemu sama sekali . Chika dan Angga datang berdua dengan status sahabat sejak kecil karna ayah mereka rekan bisnis sejak dulu hingga saat ini. Dan mereka menjadi kekasih cukup lama , tanpa sepengetahuan keluarga mereka .

See You In SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang