42

2.7K 70 3
                                    

Musim dingin... suhu di negara ini semakin meningkat dengan pesat hari demi hari bulan berganti .
   Toko dan semua jalanan di kota harus buka tutup . Dengan adanya hujan salju yang menebal . Membuat aktifitas di luar ruangan terhambat .

" no dad , bukan hanya penerbangan yang tutup kereta bahkan kapal tidak bisa beroperasi satu minggu ini akibat badai salju". Ujar Leonard . Pada ayahnya yang terus menerus menyuruhnya kembali ke London .

" Cuaca di sana akan semakin memburuk, jaga kesehatan mu leo obatmu harus kau minum ". Ujar Helen

" Yes mom. Aku akan mendengarkan Bram kali ini , jadi aku tutup dulu telvon nya ". Leonard berbicara tanpa ekspresi . Melihat wanita di depannya yang memasang wajah kesal .

" I love you somach momy".  Lalu telvon itu berakhir . Leonard menaruh benda pipih yang di genggamnya ke atas meja .

Dengan sedikit memajukan wajahnya ke arah Laras . Leonard membuka lebaran kontrak di tanganya .

" Aku akan membuang kontrak ini dan kamu akan tetap menjadi istriku ". Senyum miring Leonard pada Laras yang semakin kesal .

" Kontrak itu tidak berlaku, kau ingat itu ... Bebaskan aku dan jangan ganggu tanteku ". Teriak Laras penuh amarah .

Padahal beberapa hari keadaan mereka cukup baik . Namun ada saja Maslah di anatara merek yang membuat Laras murka , seperti saat ini.

Wajah nya memerah dengan tangan terkepal kesal .  Pasalnya Bram dan Leonard selalu mengacau di restoran tantenya dengan segala ke isengan mereka .

" Sebenarnya apa yang membuatmu marah Laras , setatusmu yang tidak bisa.di ubah atau kau marah karna malam itu aku terlalu kasar padamu ". Ujar Leonard tersenyum menang .

Laras membuang muka dan berdiri .
" Hentikan omong kosong mu ". Laras kesal dan mendorong kursi ke belakang lalu hendak pergi dari ruangan yang membuatnya pusing,.

"Aakkh".

Brug!!

" Kau !!! ".

(Plak!!)

Teriak Laras menampar wajah leonard .
Leonard memeluk tubuh Laras dengan kuat membuat Laras meronta dengan hasil nihil.
" Lepaskan aku ". Pinta Laras

" Atau kutampar lagi ".

Leonard tersenyum menatap dan menelusuri wajah Laras yang memerah . Bak tomat .

" Ayo pulang ". Lirih Leonard .

Bukan hanya terkejut Laras juga bengong sejenak . Pria di hadapanya ini tidak marah bahkan hari ini pun dia berhasil menampar wajah sombongnya .

" Kemaren adalah kesalahanku , aku minta maaf , bahkan sampai detik ini kau masih istriku , surat atau apapun tidak bisa merubah itu di mata hukum dan tuhan ". Leonard lembut dan menatap wajah tenang Laras . Mereka bertatapan begitu dalam . Mata tajam itu kini melunak penuh permohonan, membuat Laras yang semula kesal kini merasa iba dan begitu sakit melihat mata yang dulu begitu tajam kini berubah total.  Dengan pikiran yang berkecamuk Laras menatap wajah Leonard . Yang kini berhadapan begitu dekat hingga hembusan nafas masing-masing terasa seirama .

" Kenapa kamu mencariku, padahal aku begitu jahat padamu". Tutur Laras sendu . Butiran bening dari matanya begitu saja lolos membasahi punggung tangan  Leonard yang tengah mewadah wajah Laras .

" No, please don't cry anymore." Ucap Leonard, mengusap air mata Laras dengan suara yang begitu lembut.












   

   Di pusat kota Seoul tepatnya di sebuah restoran bernuansa klasik itu terdapat dua manusia yang tengah berdebat hebat , wanita cantik dengan pakaian rapi sangat terlihat jelas bahwa ia wanita elegan. Tengah berbincang dengan kedua tangan yang ia lipat di depan tubuhnya . Namun tubuh santai itu ternyata tengah menahan kekesalan yang luar biasa di kepalanya .

" Heiii... Turunkan nada bicaramu itu, saya hanya menjelaskan , jika keponakanmu itu adalah nyonyaku dia adalah istri sah tuan Leonard Pattinson ". Ujaar bram tak kalah kesalnya dengan jeslyn .

" Persetan dengan tuanmu itu, yang jelas saya tidak akan membiarkan kau dan tuanmu itu membawa keponakanku. Ini membuatku gila , bagimana bisa menikah sedangkan tidak ada kabar apapun dari keluargaku. ". Kesal jeslyn.  Membabi buta Bram seraya yang tadinya santai dengan gaya elegannya kini wanita itu memperlihatkan bagaimana wanita Indonesia marah. Mendorong Bram yang terus saja mundur karna ulah jeslyn.

". Nona dengarkan saya dulu ". Bram memundurkan kakinya dengan susah payah menjelaskan yang ia bisa pada jeslyn

" Tidak , tidak , tidak, anda pergi sekarang dan bawa keponakanku kembali dengan selamat ". Jeslyn berteriak dan mendorong Bram keluar dari restorannya.  Untungnya hari itu masih sepi karna Bram datang memang di jam sepi pelanggan .

" Apakah keturunan Pohan begitu galak semua gadis disana menyeramkan , membuatku pusing saja ". Gumam Bram yang tengah termenung di luar restoran. Menatap wajah kesal jeslyn dengan aura dingin khas Bram.

Jeslyn masuk ke restoran nya dan menarik nafas kasar lalu meneguk satu gelas air putih hingga tandus. Fikirannya melayang pada masalah Laras yang tidak ia ketahui dan mengerti . Belum lagi kekesalannya pada Bram .



" Leonard , apakah tanteku akn mengerti tentang masalah kita, apakah dia tidak akan marah pada Bram "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Leonard , apakah tanteku akn mengerti tentang masalah kita, apakah dia tidak akan marah pada Bram ". Ujar Laras menatap Leonard yang tengah membaca bukunya .

Duduk di kursi kayu yang cantik, dengan santai menunggu Laras yang tengah berendam di bathtub.  Sekilas ia menatap Laras dan tersenyum .

" Biar Bram yang menanganinya, kamu tidak usah khawatir ". Jawab Leonard mengusap pipi basah Laras yang sedikit terkena busa sabun yang ia campurkan.

See You In SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang