LIMA SATU

2.4K 168 4
                                    

"Sayang, Shesil gimana? Bunda dapet kabar dia---"

"Bunda, Karisha baru aja sampe masa udah ditanya-tanyain" peringat Rizal.

Mendengar itu Ginny pun langsung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Iya bun pas tadi Karisha sama El baru sampe di rumah sakit keadaan Shesil udah sakaratul maut" ujarnya dengan sedih.

"Yaampun!" kaget Ginny yang langsung membekap mulutnya tidak menyangka.

"Terus tempat pemakaman nya dimana?" kini Rizal lah yang ikut bertanya.

"Dikampung nya yah, katanya biar mereka lebih dekat kalau mau ziarah. Terus tante Ocha juga langsung disuruh tinggal disana"

Bunda dan ayah pun dengan kompak langsung mengangguk kan kepalanya.

Ting tong

"Ada tamu tuh bun"

"Iya seben---"

"Biar El aja bun yang bukain pintunya pasti itu Lisa" ujarnya dengan girang.

Sedangkan Karisha hanya bisa terdiam, tiba-tiba dirinya merasa seperti ada sesuatu yang sesak.

"Dia mau ngapain main kesini sayang?" tanya Ginny penasaran.

"Mau ketemu El bun"

"Selamat sore om, tante" sapa Lisa dengan nada seramah mungkin.

"Sore" balas Rizal singkat.

Sedangkan Ginny sama sekali tidak mau membalas sapaan nya.

"Kamu sebenarnya kesini mau ngapain sih? Tugas kamu kan sebagai sekretaris nya El kenapa malah jadi sering main kerumah" ujar Ginny dengan jutek.

Lisa yang mendengar ucapan Ginny pun langsung menitikkan air matanya.

"Hiks ma--maaf tante kalau kedatangan saya mengganggu. Saya kesini cuman mau kasih El es krim kesukaan nya"

"nih emak lampir rese banget dah" batin Lisa dengan jengkel.

"Bunda kenapa sih malah marahin Lisa, dia cuman mau kasih El eskrim" tegur nya tidak terima.

"Kok kamu jadi belain cewe itu sih El" kesal Ginny.

"mulai sekarang bunda gk mau lagi bacain kamu dongeng!"

Ginny pun lebih memilih menuju ke dapur, daripada dirinya disini yang ada darah tinggi nya kumat.

"Maafin omongan bunda ya nak, jangan dimasukan ke hati" ujar Rizal yang ikut menyusul sang istri. Bagaimana pun Rizal masih memiliki tata krama terhadap tamunya.

"Maafin bunda ya Lisa. Lisa jangan nangis" ujar El yang langsung memeluk tubuh Lisa.

Karisha yang sudah tidak kuat melihat adegan ini pun memilih ikut menuju dapur. Lebih baik dirinya membantu Bu Surti ketimbang disini membuat kesehatan hatinya tidak bagus.

"gue jauh lebih unggul daripada lo Karisha, lo terlalu remehin gue"

"Ayo Lisa ikut makan malam bareng El yuk" ajaknya.

Lisa pun mengangguk kan kepalanya. Dirinya pun langsung digandeng menuju arah dapur.

Ginny yang sedang mengambilkan lauk untuk Karisha pun langsung merasa jengkel ketika melihat El bergandengan tangan dengan Lisa.

"Kaga lagi nyebrang ini neng gk usah gandengan kali" sindirnya.

"Bi tolong taro ini kedalam kulkas ya" perintah Lisa ke bu Surti tanpa memikirkan sindiran Ginny barusan.

"Baik neng"

Bu Surti pun langsung mengambil tote bag tersebut.

"Ngapain kamu----"

"Bunda" peringat Rizal.

"silahkan duduk nak" lanjut Rizal berusaha ramah ke sang tamu.

Ginny pun hanya bisa menuruti perkataan sang suami, padahal dirinya sangat ingin memaki cewek tersebut.

Tidak lama Bu Surti pun sudah kembali kemeja makan.

"Bi besok besok kalau cewe itu nyuruh jangan mau" bisik Ginny.

"Baik bu"

Sedangkan Lisa dengan sengaja memilih tempat duduk tepat disebelah Karisha.

"Hai Karisha" ujarnya basa-basi.

"Juga" balasnya dengan singkat.

"Lo harus sadar diri kalau gue lebih unggul dari lo" bisiknya.

"Sayangnya gue gk nanya" jawab Karisha sambil tersenyum.

"sombong banget lo Kar, liat aja nanti"

"Ayo ayo silahkan dimakan" ujar Rizal mempersilahkan semuanya untuk memulai acara makannya.

Mereka semua pun mulai menyantap makanan mereka dengan nikmat.

15 menit kemudian mereka semua pun sudah menyelesaikan acara makan malamnya.

"Lisa mau main dulu gk sama El?" ajaknya.

Lisa pun dengan senang mengangguk kan kepalanya "El gk mau cicipi dulu es krim yang udah Lisa bawain?"

"Ih iya El sampe lupa! Bu Surti tolong siapin ya" perintahnya.

Bu Surti pun langsung mengangguk kan kepalanya patuh "siap den"

Rizal yang sedari melihat interaksi antara El dan Lisa pun merasa curiga.

"Ada hubungan apa kalian sebenarnya?"

Pertanyaan yang Rizal lontarkan sontak membuat mereka yang masih berada dimeja makan pun sedikit terkejut.

"Sa--saya om?" tanya Lisa.

Rizal pun mengangguk kan kepalanya.

"pacar nya om" batin Lisa dengan pd

"Temen yah" jawab El dengan santai.

Sontak Lisa yang mendengar perkataan El barusan langsung merasa jengkel. Ia pikir El sudah memiliki perasaan lebih terhadap nya.

Sedangkan Ginny yang mendengar itu pun dengan tenang mengelus dadanya mengucap syukur, ternyata anaknya hanya menganggap cewe itu teman.

"Kamu cowo nak jangan tebar harapan ke sana sini, sudah bukan waktunya lagi kamu mencari teman biasa. Tapi teman hidup"

El hanya bisa diam saja ketika mendengar perkataan Rizal.

"Mulai sekarang kamu harus bisa tegas dengan perasaan kamu. Kamu lebih menginginkan Karisha atau Lisa. Ayah gk suka anak ayah sok kegantengan yang tebar harapan kebanyak perempuan"

"mengerti El?"

El hanya bisa mengangguk kan kepalanya, padahal dirinya bingung ayahnya sedang membicarakan hal apa.

"jika kamu masih merasa kebingungan dengan perkataan ayah barusan bacalah di Internet 'bagaimana menjadi pria sejati'. Ayah menekan kan kamu harus menjadi pria yang hanya dengan satu perempuan. Bukannya satu dirumah, satu di kantor" setelah mengatakan seperti itu Rizal pun langsung pergi meninggalkan meja makan.

Ginny yang melihat sang suami pergi pun langsung menyusul. Sedangkan Karisha lebih memilih tetap disini, walaupun kemungkinan membuat hatinya sesak tapi dirinya penasaran hal apa saja yang akan mereka berdua lakukan.

"Ini den es krim nya" ujar bu Surti yang sudah kembali dengan membawa es krim dan piring kecil.

"Karisha mau?" tawar El.

"Buat El aja" ujarnya sambil tersenyum. El yang melihat pun langsung mengangguk kan kepalanya saja.

"berarti mulai sekarang gue harus lebih gencar ngejar dia" batin Lisa bertekad

MY PETER PAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang