16

40.2K 5K 345
                                    

Kini merupakan hari Jum'at yang dimana SMA Cendana akan melaksanakan camping. Ia membawa tasnya yang enteng sembari menatap kiri dan kanan. Awalnya ingin pergi bersama Ziel tahunya lelaki itu malah meninggalkannya bahkan tidak memberitahunya hingga hampir telat.

Ia menatap kearah timur lalu melihat abangnya bersama sahabatnya. Ia hanya bisa mendengus kesal menyeret kakinya menuju sekumpulan Arsen dkk.

Lino menyeringai kecil seketika saja mendapatkan ide yang begitu cemerlang. Ia mengambil topeng monyet yang berada di tasnya lalu memasang dikepalainya. Ia berjalan dengan mengendap-endap lalu memukul pundak Ziel kemudian berjongkok.

"Kalian jangan jahil," ucap Ziel dengan muka datar.

"Ada apa?" tanya Arsen dengan mengangkat alisnya.

"Tadi ada yang mukul pundak," jawab Ziel dengan mengangkat bahunya.

Semuanya terdiam karena mereka ada kejadian yang janggal. Mereka mencoba berbalik kearah belakang tapi tidak ada siapapun.

"DOR!" teriak Lino dengan mengangkat kedua tangannya seperti ingin mencekik orang.

"ANJING!" teriak Ziel dengan terjungkal kebelakang.

"HUWA! EMAK!" pekik Ravy dengan memegang lengan Adya.

"Jangan pegang tangan gue asu!" seru Adya dengan menepis tangan Ravy.

Arsen yang melihat itu hampir saja terjatuh jika tidak ditahan oleh Lino. Tatapan mata mereka bertemu tapi tidak cukup lama Lino melepaskan tangannya pada tubuh Arsen.

Lino tertawa terbahak-bahak melihat para sahabatnya sangat kaget. Lalu ia membuka topeng monyet itu dengan mengelap air matanya yang hampir keluar.

"Anjir! Kenapa para cowok yang terkejutnya lebih parah? Tuh Gina biasa aja lihatnya," seru Lino dengan memegang perutnya.

Adya yang mendengar itu segera mencubit pipi Lino. Lalu yang lain juga mengikuti cara Adya untuk menyiksa lelaki itu kecuali Arsen yang menatap Lino dengan wajah masam.

"Adoh! Sakit woy!" seru Lino dengan menepis tangan-tangan yang mencubit pipinya.

"Ngapain pakai gituan? Jahil banget," ucap Ziel dengan memutar matanya.

Lino tertawa kecil mencibir, "Tadi malam siapa ya yang masuk kamar gue karena takut tidur sendirian dihari hujan? Mana masuknya diam-diam lalu keluarnya diam-diam pula. Kayak jelangkung aja datang nggak diundang pulang nggak diantar."

Ziel yang mendengar itu diam lalu berjalan kebelakang Arsen. Ia yang melihat itu seketika tertawa kecil ternyata abangnya takut dengan genre horor atau mistik.

"Itu salah Lo juga babi! Masa bikin orang kaget di sore hari," seru Ravy dengan berkacak pinggang.

"Hooh! Semenjak Lo amnesia sifat Lo makin jahil ya!" sahut Adya dengan menatap tajam.

"Udah-udah kasian itu Lino dimarahin mulu," tegur Gina dengan tersenyum manis.

Lino yang melihat itu hanya mendengus kesal rasanya benci saja melihat cewek yang hanya bisa meminta perlindungan kepada gerombolan cowok. Namun, apalah daya dia harus menghormati Gina agar bisa hidup dengan tenang.

***

"Anak-anak cepat masuk bus sebelum nanti pergi terlalu sore!"

Setelah menunggu-nunggu akhirnya mereka akan berangkat juga. Ia membawa tasnya dipundak lalu berjalan menuju bus. Ia berjalan menuju seorang guru muda untuk melakukan absen sekaligus mengetahui tempat duduk.

"Ardian Darelio Maheswari duduk dibarisan tengah dekat jendela. Ini kartu duduk bus kamu jangan sampai hilang."

Lino mengangguk pelan lalu memasuki bus dengan menatap kartu yang berisikan nomor 14. Ia melihat teman duduknya sudah berada ditempatnya.

Ardian S2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang