30

38.7K 4.1K 395
                                    

Arsen maju-mundur didalam hole ketat milik Lino. Ia tidak menyangka bahwa hole itu sangatlah rapat juga berisi. la menambahkan lagi dua jarinya lalu semakin menelusuri lebih dalam. Lalu ia menemukan sebuah gumpalan daging dan ditekannya perlahan.

"Ughh... itu apa ..." Desah Lino disaat tangan Arsen mengenai benda yang sensitif baginya. Desahan keras semakin dikeluarkannya saat jari Arsen mengenai benda itu.

"Sensitif, huh?" ejek Arsen dengan semakin menjelajah lebih dalam.

"Eughh... sudah Arsen rasanya agak aneh," ucap Lino dengan menggigit bibirnya.

Arsen tidak memperdulikan dan semakin menusuk-nusuk hole Lino, hingga saat mau klimaks Arsen menghentikannya. Ia dapat menyadari bahwa Lino terlihat ingin cepat-cepat mengeluarkan cairannya.

Arsen melepaskan celananya lalu terpampang jelas benda panjang miliknya. Lino yang melihatnya ketakutan lalu kembali memberontak, namun lagi-lagi kalah cepat dan tenaga.

Mata Lino mulai berkaca-kaca kalau tadi ia dapat mentoleransi, namun untuk seks ia tidak bisa. Arsen tersenyum tipis lalu mengecup kening, pipi, hidung dan terakhir bibir Lino.

"Arsen, gue mohon jangan! Kalau Lo lakuin ini gue nggak akan pernah maafin Lo!" seru Lino dengan wajah memerah menahan marah juga tangisan.

"Tapi sayangnya gue nggak akan berhenti," ucap Arsen dengan terkekeh kecil.

Arsen membuka paha mulus sehingga kelihatan adik kecil juga hole milik Lino. la menyeringai kecil tidak sabar ingin memasuki lubang ketat milik Lino.

Arsen memasukkan penisnya dengan perlahan saking ketatnya ia baru memasuki bagian kepala. la memundurkan penisnya lalu mendorong dalam sekali hentakan yang beriringan dengan teriakan histeris Lino.

"Hiks... dasar bajingan! Gue benci Lo hiks..." Lino menatap Arsen dengan tatapan kebencian juga air mata yang mengalir deras seiring rasa kecewanya. la tidak menyangka bahwa dirinya diperkosa oleh orang yang dipercaya sendiri.

Hentakan demi hentakan yang saat ini sedang ia rasakan. Perpaduan rasa sakit dan nikmat juga ia rasakan, namun tidak sebanding rasa benci juga kecewa.

"Akhh... Arsen ... ini terlalu cepat hiks..." Lino dengan tangisan kecil menyeimbangi hentakan tubuh Arka. la terlihat seperti menikmati namun hatinya sangat sakit diperlakukan seperti budak seks walaupun baru pertama kali.

"Ahh... terlalu dalam."

"Arsen, pelan hiks..."

"Arsen, pelan ini sakit."

"Arsen mau cum ... ahh!"

Crot!

Cairan putih keluar menghentikan kegiatan sejoli yang satu menikmati dan satunya meratapi nasibnya. Tangisan Lino semakin bertambah sesuai acara seks mereka.

Arsen melepaskan miliknya dari hole Lino. Ia mengelap air mata Lino yang ditepis kasar oleh lelaki itu.

Arsen tersenyum tipis berkata, "Lino sebenarnya gue cinta sama Lo dan tidak ingin siapapun memiliki Lo. Namun, gadis itu ingin merebut Lo dari gue."

"Kita nggak punya hubungan yang membuat Lo bisa cemburu atau melakukan hal ini. Jika Lo beneran cinta sama gue seharusnya nggak begini," lirih Lino dengan tersenyum sendu. Air matanya mengucur kembali ketika teringat kejadian tadi.

Arsen yang mendengar itu seketika tersadar. Ia menatap Lino yang mengeluarkan air mata hal itu membuatnya ikut sakit hati.

"Lino ... gue ... maaf ..."

"Permaafan lo nggak berguna! Rasa kagum gue ke Lo seketika berubah menjadi rasa benci!" seru Lino dengan menatap tajam.

Lino ingin berjalan pergi, tetapi rasa sakit dibawah membuatnya tidak bisa berjalan. Ia terkekeh geli disaat seperti ini kenapa dirinya sangat lemah.

"Kali ini biarin gue untuk membantu lo anggap aja sebagai permintaan maaf. Lalu gue akan melakukan apapun asal Lo maafin gue walaupun nyawa taruhannya," ucap Arsen dengan tatapan sendu.

Lino mengangguk pelan lalu naik dalam gendongan lelaki itu. Ia memang benci, tetapi demi kepentingan terpaksa menyetujuinya.

Saat dijalan mereka dipertemukan dengan gadis kaki seribu. Gadis itu menghampiri mereka dengan menyeringai kecil. Ia juga memegang ponselnya dengan antusias.

"No, Lo kenapa?" tanya Mita dengan mengangkat alisnya.

"Bukan urusan Lo! Bantu gue!" seru Lino dengan memegang pundak Mita.

Mita yang melirik kearah bibir Lino dan Arsen juga pakaian mereka secara bergantian. Namun, tanpa mereka sadari gadis itu tersenyum puas melihatnya.

"Sorry, No. Gue itu cewek nggak bisa bantu Lo jalan nanti bikin tambah sakit lagi," tolak Mita dengan tersenyum tipis.

Lino mengeryikan keningnya tidak biasanya gadis itu menolak hal yang menguntungkannya. Alhasil ia hanya pasrah dan melindungi wajahnya dipundak Arsen.

"Izinkan Lino sama guru pengajar," ucap Arsen dengan muka datar.

Setelah mengatakan itu mereka segera meluncur pergi. Ia bersyukur hari ini Arsen menggunakan mobil setidaknya bokongnya tidak akan sakit.

***

Saat sampai di rumah keluarga Maheswari Arsen kembali menggendong lelaki itu hingga ke kamarnya. Ia segera meletakkan tubuh Lino di atas kasur dengan perlahan.

"Lino Lo mau ..."

"Pergi," tekan Lino dengan muka dingin.

"Tapi ..."

"GUE BILANG PERGI!" bentak Lino dengan menatap tajam.

"Maaf," sesal Arsen dengan menundukkan wajahnya.

Lino terkekeh geli berkata, "Apa dengan minta maaf Lo bisa mengembalikan semuanya seperti dulu? Nggak bukan? Kalau begitu Tuan Arsen yang terhormat silahkan pergi."

Arsen tersenyum sendu dengan mengatakan maaf sekali lagi sebelum pergi. Disaat Arsen sudah pergi yang terjadi adalah keheningan. Kemudian ia segera memukuli kasurnya dengan keras.

"Kenapa rasanya sakit?" tanya Lino dengan terkekeh geli.

Lino teringat ekspresi wajah Arsen yang sendu. Saat melihat itu hatinya seperti ada ribuan jarum yang menusuknya.

Lino menelungkup wajahnya dengan membungkukkan tubuhnya. Saat melihat wajah Arsen yang ia rasakan seperti ada rasa benci juga sedih.

Setelah itu ia bangkit dengan perlahan-lahan menuju meja belajarnya. Ia mengambil sebuah buku yang berisi alur cerita novel Stupid Love.

"Arsen cinta sama gue," gumam Lino dengan menatap langit-langit kamarnya.

"Nggak mungkin sepertinya gue hanya dijadikan pelampiasan," lanjut Lino dengan terkekeh kecil.

Lino melamun ia kepikiran jika Arsen benar-benar cinta padanya kenapa harus menyakitinya. Lalu jika disaat dia mulai memaafkan dan membuka hati Arsen malah meninggalkannya. Lalu walaupun mereka sudah berhubungan pasti masyarakat akan menolaknya.

Ia hanya tidak ingin sakit hati dan dia ingat Arsen hanyalah fiksi bagaimana jika dia keluar dari dunia ini apa yang dilakukannya pasrah atau marah.
Namun, tidak lama ia menepis pikirannya jauh-jauh.

"Sadar Lino sudah cukup Lo mengubah takdir yang lain jangan tambah lagi," gumam Lino dengan menepuk-nepuk pipinya.

Lino menghela nafas panjang sepertinya dirinya harus menghindari Arsen agar tidak terjadi perubahan alur. Ia hanya tidak ingin menambah lelah fisik sama batinnya.

Lino segera menulis perubahan alur yang terjadi pada hari ini. Jika mengingat kembali rasanya agak aneh karena yang menjadi korbannya adalah dirinya sendiri.

"Dari besok kita harus menjadi Elio yang sangat membenci keberadaan Arsen sang protagonis pria," ucap Lino dengan menyeringai kecil.

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Guys! Jadikan pembelajaran!Keegoisan justru bisa membuat kita semakin jauh dari orang yang kita cintai 😊
Lanjut!

Ardian S2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang