21

8.4K 936 184
                                    

Namun, peringatan dari sang guru tidak di pedulikan oleh ke dua belah pihak. Beberapa dari mereka justru mengeluarkan senjata tajam.

Lino masih saja tenang dengan duduk di lantai. Ia menatap para teman-temannya yang sedang adu mekanik.

"Sen mau permen?" ucap Lino dengan memberikan kepada Arsen.

Arsen hanya menerima lalu duduk di samping Lino begitu juga dengan Ziel. Mereka itu tidak mau repot alias malas bergerak.

"Bang Ziel nggak mau ikut mereka?" tanya Lino dengan cengengesan.

"Nggak," jawab Ziel dengan menatap jam tangannya.

Lino hanya mengangguk pelan. Kemudian kembali menatap acara komedi di depannya.

"Arghh! Bangsat! Tolol! Baju gue jangan di tarik!" pekik Adya dengan memukul-mukul tubuh orang yang menarik bajunya.

"Eh, anjing! Jangan di tarik nanti masa depan gue keliatan!" pekik Vano dengan menjambak rambut sang rival.

"Apa lo?! Bangsat sini!" sembur Ravy dengan menatap tajam.

Namun, berbeda dengan Dean, Ryan dan Mika. Ke tiga remaja itu justru melakukan tawuran yang sesungguhnya.

Mereka memberikan pukulan tanpa ampun. Lino yang melihat hanya bertepuk tangan dengan tertawa puas.

"Kakak bangsat! Bantuin!" teriak Mika dengan membanting tubuh sang musuh.

"Nggak, ah! Males! Buat apa buang-buang tenaga," sahut Lino dengan tidur di atas pangkuan Arsen.

Lino menatap wajah Arsen dari atas dengan tersenyum manis. Arsen yang merasa di tatap seketika merasa malu.

"Ada apa?" tanya Arsen dengan berdehem kecil.

Lino tidak menjawab melainkan mencubit pipi Arsen. Ia merasa gemas dengan situasi sekarang.

"Aku ngerasa dejavu. Waktu dulu aku juga pernah tidur di pangkuan kamu dan ... kamu juga malu kayak sekarang," ucap Lino dengan mengedipkan matanya.

"Lino di depan!"

Lino memegang tangan orang yang ingin menyerang dengan tersenyum lebar. Ia justru masih saja bisa santai dengan menatap wajah Arsen.

"Arsen ... wajah kamu waktu khawatir itu lucu tau," ucap Lino dengan wajah tanpa dosa.

"Lo akan mati!"

"Eh, siapa? Lo nggak di ajak, ye! Jadi diam gue masih mau manja sama pacar," ucap Lino dengan mengedipkan matanya.

Orang itu mulai lepas dari pegangan Lino. Ia melemparkan pisaunya, tetapi di tahan oleh Lino dengan satu tangannya.

"Lo pada nggak bisa apa bikin hidup gue tenang? Gue mau manja ama pacar aja nggak bisa! Lelah hayati punya musuh nggak tau waktu," gerutu Lino dengan mengelus dadanya.

"Tapi kayaknya main-main sebentar boleh juga. Gue udah lama nggak pemanasan," lanjut Lino dengan merenggangkan ototnya.

Lino menggerakkan jari telunjuk menandakan untuk menantang sang musuh. Sang musuh tiba-tiba saja melakukan keroyokan membuat Lino hanya tertawa kecil.

Arsen dan Ziel juga ikut melakukan perkelahian. Kali ini mereka terlihat sangat serius karena takutnya musuh menyerang orang tidak bersalah.

"No! No! Tolong gue! Leher gue di cekik masa!" pekik Stela dengan meringis kecil.

Lino yang melihat lagi-lagi merasa dejavu. Ia memegang kepalanya yang sedikit pusing.

"Mika! Tolong tuh kakel lo! Males banget gue," teriak Lino dengan mendengus.

Ardian S2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang