23

35.6K 4.2K 99
                                    

Lino tidak percaya apa yang dilihatnya sekarang tempat warnet berubah seperti di mall. Lalu saking tidak percayanya mulutnya sekarang sudah terbuka dengan lebar.

Arsen yang melihat itu seketika meringis kecil karena sifat Lino tidak luput dari pandangan orang-orang. Ia segera menyeret lelaki itu tidak lupa menutup mulutnya. Lino awalnya memberontak tapi akhirnya hanya pasrah.

"Diam dan jangan malu-maluin," bisik Arsen membuat wajah mereka hampir bersentuhan.

Lino mengangguk pelan sebenarnya tadi ia hanya kagum. Bagaimana tidak kagum saat ini warnet itu bukan seperti warnet biasa yang menjadi tongkrongan anak sekolah. Warnet itu tampak mewah dan seperti warnet yang biasa adiknya lihat di drama China.

Lino berdecak kagum inilah yang dinamakan surgawi nya para novel. Bila kaya maka akan luar biasa kaya, bila ganteng atau cantik maka pesonanya berkali-kali lipat bahkan antagonis juga begitu dan bila mewah maka mewahnya berkali-kali lipat dengan keadaan sebenarnya.

"Mau tanding?" tanya Arsen dengan mengangkat alisnya.

"Okay! Bila kalah traktir disekolah begitu juga sebaliknya," ucap Lino dengan menyeringai.

"Deal," sahut Arsen dengan tersenyum tipis.

Lino bersorak gembira dalam hati siapa juga yang tidak kegirangan jika dibawa ketempat bermain game online. Lalu ditambah dirinya juga cowok pasti menyukai game dan tantangan. Ia pastikan akan mengalahkan lelaki itu tanpa ampun.

Permainan telah dimulai awalnya Lino merasa agak mudah. Namun, lama-kelamaan dirinya agak kesusahan menyeimbangi strategi bermain lelaki itu.

"Yah! Anjir!"

"Eh! Eh! Gue mau mati!"

"Yah! Yah! Yah! Mati!"

"Asu!"

Umpatan-umpatan kecil mulai keluar dari mulut Lino. Arsen yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya padahal ia hanya bermain dengan santai dan ini belum seberapa.

"Anjir! Kalah!" seru Lino memukul meja dengan pelan.

Arsen terkekeh kecil melihat Lino yang terlihat sangat kesal. Ia tidak menyangka Lino akan berekspresi santai dihadapannya padahal dulu mereka itu bagai air dan api.

"Mau pulang atau pergi ketempat lain?" tanya Arsen dengan muka datar.

"Hmm, makan dulu deh baru pulang lapar gue. Lalu Lo itu jangan canggung sama gue kalau sama orang lain terserah mau diapain," ucap Lino dengan tersenyum lebar.

Arsen hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah dari adik sahabatnya. Kemudian mereka segera pergi meninggalkan tempat ini.

***

Setelah menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai di salah satu restoran mewah. Lino mengeryikan keningnya apa Arsen yakin mereka akan makan di restoran mahal, jika begini bukannya sama saja menghamburkan uang.

Lino akhirnya mengikuti langkah kaki Arsen paling tidak ia harus memilih makanan paling murah. Saat memasuki restoran tiba-tiba saja seluruh pelayan berlarian dan membungkuk badannya.

Lino juga ikut membungkukkan tubuhnya membuat Arsen terkekeh kecil. Ia menarik tangan Lino agar lelaki itu berdiri.

"SATPAM!" teriak salah pegawai.

Tiba-tiba saja dua orang satpam memegang tangannya. Lino yang diperlakukan seperti itu seketika terkejut dan memberontak.

"Hey! Ada apa ini kenapa kalian tidak sopan kepada pembeli?!" seru Lino dengan memberontak. Ia yang sudah kesal segera menyerang dan membanting kedua satpam itu.

"Tuan muda! Apa Anda baik-baik saja?"

"Baik, ternyata sudah ingat siapa tuan kalian. Lepaskan dia!" tekan Arsen dengan muka dingin.

"Tapi Tuan muda ... dia sering mengacaukan restoran Tuan. Apa Tuan tidak keberatan atau Tuan sedang diancam dia?"

Lino mengerutkan keningnya mendengar kata tuan muda. Ia mencoba mengingat-ingat tentang keluarga Arsen. Ia tertegun hampir saja melupakan bahwa Arsen anak tunggal keluarga Alexander merupakan pengusaha restoran terkenal yang memiliki banyak cabang. Ia mengangguk pelan pantas saja masakan lelaki itu sangat lihat memasak.

Lalu ia meringis ketika teringat saat sang adik menceritakan tentang Elio. Lelaki itu sering kali ingin menghancurkan bisnis keluarga Alexander, tetapi selalu gagal karena Ziel membantunya. Elio juga hampir pernah membuat bisnis keluarga Alexander bankrut untungnya kedua orang tua Arsen memiliki sifat yang baik.

"Dia nggak mungkin lakuin itu karena sekarang dia lagi amnesia dan mungkin nanti nggak akan melakukan hal keji setelah pertemanan yang kami jalin," papar Arsen dengan tersenyum tipis.

Lino mengangkat alisnya berkata, "Oh, jadi Lo mau manfaatin gue saat amnesia. Jika begitu akan gue buat bisnis keluarga Lo bangkrut."

Arsen tertegun dan para pegawai mulai was-was akan tindakan lelaki itu. Lino mengambil ponselnya lalu menekan sesuatu.

"Kalian semua datang kesini dan hancurkan Restoran Xander. Urusan biaya kalian tidak perlu khawatir."

Lino berbicara dengan seseorang yang membuat pegawai restoran ketakutan. Kali ini Lino sepertinya tidak akan main-main karena lelaki itu sudah mengambil jalan kekerasan.

Arsen yang melihat itu segera bertindak dan merebut ponsel Lino. Namun, yang ia lihat hanyalah sebuah foto monyet yang nampak mengejek.

Lino yang melihat itu tertawa terbahak-bahak dengan memegang perutnya. Pegawai dan pembeli yang melihat itu sampai dibuatnya terheran-heran.

"Gue bercanda! Tenang aja gue nggak bakalan buat itu terjadi walaupun ingatan gue sudah balik karena urusan gue sudah selesai," seru Lino dengan mengelap air matanya yang mulai mengucur.

Arsen mendengus kesal lalu menarik tangan lelaki itu. Ia mengkode pegawai restorannya agar segera melanjutkan pekerjaan juga menyiapkan makanannya.

Saat ini mereka sudah sampai di ruangan VVIP. Ia berdecak kagum memang pada dasarnya anak orang kaya. Namun, ia tidak sadar bahwa dirinya juga berasal dari keluarga orang kaya walaupun tidak sekaya keluarga Maheswari.

"Lo ngapain sih elah bawa gue ke restoran Lo? Restoran Lo itu mahal buang uang gue tahu nggak," ucap Lino dengan memutar matanya.

"Ini restoran siapa?" tanya Arsen dengan mengangkat alisnya.

"Restoran Lo, lah! Kok tiba-tiba Lo jadi goblok," seru Lino dengan memutar matanya.

"Lalu yang ngajak Lo ke sini siapa?" tanya Arsen dengan tersenyum tipis.

"Ya, Lo lah! Masa nenek moyang gue!" seru Lino dengan mendengus kesal. Pertanyaan-pertanyaan itu membuat Lino menjadi kesal.

"Jadi apa Lo masih perlu bayar?" tanya Arsen dengan terkekeh kecil.

Lino mengeryikan keningnya kemudian melotot tajam berseru, "Jadi Lo mau traktir gue?! Kak Arsen baik deh!"

Arsen tersenyum tipis dengan menggeleng pelan. Setelah itu mereka kembali diam dengan pikiran masing-masing hingga makanan sampai.

"Ternyata Lo itu baik gue kira jahat karena apa yang gue inginkan pasti direbut termasuk kasih sayang Ziel. Disaat gue mau gabung sama kalian pasti menjauh seolah-olah gue makhluk menjijikkan. Lalu kalian kira gue hidup sempurna dan jahat nyatanya gue hanya butuh kasih sayang keluarga gue. Lalu Lo merebut semua hal yang gue inginkan," ucap Lino dengan menatap lurus. Hatinya juga sangat sakit karena ia merasakan bagaimana rasanya kekurangan kasih sayang karena itu dia selalu menjaga adiknya, tetapi nyatanya ia tidak bisa.

Arsen tertegun kemudian berkata, "Ziel sangat sayang kepada Lo dia hanya tidak ingin anak-anak yang lain membully dan memanfaatkan Lo karena tahu Lo adiknya dia. Kita memiliki keluarga berada juga tidak enak karena harus membedakan mana yang tulus. Ziel dan gue hanya tidak ingin saingan seangkatannya memusuhi Lo karena itu kami selalu meminta Lo menjauh."

Lino mengangkat alisnya kemudian mengangguk pelan. Akhirnya mereka membuka sesi curhat bagi masing-masing.

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Cie-cie ceritanya ini kencan ya Lino😀
Lanjut!




Ardian S2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang