24

8.1K 933 191
                                    

Semuanya hanya diam dengan menatap keberadaan Lino. Lelaki itu juga hanya diam dengan menatap orang-orang di hadapannya.

"Kalian ngapain ngumpul di sini? Jahat banget nggak ngajak gue," ucap Lino dengan memeluk tubuh Arsen.

Semuanya menatap dalam diam tidak tahu harus berkata apa. Ravy yang mendengar cukup menatap tajam.

"Lo anggota Dark King?" tanya Ravy.

"Nggak, lah! Masa lo lupa gue ketua Night Devil! Minta di slepet ala ketua ND, nih!" seru Lino dengan memutar matanya.

"Nah, itu tau! Jadi lo nggak di ajak," ucap Ravy dengan memutar matanya.

Lino hanya bisa mengumpat dengan wajah cemberut. Lelaki itu enak saja bilang begitu walaupun kenyataan.

"Anjing lo sakit ati gue denger nya! Udah di rumah kena cuekin sekarang dapat double kill," gerutu Lino dengan menatap sinis.

Lino menatap sang tunangan dengan mata berbinar-binar layaknya anak anjing. Arsen yang di tatap seperti itu mana tahan.

"Muka lo najis," cibir Ravy dengan mendengus.

"Jomblo diam aja, ya! Kalau iri itu bilang sama Adya. Itu si Adya jomblo dari lahir bisa lo elus! Begini nasib orang ganteng suka banyak yang iri," ucap Lino dengan tersenyum masam.

Ravy seketika merasa tersakiti mendengar perkataan Lino. Adya yang melihat hanya tertawa puas dengan menatap Ravy.

"Lo ketawa gue jitak," desis Ravy dengan menatap tajam.

"Jangan galak gitu sama calon pacar Vy! Nanti kena karma gue yang pertama kali ketawa paling kenceng," ledek Vano dengan tertawa terbahak-bahak.

Lino yang mendengar sontak tertawa terbahak-bahak. Ia bertos ria dengan menatap Ravy yang menahan rasa kesal.

"Cih, dasar ulat keket! Badan aja gede tapi pakai baju tidur beruang," cibir Ravy dengan menatap Lino dari atas sampai ke bawah.

"Dih, biar aja iri! Biarin aja pakai baju beruang yang penting bajunya adem nggak kayak muka lo hawa neraka," sahut Lino dengan melepaskan bajunya. Namun, belum sempat Arsen sudah menatapnya dengan dingin.

"Iya ... nggak kok," ucap Lino dengan tersenyum manis.

***

Setelah kejadian kakinya tertimpa motor. Lino tidak ada rasa jera bahkan masih saja mengendarai motor dengan kecepatan tinggi.

Ia ketiduran di rumah Arsen bahkan terbangun terlambat. Ia hanya membawa ponsel dan dompet ke sekolah bahkan nekat menggunakan seragam Arsen seperti biasa.

Ia menatap gerbang yang di tutup dengan tersenyum masam. Dalam keadaan sakit begini mana bisa dirinya panjat gerbang yang setinggi buto ijo.

"Psstt ... jalan sini."

Lino tersenyum lebar melihat Adya dan ke dua teman masa kecilnya. Memang mereka paling bisa menjadi andalan.

"Motor gue gimana?" bisik Lino dengan mengangkat alisnya.

"Lo parkir di warung sebelah sekolah kita dulu," ucap Adya dengan suara pelan.

Lino mengangguk pelan. Ia mendorong motornya dengan berhati-hati agar tidak ketahuan.

"Hati-hati," ucap Ryan dengan menjulurkan tangannya.

"Thanks kalian emang sahabat baik gue," ucap Lino dengan melakukan ciuman udara.

"Udah jangan bicara dulu. Kita pergi sekarang," timpal Dean dengan menatap sekeliling.

"Wah, tumben bijak lo. Ayo kali ini gue nggak sanggup kalau kena hukum," ajak Lino dengan berjalan pelan.

Ardian S2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang