25

8.3K 904 161
                                    

Lino menatap ke arah depan dengan menghela napas. Ia menatap jam tangan dengan muka masam. Ini sudah setengah jam lamanya acara perpisahan.

Saking lama berdiri bahkan kakinya susah mati rasa. Ia menatap keberadaan Adya dengan mengedipkan matanya.

Lino memejamkan matanya lalu di sambut baik oleh Adya. Lelaki itu mulai berteriak membuat semua orang menjadi heboh.

Apalagi sang guru yang mulai takut karena wajah pucat lelaki itu. Adya juga sedikit terkejut ia sangka lelaki itu hanya berpura-pura saja.

"Astaga ini anak PMR ke mana?! Waktu butuh semuanya hilang kayak doi! Woy cepat ini Lino berat banget asu!" pekik Adya dengan menahan tubuh Lino.

Arsen yang awalnya harus fokus ke acara justru berlari. Para guru hanya bisa pasrah karena acara yang seharusnya sedih justru menjadi ricuh.

"Tia urus," perintah Arsen dengan menggendong tubuh Lino. Sebenarnya tugasnya hanya mengawasi kinerja OSIS, tetapi justru seperti anggota OSIS itu tersendiri.

Para cewek yang melihat seketika berteriak histeris. Mereka hanya bisa mengkhayal kapan punya pasangan seperti Arsen.

Stela lalu Mika hanya bisa menahan tawa melihat ekspresi wajah Ray juga Tia. Teman-temannya yang lain mulai keluar barisan jika di lihat-lihat justru seperti orang ingin tawuran.

Arsen meletakkan tubuh Lino di atas kasur. Tatapannya sedikit tenang membuat semua menjadi heran.

"No ... udah jangan drama lagi," ucap Arsen dengan mengelus rambut Lino.

Lino membuka matanya perlahan dengan tersenyum manis. "Iya ... tapi ini aku beneran pusing, loh. Acaranya lama banget, sih."

Arsen hanya tertawa kecil. Ia sebenarnya juga cukup bosan mendengar ceramah dari sang guru. Namun, mengingat tanggung jawabnya sebagai ketua MPK.

"Udah tidur aja dulu," ucap Arsen dengan tersenyum manis.

Lino mengangguk kepalanya. Ia mulai memejamkan matanya dengan memeluk pinggang Arsen. Mereka seketika melupakan orang-orang yang berada di dalam UKS.

"Panggilan kepada anggota club olahraga di harapkan berhadir di lapangan utama."

Lino menggeram kesal. Padahal ia baru saja menutup matanya, tetapi malah mendapatkan panggilan.

"Arsen ... mau tidur," ucap Lino dengan cemberut.

"Nggak! Nggak ayo bangun!" seru Stela dengan menarik tangan Lino.

"Jangan bener lo! Orang lagi sakit juga. Gue laporin ke polisi mampus lo! Pelanggaran ham ini orang lagi sakit di paksa. Gue nggak terima dan harus menuntut hak ..."

Nicho hanya memutar matanya. "Iya, nanti gue kabarin lo."

Arsen hanya menepuk pelan kepala Lino. Ia ingin berjalan pergi, tetapi di tahan oleh Lino dengan wajah cemberut.

"Mau ke mana?" tanya Lino dengan muka datar.

"Pergi ke lapangan. Ini lomba panah aku yang terakhir kali," jawab Arsen dengan tersenyum tipis.

Lino menatap Arsen dengan berdecak kagum. "Anjir memang perfect banget sih calsum gue! Jadi pengen cepet kawin, deh! Tapi masa aku di tinggal."

"Nikah dulu goblok! Eh, tapi kalian udah gitu sebelum nikah, sih!" cibir Ravy dengan menatap sinis.

"Babi lo! Nyesek sampai ginjal, nih!" seru Lino dengan menampilkan wajah sok tersakiti.

Arsen menggenggam tangan Lino dengan tersenyum manis. "Ayo kita pergi sekarang!"

Ardian S2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang