45

6.9K 756 270
                                    

Arsen hanya diam dengan melepaskan pelukan Lino. Lelaki itu mulai menatap Lino dengan muka serius.

"Stela bilang apa sama kamu?" tanya Arsen dengan mengangkat alisnya.

"Oh, itu kasian. Ternyata gara-gara Tia dan nyokap dia keluarga Stela jadi hancur. Apalagi ibu Stela nggak mau ngajak pergi karna anggap gadis itu beban," jawab Lino dengan menatap Arsen.

Arsen mengangguk pelan. "Yang lain?"

"Nggak ada lagi ... wait! Kamu nguping, ya?" seru Lino dengan memicingkan matanya.

Arsen hanya mengangkat bahunya dengan ogah-ogahan. Lino sontak tersenyum lebar dengan memicingkan matanya.

"Kamu cemburu, ya?" goda Lino dengan mencolek pipi Arsen.

Arsen hanya menepis tangan Lino dengan muka datar. Mereka tidak tahu saja beberapa orang mulai menatap sinis ke dua lelaki itu.

"Anjir ingat dunia, woy! Di sini masih ada orang," celetuk Vano dengan menggelengkan kepalanya.

"Oh, benarkah? Tapi bukannya kalian itu setan, ya?" ledek Lino dengan tertawa terbahak-bahak.

Arsen mulai mencengkeram tangan Lino. Tatapan lelaki itu sangat menusuk tiap detik. Namun, entah mengapa nyali Lino seketika menciut jika Arsen sudah bertindak seperti itu.

"Stela juga nembak aku ... karna nggak tega aku terima, deh!" seru Lino dengan meringis kecil.

Semua orang menatap Lino dengan tatapan tidak percaya. Arsen juga menatap Lino dengan tatapan kecewa.

Lino hanya bisa menahan tawanya. Memang pada dasarnya persahabatan mereka penuh banyak drama.

"Bercanda, doang. Aku udah punya tunangan buat apa nerima dia lagian Stela juga bercanda," ucap Lino dengan cengengesan.

"Bercanda lo nggak lucu," desis Arsen dengan bangkit dari duduknya.

Seketika Lino menjadi panik. Ia menarik tangan Arsen agar kembali duduk. Kemudian ia duduk di atas pangkuan lelaki itu.

"Jangan marah, dong! Aku cuman cinta sama sayang kamu, doang. Biar pun cantik atau ganteng orang yang goda nggak bakal buat aku tertarik. Jadi jangan ngambek lagi, ya?" ucap Lino dengan tersenyum lebar.

Arsen hanya diam dengan muka datar. Namun, orang lain hanya bisa menjadi nyamuk.

"Aku beneran cinta kamu ini. Aku biasanya nggak pernah blak-blakan ngomong sama mohon gini kecuali sama kamu," ucap Lino dengan cemberut.

"Lo pernah ngomong gitu sama orang lain?" desis Arsen dengan menatap tajam.

Namun, sebenarnya Arsen hanya diam menahan tawanya. Apalagi melihat raut wajah Lino yang sangat khawatir.

"Anjing, ya engga lah! Nggak percaya lo sama gue. Lelah hayati ini sama orang setan kayak lo pada. Gue nyerah! Males gue mendingan lo semua ke laut aja!" gerutu Lino dengan mengelus dadanya.

"Arsen katanya Lino mau minta jilat dadanya!" seru Adya dengan tertawa terbahak-bahak.

"Anjing lo! Kata siapa kayaknya itu otak mesum lo yang mau ngelakuin ke Ravy!" sembur Lino dengan berkacak pinggang.

Ravy dan Ryan yang mendengar perkataan Adya seketika merasa malu. Namun, Ryan lebih parah karena kupingnya mulai memerah.

Arsen hanya tertawa kecil. Semua orang seketika mulai menatap Arsen dengan tatapan heran.

"Kamu nggak marah lagi?" tanya Lino dengan menggenggam tangan Arsen.

"Iya, nggak bisa aku marah sama kamu lama-lama," sahut Arsen dengan tersenyum manis.

Bugh

"Ah, Kak Arsen bisa aja!" seru Lino menutup wajahnya dengan berpura-pura malu.

Arsen hanya bisa mengelus lengannya dengan tersenyum masam. Lino hanya cengengesan dengan meminta maaf kepada kekasihnya.

"Btw, kalian ngapain ke apartemen Dean? Kalau gue karna mau pastiin keadaan mereka berdua," ucap Lino dengan menatap Arsen dan teman-temannya.

Ziel menatap ke arah Arsen dengan serius. Namun, Arsen justru mulai mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja.

"Kamu nggak nyadar kalau selama ini kayak ada yang sengaja buat hubungan kita retak," ucap Arsen menatap Lino dengan serius.

Lino hanya tersenyum tipis. Ia terlihat tidak khawatir sama sekali begitu juga dengan Dean dan Ryan yang hanya diam.

"Kayaknya Stela nggak, sih? Soalnya tuh orang yang selalu cari masalah kalian berdua. Keliatan banget kayak suka sama Lino," duga Vano dengan serius.

Sekarang mereka tidak bisa main-main lagi. Menurutnya ini sudah keterlaluan jika ingin membuat hubungan orang lain rusak.

"Kalau Stela kayaknya nggak mungkin. Di liat itu gadis hanya di jadikan kambing hitam. Justru kita harus pikirkan siapa yang dapat keuntungan dari masalah ini," ucap Arsen dengan mengepalkan tangannya.

"Bener lagipula Stela nggak dapat apa-apa kecuali prasangka buruk. Jadi ... orang ini ingin sesuatu untung lebih dari yang di pikirkan," timpal Lino dengan cengengesan.

Arsen dan teman-temannya seketika menatap Lino dengan serius. Orang yang di tatap justru terlihat tenang.

"Biasanya lo suka emosi kayak dulu," celetuk Nicho dengan mengerutkan keningnya.

Lino hanya cengengesan. "Ya, kali semua masalah harus pakai otot. Kita itu harus pakai otak."

"Bener kata Lino. Kalau dia emosi mulu nggak bakal bisa jadi ketua Night Devil," sahut Dean yang sedari tadi hanya diam.

"Kamu udah tau?" tanya Arsen dengan tatapan menyelidik.

Lino menatap ke Arsen dengan mengangkat bahunya. Hal itu justru membuat semuanya menjadi penasaran.

"Kayaknya kita harus hati-hati apalagi waktu acara olahraga nanti. Kemungkinan besar mereka akan nyerang waktu itu juga," ucap Arsen dengan muka datar.

Ryan menatap ke arah Arsen dengan tersenyum lebar. Dean juga menatap lelaki itu dengan tertawa kecil.

"Pantas lo suka sama dia. Ternyata sama-sama jenius plus licik, toh!" seru Ryan dengan tertawa mengejek. Suaranya terlihat agak serak.

"Uke diam, deh! Berapa jam kalian ngelakuin itu sampai tuh suara serak? Pasti kasar banget si Dean atau justru lo yang binal," cibir Lino dengan memicingkan matanya.

Ryan dan Dean seketika tersedak ludahnya sendiri. Lino yang hanya menatap sinis ke duanya.

"Tau privasi nggak? Itu privasi kami, Bos. Kalau iri minta sama Arsen aja," ledek Dean dengan tertawa terbahak-bahak.

"Heh, kurang ajar lo! Emang minta di slepet nih anak. Udah syukur nggak kena bogem gue lo!" geram Lino dengan menatap tajam.

"Lalu lo jangan nyewa jalang lagi ogeb! Gue nggak suka liatnya apalagi sampai tuh cewek nyentuh tubuh gue!" lanjut Lino dengan berkacak pinggang.

Ekspresi wajah Arsen tampak dingin. Dean seketika cengengesan dengan susah payah meneguk ludahnya.

Kemudian berakhir Dean terkena ceramah dari Ziel. Arsen juga terus-terusan menatap tajam lelaki itu.

"Aaaaah! Gue nyesel!" pekik Dean dengan wajah tersiksa.

Sedangkan sisanya hanya tertawa melihat Dean yang tampak tersiksa. Ryan yang melihat hanya bisa menahan tangisan takut terkena semburan mereka.

Lino berjalan dengan menatap tanggal. Ekspresi wajah yang tidak ia tunjukkan kepada Arsen dan teman-temannya.

"Tinggal 3 minggu lagi," gumam Lino dengan muka datar.

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Wah apa benar ada yang ingin rusak hubungan mereka 🤔
Besok jangan lupa makan besar🥳
Lanjut!

Ardian S2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang