44

26.2K 3.1K 48
                                    

Disebuah ruangan yang di sekelilingi lautan manusia. Lino memegang kepalanya yang tampak berdengung. Ia tidak habis pikir sekarang dirinya berada dimana dan tidak ada seorangpun yang dikenalnya.

"Ayah, El mau ke toilet dulu."

Lino suara yang dikenalnya kemudian membalikkan tubuhnya. Di sana nampak Elio yang bersama ayahnya. Ia memegang kepalanya yang semakin pusing setelah mengetahui keberadaan Elio.

Tiba-tiba saja Elio pergi lalu membuat rasa penasarannya membuncah. Ia mengikuti Elio dari belakang sembari berjalan pelan. Ia melihat sepertinya Elio sudah tahan lagi untuk ke toilet.

Setelah Elio keluar ia kembali mengikuti langkah kaki lelaki itu. Lalu langkah kaki Elio berhenti di ruangan 13 bahkan ekspresi wajah Elio tampak terkejut. Ia berjalan pelan lalu juga ikut mengintip ternyata di ruangan sana terdapat Papah Mita bersama Gina.

"Cih, memang jalang," ucap Lino dengan tersenyum mengejek.

Lino segera menutup mulutnya dengan menatap kearah Elio. Ia menghela nafas lega ternyata orang-orang disini tidak dapat mendengarnya.

"Gina, bagaimana rencana kamu? Apakah mereka sudah terpecah belah?" cecar Papah Mita dengan mengelus rambut Gina.

"Rencana aku berhasil, sayang. Geng Arsen dengan Elio sudah dari awal bermasalah jadi cukup mudah membuat mereka tersulut emosi," jawab Gina dengan memainkan jari Papah Gina.

"Kamu teruskan buat anak-anak Maheswari terpecah belah," perintah Papah Mita dengan menyeringai.

"Tentu, sayang. Lalu rencana kamu gimana?" tanya Gina dengan tersenyum manis.

"Kita harus membuat anak-anak mereka terpecah belah. Setelah mereka dalam waktu yang lengah kita akan menyerang keamanan perusahaan mereka. Setelah itu baru kita rebut penanam saham agar beralih ke perusahaan saya," papar Papah Mita dengan menyeringai.

"Pacar aku memang jenius," sanjung Gina dengan memeluk lengan lelaki itu.

Elio yang mendengar itu terkejut, tetapi dia tidak bodoh untuk merekam video untuk bukti. Namun, saat ingin pergi ada suara kucing mengeong.

"Anjing! Ini kucing kayaknya memang minta digoreng!" umpat Lino dengan muka masam.

"Tapi sepertinya ini memang hari sial Elio sudah melihat angka 13. Lalu bertemu kucing hitam," lanjut Lino dengan menggelengkan kepalanya.

"Siapa itu?! Pengawal kejar mereka!" perintah Papah Mita dengan muka memerah.

Elio segera berlari dengan kecepatan tinggi. Ia menuju lift untuk menuruni lantai bawah, tetapi hari ini sangat sial. Ia berlari menuju tangga darurat dengan tergesa-gesa. Namun, naas saat menuruni tangga ia tanpa sengaja keseleo dan terjatuh hingga terguling-guling kelantai bawah.

"Ini gimana apa dia sudah meninggal?"

"Biarin saja anggap ini kecelakaan lagipula itu karena kecerobohan."

"Dih, Lo kalau dikejar orang juga panik!"

Semua orang pergi meninggalkan Elio dan Lino yang tidak terlihat. Ia menatap Elio lalu memegangnya, tetapi tangannya menembus yang membuatnya terkejut.

"Apa gue meninggal lagi? Anjir! Gue jadi arwah penasaran!" seru Lino dengan melotot tajam.

Tiba-tiba saja kepalanya sakit seperti mau pecah. Ia membuka matanya tiba-tiba saja berada di ruangan kamarnya.

"Ternyata hanya mimpi," lirih Lino dengan menghela nafas lega.

"Tapi terlihat sangat nyata, apakah ini ingatan Elio?" lanjut Lino dengan menatap lurus.

Lino menatap langit-langit kamarnya dengan tersenyum tipis. Ia menatap kesamping ternyata pukul 5 pagi. Ia bangkit lalu pergi menuju kamar mandi.

***

Lino menuruni tangga dengan bersiul kecil. Ia lagi-lagi menggunakan pakaian biasanya dipakainya saat di dunianya dulu. Namun, yang membedakan kali ini ia menggunakan jaket ketua Red Devil dan kalung couple yang diberikannya kepada Arsen dulu.

"Lino, kenapa kamu pakai baju kayak gini lagi? Padahal Bunda lebih suka kamu sudah berubah," celetuk Alun dengan mengerutkan keningnya.

"Ingatan sudah balik, Bun," sahut Lino dengan mengangkat alisnya.

Lino tidak berbohong karena saat mau mandi tiba-tiba saja ingatan dari pemilik tubuh muncul. Awalnya ia bingung tapi dia menyadari jika jiwa mereka sudah bersatu.

Lalu sebenarnya gaya mereka itu sama, tetapi yang membedakannya dengan Elio adalah dirinya lebih parah. Ia lebih suka menggunakan pakaian yang di motif alias celana jeans bahkan tindik di telinganya. Lalu dulu ia juga lebih sering merokok jadi bisa dibilang tingkatnya lebih tinggi dibandingkan Elio.

"Yang bener kamu," ucap Satria dengan mengerutkan keningnya.

"Iya, Yah. Untuk apa Lino bohong," sahut Lino walaupun tidak semuanya ia ceritakan.

"Cih, biasanya juga suka membual ke orang lain," cibir Ziel dengan menatap sinis.

"Wah, saya tersanjung, loh," sahut Lino dengan tersenyum lebar.

Setelah itu mereka makan dengan tenang walaupun begitu tatapan mata Lino menuju keluarganya. Apakah mereka sudah tahu tentang kabar Papah Mita juga keberadaan Gina?

"Nilam ternyata seorang yang licik, Ayah awalnya tidak percaya tapi setelah melihat berita baru percaya. Padahal Ayah menganggapnya seperti adik kandung," celetuk Satria dengan memijat pelipisnya.

Lino menatap sang ayah dengan ragu-ragu kemudian berkata, "Ayah ... Ayah tahu bukan kalau Lino kecelakaan lalu amnesia."

"Iyalah, masa Ayah lupa soal kamu," sahut Satria dengan terkekeh kecil.

"Apa Ayah tahu jika kecelakaan itu bukan kecelakaan biasa?" tanya Lino dengan berhati-hati.

"Bukannya itu cuman kecelakaan biasa," sahut Satria dengan mengerutkan keningnya.

"Bukan sebenarnya saat itu ada orang yang mengejar nyawa Lino sayangnya saat itu Lino ceroboh dan terjatuh," papar Lino dengan tersenyum canggung.

"Sial! Siapa orang itu berani sekali menyakiti keluarga Maheswari?!" sembur Satria dengan mengepalkan tangannya bahkan wajahnya mulai memerah.

"Kalau orang yang menyakiti Lino adalah Nilam Avanti, apakah Ayah akan percaya?" tanya Lino dengan tersenyum tipis.

"Jadi ... dia yang sudah membuat putra Ayah celaka," lirih Satria dengan menggenggam erat kursinya.

"Iya, Yah. Awalnya dia ingin membuat perusahaan Ayah bangkrut sehingga penanam saham mulai beralih padanya. Namun, saat itu Lino mendengar semuanya hingga pengawalnya mengejar. Lino yang ceroboh lalu terjatuh terguling hingga kelantai bawah karena Lino amnesia jadi dia tetap membiarkan Lino hidup," papar Lino dengan muka datar.

"Berarti sekarang Lino sedang bahaya, Yah!" seru Alun dengan raut wajah khawatir.

"Memangnya ada apa, Bun?" tanya Ziel yang sedikit penasaran karena Bundanya seketika khawatir.

"Saat ini Nilam masih menjadi buronan para polisi dan jejaknya tidak diketahui," jawab Satria dengan muka dingin.

Lino dan Ziel terkejut mendengar kabar buruk ini. Jika begini seharusnya ia dengan yang lain dalam bahaya.

"Lalu kabarnya Gina bagaimana? Bukannya mereka itu pasangan," tanya Lino dengan mengerutkan keningnya.

"Gina? Oh, gadis yang selalu datang ke rumah kita. Kabarnya dia meninggal di markas Geng Bloody Night saat polisi melakukan pencarian di sana. Sayang sekali padahal gadis itu jenius jika bersabar sedikit saja dia mungkin akan sukses," papar Satria dengan menggelengkan kepalanya.

"Yah, sayang sekali padahal Ziel itu cinta sama Gina," beber Lino dengan menggelengkan kepalanya.

"Tukang bual!" seru Ziel dengan menatap tajam.

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Membuat cerita ini sambil cegukan 😑 Rasanya ingin membanting ponsel tapi, sayang😬 Emang asem 🙂
Lanjut!

Ardian S2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang