31

31.9K 3.9K 364
                                    

Sosok lelaki yang menggunakan baju dikeluarkan dengan seluruh kancing dibuka menyisakan kaos hitam. Lelaki itu juga mengenakan celana jeans hitam sobek-sobek dan dasi yang diikat dilenga nya bahkan dengan rambut yang berantakan.

Murid perempuan yang melihat itu berteriak histeris. Saat ini ketampanan Lino semakin bertambah dua kali lipat dari biasanya. Ia hanya berjalan dengan muka dingin tak tersentuh.

"Argh! Elio kok tambah cakep!"

"Mas jadikan aku istrimu!"

"Cukup Mas! Kamu buat hatiku melayang!"

Lino menyeringai kecil karena inilah penampilan dirinya yang sebenarnya. Selama ini ia hanya berpura-pura memainkan peran orang amnesia sebenarnya penampilan dirinya sama seperti Elio.

Lino melihat di lapangan sudah ada murid-murid juga guru. Ia tidak peduli langsung masuk barisan dengan raut wajah tidak bersalah.

"Itu kenapa telat?"

"Pinggang sakit jalan harus pelan," jawab Lino dengan muka datar.

"Ada-ada saja kamu! Baiklah karena mood kamu sedang tidak baik bapak maafkan. Teman sekelasnya tolong jelaskan ke Elio."

Setelah mengatakan itu para guru dan murid bubar. Mereka membawa bak sampah juga plastik besar tidak lupa alat kebersihan.

"No, Lo kok bisa telat? Syukur tuh guru peka banget sama murid. Eh, tapi kok sifat sama gaya Lo sama kayak dulu lagi," seru Adya dengan merangkul pundak Lino.

"Memori balik," jawab Lino dengan mengangkat bahunya.

"Habis itu bisa bikin orang sembuh amnesia ya," gumam Arsen yang hanya bisa didengar oleh Lino karena pendengarannya sedikit tajam.

Semua orang yang mendengar itu seketika terkejut. Mereka tidak lupa melepaskan barang bawaan yang dibawa. Ada juga yang menatap Lino dengan wajah memucat takutnya akan terjadi perang dunia ketiga.

"Anjing! Kaki gue!"

"Aduh! Sampah gue berantakan lagi, deh!"

"BABI! LO NGAPAIN SIRAM GUE?!" pekik Adya dengan mengelap wajahnya yang basah.

"Ya, maaf! Gue refleks karena kaget," ucap Ravy dengan memutar matanya.

Arsen berjalan menuju Lino lalu memegang tangan lelaki itu. Namun, tangannya ditepis oleh Lino membuat murid lain menatap tidak percaya soalnya semenjak amnesia lelaki itu cukup akrab dengan Arsen.

"Maaf, tapi bukannya ehm ... pinggang Lo masih sakit," ucap Arsen dengan ragu-ragu.

Lino yang mendengar itu segera terkekeh geli. Ia tidak menyangka lelaki itu akan bilang dengan santainya. Ia bertepuk tangan lalu mencekik leher lelaki itu membuat semua orang berteriak histeris.

"LINO!" murka Ziel lalu berjalan menghampiri mereka. Namun, Arsen mengangkat tangannya mengkode agar tidak usah membantunya. Gina juga ingin menghampiri Arsen, tetapi diberi tatapan tajam oleh sang empu.

Lino mengencangkan cekikan dileher Arsen, tetapi lelaki itu hanya diam. Ia segera melepas dan mendorong tubuh lelaki itu. Ia melihat Arsen segera menghirup udara berkali-kali. Namun, tanpa disadari yang lain tangannya terlihat gemetaran.

"Kenapa?" tanya Lino tertawa kecil dengan menutup wajahnya dengan satu tangannya.

"Maaf," sesal Arsen dengan tersenyum sendu.

"Kenapa Lo hanya diam?" tanya Lino dengan tertawa kecil.

"Karena rasa sakit ini nggak seberapa seperti yang gue lakukan ke Lo," jawab Arsen dengan tersenyum tipis.

Ardian S2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang