36

38K 3.6K 576
                                    

Lino berjalan menelusuri lorong apartemen mencari kamar nomer 57. Ia seketika meringis kecil membayangkan jika apartemen ini roboh bisa-bisa orang jadi mayat geprek.

"ANJAY!" pekik Lino dengan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Saat memasuki kamar Arsen ia dikejutkan oleh lelaki itu. Kini Arsen menyambutnya dengan kaos putih oversize lalu nampak tidak mengenakan celana.

Lino melihat Arsen yang menundukkan wajahnya dengan memainkan ujung bajunya. Ia meneguk ludah dengan susah payah karena baru datang sudah disuguhi pemandangan seksi.

"Ehm ... itu Arsen Lo ngapain pakai begituan, hehe?" tanya Lino dengan menggaruk tengkuknya.

Arsen tidak menjawab melainkan menepuk pinggir kasurnya. Lino berjalan dan hanya bisa menahan hasrat karena sekarang Arsen terlihat sangat seksi juga indah disaat bersamaan. Ia hanya heran biasanya Arsen itu memiliki aura dominan dan juga pernah melakukan hal itu padanya.

"Lakuin," celetuk Arsen dengan mengalihkan pandangannya.

"Hah, lakuin apa?" tanya Lino dengan muka bengong.

"Cih, Lo nggak bodoh bukan. Lakuin hal yang pernah gue lakukan ke Lo. Anggap aja sebagai penebusan juga memberi Lo hal yang sama kayak gue," ucap Arsen dengan telinga yang memerah menahan malu.

Lino tertegun seketika teringat saat hari perlombaan. Ia mengangkat alisnya ternyata lelaki itu mau menurunkan rasa gengsinya biasanya cowok mana mau menurunkan harga dirinya pasti selalu ingin menjadi dominan.

"Apa Lo yakin?" tanya Lino dengan mengangkat alisnya.

"Hmm," sahut Arsen dengan menatap mata Lino.

Lino tersenyum tipis lalu memulai mencium lelaki itu. Lelaki mana yang tidak bernafsu jika disodori hal ini apalagi yang melakukannya adalah orang yang dicintai, jika tidak maka hidupnya dikelilingi disfungsi seksual.

Ia menggigit pelan bibir bawah Arsen hingga membuat sang empu melenguh. Ia menelusuri langit-langit mulut dan mulai menautkan lidah mereka.

"Eughh," desah Arsen dengan memukul dada Lino karena merasa kehabisan stok oksigen.

Lino mulai menjelajahi leher putih Arsen. Ia meninggalkan tanda cintanya untuk Arsen yang membuat lelaki itu merasa geli. Setelah cukup puas menghiasi leher Arsen ia mulai menyingkap kaos lelaki itu.

Lino menyeringai lalu mulai menjilat dari bawah hingga sampai menuju puting lelaki itu. Ia menggigit pelan hingga membuat Arsen memekik tertahan. Ia berhenti menggigit tapi mulai menjilati puting itu hingga membuat Arsen mendorong kepalanya yang malah membuatnya semakin antusias.

"Geli," ucap Arsen dengan menahan desahan saat Lino mulai menghisap putingnya.

Lino masih menghisap puting Arsen, tetapi tangannya juga mulai bermain-main di selangkangan lelaki itu. Arsen mendesis nikmat saat miliknya dikocok pelan oleh Lino.

"Ahh ... Lino ..." desah Arsen dengan menutup matanya saat lelaki itu mulai mengocoknya dengan cepat.

Lino menyeringai melihat sifat Arsen yang sekarang. Ia puas karena Arsen bisa mendesah dibawah kendalinya. Ia dapat merasakan punyanya sudah tegang melihat desahan Arsen.

"No ... eughh ... pelan," desah Arsen dengan memegang lengan Lino.

Lino tidak memperdulikan bahkan semakin menambah kecepatan. Ia sangat suka melihat wajah memohon sang pacar. Ia tidak menyangka kalau Arsen bisa indah dan menyenangkan diwaktu bersamaan.

"Ahh ... No ... eugh ... gue mau ke ..."

Crot!

Lino menyeringai puas lalu kembali melepaskan celana Arsen ternyata lelaki itu sudah menyiapkannya karena dia hanya menggunakan satu celana. Ia menatap intens benda panjang juga pantat berisi milik Arsen membuat sang empu memerah saking malunya.

Lino mengambil cairan kental berwarna putih susu. Lalu mulai memasukkan jari tengahnya kedalam hole Arsen dengan pelan agar tidak menyakiti lelaki itu.

Ia memasuk keluarkan jarinya didalam lubang ketat milik Arsen. Ia jadi semakin penasaran bagaimana rasanya lubang ketat itu hingga Arsen juga terlihat menikmati hole miliknya dulu.

Setelah cukup lama ia kembali menambah jarinya. Ia melakukan gerakan menggunting dan memperdalam jarinya hingga mengenai titik sesuatu.

"Akhh!" desah tertahan Arsen saat jari Lino mengenai titik sensitif miliknya. Ia menutup mulutnya saat titik sensitifnya beberapa kali ditekan jari Lino.

"Ah, ternyata kita memiliki titik sensitif yang sama. Puting sama prostat," ucap Lino dengan menyeringai.

Lino kembali mengejar prostat Arsen dengan beberapa kali tusukan hingga lelaki itu menyemburkan cairannya lagi. Ia mulai melepaskan celananya dan menyisakan kemeja miliknya.

Dihadapan Arsen terpampang jelas benda panjang dan besar milik Lino. Mereka sama-sama dominan juga cowok jadi tidak ada salahnya mencicipi milik masing-masing. Itulah yang dipikirkan oleh keduanya lagipula didalam hubungan tidak boleh ada yang namanya egois.

Lino mengocok pelan miliknya lalu meletakkannya didepan hole Arsen. Ia  terkekeh kecil melihat Arsen yang masih saja santai disaat seperti ini.

"Lo udah siap? Lo nggak ada takut-takut nya bahkan terlihat sangat santai," ucap Lino dengan tertawa kecil.

"Sudah Ardian, Lo itu my boyfriend buat apa takut," sahut Arsen dengan muka datar.

Lino terkekeh geli kemudian mulai mencoba memasuki lubang ketat Arsen. Satu kali percobaan hanya bisa masuk sedikit, tetapi dalam satu hentakan miliknya sudah tertancap dalam.

Lino berdiam untuk meringankan rasa sakit lelaki itu karena ia juga tahu akan rasa sakitnya. Setelah sudah cukup lama akhirnya dia mulai menggerakkan penisnya dengan perlahan.

"Eughh ... Lino ... lebih cepat," desah Arsen dengan wajah memerah yang semakin menambah kesan seksi.

Lino yang diberikan kartu hijau segera mempercepat gerakannya. Ia bahkan mengangkat pinggang Arsen agar membuat penisnya masuk lebih dalam.

Lino menatap Arsen yang menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Ia menyeringai lalu mendorong kencang penisnya hingga membuat Arsen mendesah keras.

"Li ... no ... Akhh! Ini terlalu dalam ... ahhh ..." desah Arsen dengan memeluk leher Lino.

Namun, tidak tahu saja kalau tangan Arsen sudah menjelajahi pantat berisi Lino. Lalu sebuah jari memasuki lubang ketat Lino yang membuat lelaki itu memekik tertahan.

"Ahh ... dasar licik!" seru Lino dengan muka memerah karena hole nya terus-menerus ditusuk hingga mengenai titik sensitifnya.

Lino semakin mempercepat gerakannya dengan jari Arsen yang masih menjelajahi hole nya. Arsen semakin gemetaran saat dirinya sudah mau klimaks.

"Ahh ... Lino ... lebih cepat ... eughh ... gue mau keluar," desah Arsen dengan keras bahkan air matanya mulai keluar saking menikmatinya.

Crot!

Lino tersenyum tipis melihat wajah lelah milik Arsen. Akhirnya ia memiliki Arsen seutuhnya karena mereka sama-sama seri menyicipi milik masing-masing. Ia mengecup kening, mata, hidung, pipi dan terakhir bibir lelaki itu.

"Terima kasih karena tidak keegoisan dalam hubungan kita," ucap Lino dengan tersenyum simpul.

"Uhm," sahut Arsen dengan menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut.

Lino yang melihat itu hanya terkekeh geli. Dulu saja ada yang bilang kita sama-sama cowok buat apa malu, tahunya orang yang bilang malah malu.

Kring! Kring!

Arsen mengambil ponselnya lalu mengernyitkan keningnya. Ia mengangkat panggilan telepon itu membuat Lino penasaran.

"Siapa?" bisik Lino.

Arsen menutup mic ponselnya berbisik, "Ravy."

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Dulu Author baca komentar kalian masalah tusuk menusuk. Maaf ya gue ngakak bacanya soalnya baru kali ini pembaca rebutan posisi biasanya tokoh utamanya 🤣 berarti kalian menikmati cerita author 😚 terimakasih karena selalu mendukung cerita ini🥰
Double up lagi soalnya hari ini nggak ada kerjaan 🤣
Lanjut!

Ardian S2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang