23

8.1K 921 201
                                    

Lino menatap sang papi yang bermanja dengan sang mami. Jika begini dirinya jadi iri.

"Ehem, Pi! Mi! Lino mau pergi, nih!" seru Lino dengan bersedekap dada.

"Pergi aja sana," ucap Papi dengan muka datar.

Lino yang mendengar hanya cemberut. Apa pula yang di dengar olehnya kali ini.

Jika tahu begini sebaiknya dia pergi ke rumah Arsen. Ia menatap sang adik yang sibuk membaca novel entah genre apa.

"Jangan bener sama anaknya! Mau kelonan sama Arsen aja!" seru Lino dengan berjalan meninggalkan ruang keluarga.

"Lino jangan lupa pulang bawa martabak!"

"Lino nggak mau pulang! Mau nginep di sana!" teriak Lino dengan mengerucutkan bibirnya.

Lino semakin cemberut tatkala orang rumah tidak mencegah dirinya. Akhirnya ia pergi dengan menghentakan kakinya.

Ia saking emosi bahkan hampir meninggalkan rumah dengan berjalan kaki. Ia kembali masuk ke dalam rumah dengan perasaan dongkol.

"Kenapa balik lagi bukannya mau nginep di rumah Kak Arsen?" tanya Mika tapi matanya menatap bukunya.

Lino hanya diam dengan menuju kamarnya. Ia kembali keluar dengan membawa ponsel, dompet dan kunci motor.

"Emang asem bukannya liburan keluarga ini malah honeymoon," gerutu Lino sebelum beranjak pergi meninggalkan pekarangan rumah.

Namun, saat di persimpangan jalan ia terkejut melihat mobil yang muncul. Ia menghentikan motornya dadakan sehingga tidak bisa lagi menahan beban. Ia terjatuh dengan kakinya tertimpa motor. Ia hanya bisa meringis kecil dengan mengangkat motornya.

Sang pemilik mobil keluar dari mobil dengan raut wajah datar. Ia menatap sosok gadis dengan raut wajah tidak percaya.

"Loh, Tia ternyata lo," ucap Lino dengan mengerutkan keningnya.

"Hmm, gimana kaki lo?" tanya Tia dengan muka datar.

Lino menatap kakinya dengan menggeleng pelan. Ia berpikir lukanya tidak terlalu parah untuk di khawatirkan.

"Gue antar lo pulang," ucap Tia tanpa basa-basi.

"Nggak perlu Bu ketos. Gue ini cowok jadi bisa sendiri lagian kenapa gue harus ketemu cewek dingin dan ngeselin mulu," gerutu Lino dengan naik ke jok motornya.

Tia hanya diam menatap kepergian Lino dengan muka datar. Kemudian tidak lama Tia mengikuti lelaki itu.

Lino menatap dari balik kaca spion. Ia mendengus kesal saat berada di jalan raya dirinya segera belok dengan kecepatan tinggi sehingga gadis itu tidak bisa mengikuti dirinya.

Lino tertawa puas karena melihat gadis itu tidak bisa mengikutinya. Ia tidak suka di perlakuan seperti orang lemah baru juga jatuh. Dulu dirinya juga pernah koma yang membuat ia bertemu dengan Arsen.

Akhirnya ia sampai di depan rumah keluarga Alexandra. Ia mengerutkan keningnya menatap beberapa motor yang bertengger di pekarangan rumah Arsen.

"Di dalam ada acara apa, Pak?" tanya Lino dengan tersenyum tipis.

"Eh, ada Nak Lino. Itu teman Nak Arsen datang."

"Makasih, Pak. Lino masuk duluan," pamit Lino dengan mendorong motornya ke dalam.

Lino hanya bisa menggelengkan kepalanya saat mendengar suara keributan dari luar. Namun, tidak sadar saja lelaki itu juga tukang ribut.

Lino berjalan dengan pelan. Kakinya baru saja terasa sakit saat ini.

Ardian S2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang