4 | Percikan

166 29 4
                                    

╔═════ஓ๑♡๑ஓ═════╗

•4• Kau memintaku untuk menjauh. Jadi jangan menyalahkanku jika aku mengacuhkan mu.

Tarikan tangan Rai yang sejak tadi tak kunjung dilepasnya membuat Levi hampir saja merasa jengah. Padahal mereka baru saja saling kenal tiga hari yang lalu secara resmi di kedai kecil milik si tuan dingin. Levi Ackreman.

Rai yang notabenenya lembut dan periang membuat Levi yang dingin seperti es di antartika melunak begitu bersama nya. Entah karena aura ceria yang gadis itu salurkan pada semua orang atau memang Levi sendiri yang memutuskan untuk membuka celah pada sisi beku nya untuk Rai.

"Bagaimana kalau yang satu ini, Kak?!" tanya Rai antusias sambil menunjukkan sebuah cardigan cokelat muda.

Levi mengangkat sebelah alis nya. "Terserah. Apapun yang kau gunakan selalu terlihat bagus."

Permata hitam gadis itu membola. Kedua pipinya merona. Laki laki itu mengatakan kalimat pujian dengan ekspresi datar khas nya, yang membuat Rai tak habis pikir. Apakah Levi sadar kalau dia memujiku? batin Rai.

"Oh- benarkah? kalau begitu aku juga akan membelinya!"

Sudah ada empat pasang baju di keranjang yang digenggam Levi. Seperti seorang kekasih yang mengantar gadis nya untuk membeli pakaian. Ia pun tak tahu mendapat dorongan dari mana sampai sampai ia mau merepotkan diri nya untuk menemani Rai membeli baju. Beruntung Rai tak terlalu cerewet dan pemilih. Ia akan memperlihatkan baju pilihan nya pada Levi lalu memasukkan nya ke keranjang jika laki laki itu mengiyakan nya.

"Ada yang ingin kau beli lagi?"

"Tidak ada. Ini sudah cukup. Kak Levi sendiri bagaimana?"

"Aku akan membeli buku nanti."

"Woah! Kak Levi suka membaca?"

"Ya."

"Kalau begitu ayo kita beli! aku juga sangat suka membaca sastra klasik!"

Sekali lagi Rai menarik tangan Levi kearah kasir. Laki laki berwajah datar itu hanya pasrah membiarkan Rai melakukan apa pun yang ia mau. Hatinya seperti berdebar lebih cepat jika Rai berada bersama nya. Sebenarnya ada banyak pertanyaan yang muncul di benak nya tentang dirinya sendiri. Tentang kenapa dia merasa nyaman bersama gadis itu dan kenapa hatinya seperti tidak ingin menolak kehadiran Rai.

Tanpa ia sadari, kedua sudut bibir nya tertarik membentuk sebuah senyuman yang sangat amat tipis. Melihat Rai, seperti dia sedang menemani anak kecil yang berbelanja meminta dibelikan mainan. Penampilan serba hitam gadis itu sepertinya memang tak cocok untuk wajah manis dan menggemaskan Rai. Rasanya ingin sekali Levi membelikan sepasang pakaian woll berwarna warni yang lebih cocok untuk wajah mungilnya. Yah walaupun tubuh Rai lebih tinggi dari nya.

"Kak Levi, berikan keranjang nya padaku,"

Baru saja Levi hendak memberikan keranjang yang penuh berisi pakaian Rai, sebuah tangan kekar dan lebar sudah lebih dulu meraih nya. Levi dan Rai mengernyit lalu mendongak melihat sang empu pemilik tangan.

"Jean?"

"Apa yang kau lakukan disini?"

"Itu-a-aku membeli pakaian,"

"Siapa dia?"

"Dia teman sekaligus kakak kelas di sekolah. Kak Levi."

Levi mempertahankan wajah datarnya. Bisa bisa nya Jean tak mengenali orang seperti Levi yang bahkan namanya sangat terkenal di seantero sekolah negeri dan swasta di kota ini.

My Fiance✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang