..••°°°°••..
•10• Know that I loved you so bad, I let you treat me like that, I was your willing accomplice, honey.
"M-maafkan aku! aku-"
"Diam! aku tidak butuh penjelasan dari mu!"
Gadis itu berlutut. Di dalam gudang sekolah yang tak terpakai, kotor, dan juga sepi. Surai abu abu nya yang pendek sudah tak tertata seperti sebelum ia diseret paksa kemari oleh laki laki bertubuh tegap itu.
"Kau akan membahayakan posisiku, dasar bodoh!"
Gadis mungil yang sejak tadi menahan amarah, akhirnya memutuskan untuk membuka suara. Tangan nya mengepal karena kesal. Tak sekalipun ia menaruh rasa iba pada Rai yang sudah terduduk lemas di atas lantai kotor gudang.
Rai terus terisak. Menahan agar tak ada yang mendengar suara isakan nya yang bisa saja mengundang orang datang. "Aku terbawa perasaan, tolong maafkan aku,"
Jean berdecih lalu berjongkok di hadapan Rai. Ia menarik dagu mulus gadis itu lalu memperlihatkan seringai nya. "Aku akan memaafkan mu jika kau menuruti ucapan ku,"
Rai mengangguk. "Akan aku turuti!"
"Bagus! maka dengarkan ..." Jean menyelipkan surai Rai yang berantakan kebelakang telinga memerah nya. "Jadilah pesuruh ku dan Pieck, selama satu bulan penuh." bisik Jean.
Permata gelap Rai membola. Ia mengerjap beberapa kali lalu menatap Pieck yang tersenyum penuh kemenangan. "B-baiklah! akan aku lakukan!"
Pieck terkekeh. "Tunangan mu itu ternyata lebih bodoh dari yang sering kau ceritakan,"
"Dia─sangat─bodoh!" Rai bisa mendengar tiap penekanan pada kata kata yang diucapkan Jean. Ia mencengkram erat lengan Rai, memaksanya untuk berdiri tegak. "Pergilah!"
Laki laki berahang tegas itu mendorong Rai keluar dari gudang. Sungguh, perbuatan Jean pada nya sangat kasar. Memang tak ada luka apa pun di tubuh nya, tapi tidak dengan perasaan dan hati nya yang sudah terluka akan apa yang ia dapat dari Jean. Laki laki itu memang sangat membenci nya dan dia harus sadar akan hal itu.
Bibir nya bergetar hebat, tangan nya tergerak berusaha menghapus jejak air matanya seraya berlari kecil menjauh dari gudang ke arah koridor. Bell pulang sekolah berdenting satu jam yang lalu. Sekolah sudah sepi karena semua orang sudah pulang ke rumah mereka masing masing.
Elvern sudah pulang lebih dulu karena Rai sendiri yang memaksanya. Beralasan jika dia harus memeriksa UKS, padahal Jean memintanya untuk menemuinya. Ia tak menyangka jika Jean akan bersikap seburuk itu padanya. Kaki nya terus berlari menyusuri koridor yang akan segera membawanya keluar dari sekolah.
Brukkk
Rai tak sengaja menubruk perawakan mungil di hadapan nya. Ia sedikit menunduk mendapati laki laki berwajah lempeng itu tengah kebingungan. Segera gadis itu membenamkan wajahnya pada ceruk leher Levi.
Tangis nya pecah begitu Levi membalas rengkuhan nya. Tubuh Rai yang lebih tinggi dari Levi menyembunyikan wajah lempeng itu. "Levi, hiks... sakit sekali rasanya..."
Kening Levi mengerut. "Ada apa, hm?"
Rai mengendurkan pelukan nya. "Tolong bawa aku pergi dari sini dulu,"
Levi mengangguk setuju lalu menarik pergelangan tangan Rai menuju parkir sekolah. Membawanya mendekat kearah mobil hitam yang terparkir disana.
⋆ ☄︎.
·˚ * 🔭"Jadi begitu,"
Rai mengangguk. Sekali lagi ia menghela napasnya lalu membenamkan wajah pucat itu di kaki nya yang ia lipat. Gemercik air danau yang damai serta burung burung yang bertengger di atas dahan pohon menjadi saksi bisu tangisan dan ocehan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fiance✔️
Fanfiction╭┈─────── ೄྀ࿐ ˊˎ- ╰┈➤ ❝ [ 𝐌𝐲 𝐅𝐢𝐚𝐧𝐜𝐞 ] ❞ 🖇·˚ ༘ ┊͙[Ⓙⓔⓐⓝ Ⓚⓘⓡⓢⓒⓗⓣⓔⓘⓝ ] ! ˊˎ . . . ⇢ ˗ˏˋ [ Benar atau salah aku memang tidak pernah mencintaimu. Walau kau terus mengurungku dalam sebuah ikatan yang bahkan tak pernah aku inginkan. Hanya demi...