7 | Cares

148 24 0
                                    

╔═════ஓ๑♡๑ஓ═════╗

•7• There's so many reasons to hate you but i still choose you as my love

Kedua matanya mengerjap beberapa kali, berusaha menyesuaikan cahaya lampu yang menyorot wajah nya. Tubuh nya yang masih dipenuhi luka membuatnya merasakan nyeri. Terlebih pada bagian kepalanya yang langsung berdenyut setelah ia sadar dari tidur nya.

Ia mengernyit mendapati dirinya sudah berada di sebuah ruangan serba putih dan bau obat obatan khas Rumah Sakit. Baru saja ia hendak bangkit dari posisi tidur nya, tangan nya seperti tertarik oleh sesuatu. Ia melihat bibir brankar nya, terkejut. Tangan nya ternyata digenggam erat oleh seorang gadis yang sepertinya tak sengaja tertidur dengan surai pendek yang menutupi seluruh wajah nya.

Jean menggerakkan tangan satu nya lagi untuk menyisihkan rambut rambut nakal yang mengganggu Rai. Netra hazel nya menatap lamat wajah damai gadis itu. Ini adalah yang pertama kali nya Jean menatap wajah itu. Wajah yang sering ia lupakan, gadis yang tak pernah ia sukai sejak awal pertemuan mereka di jamuan keluarga.

Jari telunjuknya menyentuh kerutan di kening Rai. Merasa tidak cocok kalau wajah gadis itu dipenuhi kerutan kecemasan seperti itu. Rai melenguh. Ia mengerjap beberapa kali lalu tersentak karena netra hazel Jean menatap nya begitu lekat.

"Jean?! kau sudah sadar? akan aku panggil kan dokter!" tanpa ba bi bu lagi, Rai langsung berdiri dan berlari kecil keluar dari kamar rawat Jean dengan kondisi wajah yang masih berantakan.

Jean menghela napas panjang lalu berusaha menegakkan tubuh nya yang terasa nyeri. Ia mengedarkan pandangan nya ke seluruh penjuru ruangan serba putih itu.

Otaknya dipaksa menalar dan mengingat kembali peristiwa sebelum ia masuk Rumah Sakit. Dan lebih mengejutkan nya lagi, Rai yang menemani dan membawa nya kemari. Ada banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada tunangan nya itu.

Pintu berdecit, menandakan seseorang datang. "Jean?!" wanita paruh baya itu melangkah cepat menghampiri laki laki yang terduduk diatas brankar.

"Kau tidak apa apa, Nak? apa kau baik baik saja? Ibu sangat mengkhawatirkan mu!"

"Tenanglah, Ibu. Aku masih bisa bernapas. Aku baik baik saja."

Nyonya Kirschtein menggeleng heran. "Bagaimana bisa kau baik baik saja? lihatlah perban yang mengikat kepala dan lengan mu itu!"

"Ini tidak terlalu menyakitkan. Jangan khawatir."

"Beruntung Rai menghubungi Ibu. Jika tidak, Ibu tidak akan tau kalau kau terluka seperti ini."

"Aku tidak tau bagaimana ini bisa terjadi. Aku harus menanyakan ini padanya nanti."

Derap langkah kaki yang terburu buru terdengar oleh kedua pasang telinga yang sedang berbincang di dalam kamar rawat. Pintu terbuka menampakkan seorang gadis berterusan cokelat dengan mantel kebesaran yang tersampir di bahu nya. Di belakang nya ada seorang pria paruh baya menatap mereka cemas. Serta dokter pria yang tampak tenang melangkah kearah ranjang Jean.

"Bagaimana kondisi mu sekarang? apa kau merasa nyeri di bagian lengan dan kepala mu?"

"Iya sedikit,"

Dokter muda itu memeriksa keadaan Jean. Sementara Lucas dan Rai tengah berdiri di sudut ruangan tengah membicarakan sesuatu. Mungkin itu adalah hal yang penting.

Nyonya Kirschtein sejak tadi mengigit bibir bawah nya merasa khawatir dengan keadaan putra sematawayang nya itu. Hanya Jean yang ia punya untuk saat ini. Ia takut jika harus kehilangan putra nya dan hidup sendiri.

My Fiance✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang