19 | Kekasih

165 20 5
                                    

..••°°°°••..

"I love you not only for what you are, but for what I am when I am with you. I love you not only for what you have made of yourself, but for what you are making of me. I love you for the part of me that you bring out."
– Elizabeth Barrett Browning

🍥🍥🍥

"Jean, sebelah sini!" teriak si gadis berterusan biru seraya melambai pada laki laki berparas tegas yang tengah kebingungan mencari sosok jangkung nya.

Jean tersenyum kecil seraya berlari kecil menghampiri Rai yang sedang duduk di sebuah tempat duduk semen di bawah pohon pinus. "Aku sempat bingung mencari tempat ini," ujar Jean dengan napas memburu karena berlari.

Rai terkekeh. "Atur napas mu dulu, baru bicara,"

Jean langsung melakukan apa yang diucapkan oleh Rai. Ia menarik napas dalam lalu menghembuskan nya pelan. Begitu seterusnya sampai dirasa napas nya sudah kembali teratur. Ia menyodorkan sebuah bouquet bunga mawar merah muda pada Rai, "Untuk mu,"

Netra gelap Rai seketika berbinar. Jantung nya berdetak lebih cepat dari biasanya. "Ini ... benar untuk ku?"

Jean berdehem pelan sambil mengangguk, mengiyakan pertanyaan Rai. "Karna itu aku datang sedikit terlambat, maafkan aku."

"Kau tidak perlu meminta maaf. Aku juga baru datang."

"Jadi, kau mau jalan jalan?"

"Boleh! kemana?"

"Kemana pun. Aku akan menemani mu."

"Benarkah?! kalau begitu ayo kita ke zona permainan!"

"Sesuai keinginan mu, Tuan Putri," ujar Jean sambil menunduk seperti memuliakan Rai.

Pipi Rai bersemu merah karena sikap manis Jean padanya, ia langsung mengalungkan tangan nya pada lengan kekar Jean. "Kalau begitu, ayo bawa aku kesana, Pangeran,"

Jean mengangguk. Kaki kaki jenjang mereka melangkah menyusuri jalanan yang dibuat khusus untuk pejalan kaki. Jarak zona permainan dari tempat awal mereka berdiri hanya beberapa kilo meter. Berjalan kaki saja sudah bisa sampai.

Untuk yang pertama kali nya, mereka akhirnya berjalan beriringan dengan perasaan suka cita yang selalu mereka dambakan. Tak ada perkataan kasar ataupun sarkastik yang Rai dapat dari Jean. Begitu juga dengan senyum sumringah alami yang dapat Jean lihat hari ini.

Sebuah keberuntungan bagi Jean karena akhirnya ia tak lagi harus menahan rindu pada orang terkasih nya di waktu yang tepat. Walau harus melewati banyak ujian dan juga rasa bersalah karena telah menyakiti hati gadis itu.

Cuaca hari ini juga lebih cerah dari biasanya. Tak ada badai salju yang membuat orang orang menjadi sulit untuk melakukan aktivitas mereka masing masing. Derap langkah pejalan kaki seperti musik pengiring yang akan mengantar mereka pada tempat tujuan.

"Apa kau lelah?" tanya Jean.

Rai menggeleng. "Tidak. Aku sudah biasa berjalan kaki."

"Katakan saja jika kau lelah. Aku akan menggendong mu."

Gadis itu terkekeh menampakkan deretan gigi putih bersihnya. "Kau ini berlebihan sekali! sebentar lagi kita akan sampai, kok."

Jean menyeringai. "Benarkah? tapi ..." Laki laki itu melepas tangan Rai dari lengan nya. Mengangkat tubuh Rai yang lebih mungil dari nya dan menggendongnya ala bridal style. "Aku akan tetap menggendong mu!"

"Jean! turunkan aku! bagaimana kalau orang lain melihatnya?!" pekik Rai keras keras, terkejut karena Jean yang tiba tiba menggendong nya.

"Biarkan saja semua orang tau. Aku tidak peduli." Saut Jean sekenanya seraya terus menggendong Rai, tak memperdulikan tatapan iri orang orang di sekitar mereka.

My Fiance✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang