3 | Third

175 33 4
                                    

╔═════ஓ๑♡๑ஓ═════╗

•3• Cause I can't stop think about the way you hurts me

Mobil terus melaju dengan kecepatan rata rata. Menyusuri jalanan kota yang lumayan sepi di hari libur seperti ini. Di tambah lagi sebentar lagi jam menunjukkan pukul 7 malam. Tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang. Hanya ada beberapa pejalan kaki yang memenuhi trotoar dan zebra cross untuk menyebrang.

Perasaan aneh dan debaran saat berada di sisi laki laki berparas tegas itu tak usai usai menggelitiki nya. Sejak tadi tidak ada percakapan diantara keduanya, Rai sendiri merasa sedikit senang walau Jean tak kunjung berinisiatif untuk mengajaknya berbicara.

Kendati begitu, mulut Rai memilih untuk mengatup rapat tak ingin merusak suasana. Jika ia berbicara, entah laki laki itu akan memaksanya untuk diam atau tak menggubris ucapan nya seperti yang biasa ia lakukan pada Rai.

"Jean, b-boleh kah aku bertanya sesuatu pada mu?"

"Apa?"

"Apa hal yang tidak kau sukai?"

"Kau."

Deg

Sesak. Rasanya sangat sesak. Rai bertanya sedemikian rupa berniat untuk mengetahui hal apa saja yang tak disukai Jean. Berharap ia bisa membuat laki laki itu senang dan menghindari melakukan hal hal yang tidak di sukainya.

Nyatanya ekspektasi yang sejak tadi ia renungkan, dihancurkan oleh satu kata yang keluar dari mulut tunangan nya itu. Jika Jean memang tak menyukai Rai, kenapa ia mau menerima pertunangan itu? kenapa ia mau menyusahkan dirinya untuk masuk ke dalam sandiwara cinta yang mereka buat sendiri?

Jika tidak suka harusnya ditolak saja, kan?

"Ah kau ini suka sekali bercanda!" ucap Rai, terkekeh kecil. Yang terdengar terpaksa.

"Aku tidak bercanda."

"B-begitu, ya? apa tidak ada cara yang bisa aku lakukan agar kau menyukai ku?"

"Menjauhlah. Aku lebih suka saat kau berada jauh dariku."

Sekali lagi kalimat menyakitkan yang ia terima sudah cukup menusuk hingga ke lubuk. Jika seperti ini terus, seharusnya Rai tidak banyak bertanya dan menyakiti dirinya sendiri. Kedua matanya memanas sudah bersiap mengeluarkan cairan bening yang bisa disebut air mata.

Buru buru ia berpaling kearah spion melihat matanya yang memerah. Ia mengibas ngibaskan tangan nya berusaha untuk menahan air matanya agar tak sampai terlihat oleh Jean.

Melihat tingkah aneh Rai, laki laki itu melirik dengan ekor matanya. "Tch. Cengeng sekali." gumam Jean seraya melambatkan laju mobil nya. Beruntung Rai tak mendengar ucapan laknat yang keluar dari mulut berdosa Jean.

Mobil milik Jean akhirnya terhenti di depan sebuah rumah minimalis yang di dominasi warna cream dan cokelat. Jean memencet klakson mobil beberapa kali seperti memanggil seseorang dari dalam rumah itu.

Tak perlu waktu lama menunggu, gerbang terbuka menampakkan seorang gadis bersurai gelap dengan senyuman khas nya. Terusan berwarna maroon yang ia kenakan, menampakkan lekuk tubuhnya membuat Rai mengerjap beberapa kali.

"Hallo?!"

"K-kak Pieck?"

"Apakah Jean tidak memberitahu mu kalau aku akan ikut bersama kalian?" tanya Pieck pada Rai saat melihat raut wajah bingung gadis yang masih duduk di dalam mobil.

"Ah i-iya tadi dia bilang akan menjemput seseorang. Aku tidak tau kalau itu Kak Pieck."

"Apa kau keberatan jika aku ikut?"

My Fiance✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang