Prolog

828 60 2
                                    

"jadi, hanya mereka yang dia tinggalkan?" Suara berat mencekam itu bergema dalam istana merah bersimbah darah. Sesuai namanya, Ruby.

"Y, ya.. Yang Mulia..." Sebagian pelayan menanggapi dengan suara bergetar.

Suasana makin menjadi, beberapa orang mulai gelisah dan bahkan lupa caranya untuk bernafas. Aura yang mereka hadapi lebih mengerikan dari pada ketakutan terbesar mereka sendiri.

"Athanasia ya? Siapa yang satunya?"

"Na....na?"

"Nana? Sepertinya wanita itu tidak bisa menyelesaikan kalimatnya dengan benar..... Na... Na...... .... Na.. Felix." Pemilik suara berat itu sedikit mengayun nada senandungnya hingga berakhir dengan menyebut nama pengawalnya.

"Ya, ya? Yang Mulia?" Felix gelagapan menanggapi penuturan Claude.

"Siapa... Oh, bukan. Apa nama kota..... Kota......"

"..? Kota besar di Obelia?" Tebak Felix

"Bukan." Bantah Claude.

"Kota terkaya di Obelia?"

"Bukan!"

"Kota ter.... termakmur?"

"Bukan. Kota pinggiran yang miskin.."

"Ko-kota pinggiran? Mi-miskin??!"

"Ya, buat apa memberinya nama kota-kota besar?..."

"Ngh-" lenguhan terdengar, mengait seluruh atensi penghuni ruangan tersebut.

"Tuan Putri, Nana?" Antusiasme Felix tidak bisa di tahan lagi, ia sangat bahagia saat melihat mata itu terbuka.

"Cih, norak sekali.. namanya Nale-"

Kkkh..

Deg

"Tu-tuan Putri... Tidak punya Sihir?"

"Betapa hinanya....." Claude memicingkan matanya, beralih menatap Athanasia yang tertidur.

"Dia... yang menyerap seluruh sihir-?!" Claude menarik nafas kasar dan menghela pelan. "Namanya Naleta. Felix, kita pergi dari sini." Lanjutnya lagi.

'Naleta, itu kan nama-'

'...'

Still looking for someone, Prolog

still looking for someoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang