V

313 49 0
                                    

"loh..."

"Beneran kesasar ya?"

"Tayaknya... Coba cari jalan puyang?"

"Kalau nanti makin kesasar?"

"Daripada ga puyang?"

"Puyang? Pusing? Mending ga pulang."

"Ih! Kacian Lili!"

"Yaudah, ayo."

·
·

"..! Disana! Apa ini?"

"Bangunan."

"..."

"Tidak ada yan patkai yah?"

"Tapi terawat."

"Benal... Oh?"

"Athanasia, kau kenapa?"

"Kalu ini da ada yang patkai belalti tita bica patai kan?"

"Kau saja, aku tak mau ikut campur."

Still looking for someone, Chapter V


"Athanasia, gambar apa?"

"Datau jugha."

"..."

"Tenapa Leta da perna itut belajal cama Athi?"

"Mungkin karena aku tidak sepintar Athanasia."

"Tapi Leta cudah lancar bicara!"

"Sebentar lagi, kau juga bisa."

"..! Leta juda pacti bica menyulis kan?! Cuman Leta da perna tunjukkin te Lili!"

"Tidak, aku tidak bisa."

"Bohong!"

"Tidak tuh."

"Tuan Putri, mau saya antarkan susu?"

"Iya!"

"Boleh."

"..."

"Gak suka yang dingin!"

"Baik, akan saya panaskan. Tuan Putri Naleta? Apakah Anda ingin susunya dipanaskan juga?"

"Yang hangat, tidak terlalu panas atau dingin."

"Baik Tuan Putri."

Tak

Athanasia bangun dari tengkurapnya.

"Mau kemana?"

Sruk

"Ayah kita itcu, orangnya jaat. Kita hayus puna tabunan uncuk lali dali tempat inyi cuatu hali nanti!"

"Ukh"

"Ga berat?"

"Belat lah! Cakit lagi!"

"Yaudah jangan kayak gitu... Sini aku pegang satu."

"Ga! Nanti tamu tetahuan, tayak dini aja!"

·
·

"Mimpi indah ya Tuan Putri."

Cup

Cup

Tak

"..."

"Ayo banun!"

"Sini, kupegang satu."

"Tu-tundu, bental.......... Nih"

"Berat juga."

·
·

"Peyan-peyan."

Tak

"Nah ayo!"

'berat banget.'

Sruk

"Ih! Kita da puna alat uncuk gali tanyah!"

"Pake tangan."

"Nanti tetahuan Lili!"

"Aduh, sini! Aku saja yang pegang."

"Kita halus minta sekop buat main lumah-lumahan ke Lili!"

"Ya, tapi nanti. Ayo kembali."

Lari lagi. Mengejar mimpi.

Untuk hidup sehat bahagia.

"Hah! Hosh, hosh hoshh..." Athanasia meraup banyak oksigen untuk ia hirup selagi memanjat tempat tidurnya. Panik? Tentu saja.

"Pelan-pelan, kau seperti mau mati saja. ayo cepat baring."

"Ukh, cape."

"Tuan Putri, waktunya ba...." Pintu terbuka dan suara itu terdengar sesaat setelah si kembar menutup mata.

"Loh, Tuan Putri kenapa keringatan begini? Tuan Putri Naleta juga sama.... Sepertinya agak panas, apakah anda berdua saki...."

"Uunhm... Kamar panas, matahari terik, terik cekali. Panas .." lenguh Athanasia. Padahal kan, karna kita baru dari luar.

"Iya ya... Apa sudah mau musim panas? Besok akan saya pasangkan gorden ya."

"Athi mau susu, susu dingin."

"Anda kan sudah minum sebelum tidur siang."

Sejak saat itu Athanasia dan Naleta beberapa kali keluar istana. Agar tidak tercyduke, mereka membuat jadwal yang berjarak untuk kembali ke sana. Yang pastinya, tujuan Athanasia mengakibatkan tidur siang Naleta, direnggut paksa oleh bisikan-bisikan Athanasia.

'tumben kali ini jalan santai, biasanya lari-larian.'

Hening~

"Ya, suasananya masih sama, seperti tidak ada manusia."

'sekarang kami ga ke arah hutan. Yya, aku cuma ikut Athanasia aja. Aku gatau jalan ceritanya, aku gatau, ikut bertahan hidup sama Athanasia aja.'

JRENG

'IH! PATUNG! PATUNG BAYI! GEMASH!'

"Aang~"

"Athanasia, kamu ngapain?"

Tap

"..." Kamu ga dikasih makan ya?

"Sejak kapan..."

'saha ieu?' Naleta memutar lehernya, melihat siapa yang datang.

"Ada serangga seperti ini di istanaku?"

still looking for someoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang