XII

270 45 0
                                    

"...."

"...."

"..."

"Anu, Tuan Putri."

"Main bunga ga seru. Aku mau pulang, ayo Nana!" Athanasia menarik Naleta yang sedang berbaring di hamparan rumput.

"sampai kapan kau mau menghindari mereka?" Naleta berbisik pada Athanasia.

"Sampai ga dibahas lagi🙂"

Still looking for someone, Chapter XII

Athanasia turun dari sofa dan pergi mengintip ke luar kamar. Naleta sempat bertanya ingin kemana Athanasia pergi, tapi ia tidak dihadiahi jawaban oleh Athanasia. Naleta juga tidak mencari tahu lebih jauh. Ia hanya kembali berbaring di sofa.

"JANGAN!" Suara Athanasia tak lama terdengar dari luar. Ia berteriak. Buru-buru Naleta turun dan juga keluar kamar.

"Athanasia?" Naleta bergumam.

"Gak mau."

"Tuan Putri." Sadar kalau bukan cuma mereka yang ada di sana, Naleta mundur dan bersembunyi di balik dinding.

"Jangan bicarakan ibu pada papa."

'ibu? Oh, Diana?'

"Kenapa, Tuan Putri?"

"Papa tidak suka kalau membicarakan ibu. Tapi kalau Athi bilang ingin bertemu Ibu, BAGAIMANA KALAU PAPA JUGA SAMPAI BENCI SAMA ATHI?!"

Athi-

Athi-

Athi-

Athi-

Teriakan Athanasia bergema di dalam keheningan.

"Tuan Putri!"

'sebegitu takutnya dia? Ya, jiwa Athanasia yang ini kan sebelumnya adalah gadis yatim piatu. Mungkin karena itu dia takut untuk kehilangan ay- em, atau nyawa? Hehehehe'

"Tu, Tuan Putri... Anda sampai berpikir seperti itu?"

"Tuan Putri. yang mulia tidak membenci anda.. saya bersumpah, dengan mempertaruhkan nama saya saya sangat yakin, Yang Mulia tidak membenci nona Diana, ataupun Tuan Putri."

'Athanasia tidak akan peduli dengan sumpahmu-, atau mungkin hanya aku yang tidak peduli dengan sumpahmu. Tapi sebenarnya, mempertaruhkan namamu, dibandingkan dengan nyawa Athanasia sendiri, ia akan lebih memilih untuk menyelamatkanmu. Itu sudah pasti.'

"Anda bisa mengatakan yang sejujurnya. Tuan Putri masih muda. anda tidak perlu belajar menahan perasaan sedini ini." Itu suara Lili.

'sebenarnya kami ini bukan anak kecil. Tubuh saja yang begini, secara otak dan mental kan udah paham yang namanya perasaan orang lain...'

"gak. Athi gapapa. sekarang udah gak mau ketemu. benar kok."

"kalau begitu, jika tuan putri sulit untuk mengatakannya, biar saya yang menyampaikan." Felix...

'bagi Athanasia, niat baikmu adalah bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Karena yang ada dipikiran Athanasia saat ini hanya takdir hidup dan mati-nya.'

"gak usah!" Sergah Athanasia cepat.

'kalau dilihat lagi, sebenarnya, mereka itu cukup ngeselin.'

still looking for someoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang