"Terima kasih sudah mengundang Athi untuk minum teh." Athanasia membungkuk memberi salam. Sedangkan Naleta sudah nyelonong dan duduk deluan di tempat tea time.
"Felix."
"Baik." Peka sekali, si ganteng ini😍.
"Selamat pagi, papa!/boleh ga aku pulang aja?"
"..."
〖 Still looking for someone, Chapter XI 〗
Naleta menguap, ia masih tak bisa menerima kenyataan bahwa Claude mengganti waktu minum teh menjadi pagi hari sejak bulan lalu. Waktu tidurnya direnggut, bahkan ia harus menghadiri waktu minum teh setelah berseok-seok ria didepan Lili yang tidak putus asa membujuk dirinya. Mana malas mandi, malas pake baju, malas jalan, dll:) Athanasia dipakaikan gaun putih dengan beberapa ornamen pita oleh Lili. Tapi Naleta menolak memakai hal yang sama karena menurutnya itu terlalu ramai dan ribet. Alhasil, Lili hanya bisa pasrah dan memakaikan Naleta gaun(atau dress(?) entahlah.) putih yang ringan dan polos.
"Kemarin papa muncul di mimpi Athi!"
"Mimpi ya."
"Athi, Nana, papa, Lili dan Felix memetik bintang dan bulan, kita bermain dengan senang!"
"Mimpi yang konyol ya."
"Athi sangat senang karna bermain bersama papa."
Puk.
Naleta menjatuhkan kepalanya ke meja, dan Claude memulai lamunannya. Sepertinya, hanya Athanasia yang jiwanya benar-benar di sana.
Para pelayan mulai menyajikan kue dan teh. Ya, lihatlah, walau nyawa Naleta belum terkumpul sepenuhnya, ia tetap memakan kuenya dengan kepala tetap di meja. Makanan adalah hidup Naleta!
"Papa, itu enak?"
"Aku tidak menikmatinya gara-gara rasanya."
"Athi juga mau minum yang sama dengan papa!"
"Wanginya akan sedikit kuat untuk dinikmati Tuan Putri."
"Aku mau minum yang sama!"
"Berikan saja. Kalau dia mau tidak ada alasan untukku melarangnya." Felix mengangguk dan menuangkan teh yang diminum Claude ke cangkir Athanasia.
"Tuan Putri? Apa anda mau?" Felix menunggu jawaban di samping kursi Naleta yang masih mengunyah malas dengan pipi tepat di atas meja.
"Huh?" Naleta menelan makanan yang baru saja ia kunyah, "terserah..." Felix menuang teh tersebut dan Naleta kembali mengisi mulutnya.
"Hmm~" Athanasia menghirup aroma teh itu dan meresapinya. Sedang Naleta langsung gas aja.
"Athi juga suka ini!"
"Seperti ada bunga mekar di mulut Athi!" Claude dan Felix tercengang.
"... kelihatannya anda menyukainya ya. Ini adalah teh lippe yang disukai Yang Mulia. Nona Diana juga sangat menyukainya. Seperti ada bunga yang mekar di dalam mulutnya..... Beliau juga mengatakan demikian."
'Diana.... Ah, nama itu....'
"Ibu dan Athi bicara yang sama?"
"Iya."
"yang mulia jadi menyukai teh lippe ini pertama kalinya juga karena nona diana. karena daun sanyu, bahan dasar teh lippe itu berasal dari siodona. ah, waktu itu mereka berdua menikmati hidangan ringan di sini pun..."
'oh, ibu dari Siodona...'
"-aku tidak ingat hal itu." Sela Claude. "hari ini kau banyak bicara hal tidak berguna. kau berisik, pergi sana."
"...."
"...segala keagungan dan berkat Obelia."
"Padahal rasanya tidak seenak itu. Rasanya seperti daun." Naleta menjauhkan cangkirnya dan kembali meraup potongan kue ke mulutnya.
"..."
"Kalian masih terlalu cepat untuk meminum teh diumur segini, lebih baik minum susu."
"Hehe, Athi juga suka susu."
·
·"Anda menggambar apa, Tuan Putri?"
"Felix bodoh! Ini kan Lili yang paling cantik di dunia!"
"Ah, yang ini saya tahu. Yang Mulia kan?"
"TEEETT! Salah. Ini akan kuberikan pada Kak Felix."
"...ini saya?"
"Mau liat..." Naleta yang sedang tiduran di pangkuan Felix, meraih gambar Athanasia kepo.
"saya... benar-benar berterima kasih, tuan putri. akan saya simpan sebagai harta seumur hidup saya." Felix berbinar bahagia.
"nah, ini hadiah lili."
"wah apakah saya secantik ini?" Lili tersipu melihat gambar yang diberikan Athanasia kepadanya.
"tercantik di dunia!"
"Ini Yang Mulia dan tuan Putri ya? Yang Mulia pasti akan senang sekali."
"Lili, Lili."
"Ya, Tuan Putri?"
"Ibu orangnya seperti apa?" Hawa ruangan itu kembali berubah. "Athi ingin gambar ibu, tapi ga tau wajah ibu seperti apa."
'sepertimu.'
"Rambut ibu lurus seperti Lili atau keriting-keriting?"
"Rambutnya pirang keemasan bergelombang indah seperti milik Tuan Putri Athanasia."
"Oh. kalau begitu sepanjang ini?"
"Sedikit lebih pendek dari itu."
"Terus bentuk wajah dan bentuk rambutnya?"
"Itu..."
"Beliau memang sangat cantik. Seperti Tuan Putri Athanasia."
"Seperti Athi? Kalau Nana?"
"Tuan Putri Naleta juga sangat cantik, tapi perawakan Tuan Putri Naleta lebih mirip dengan Yang Mulia."
"Aku juga ingin melihatnya.."
Canggung.. hening... Mencekam sekali.
'harusnya ada beberapa adegan yang membuat Athanasia bisa bertemu Diana. Tapi ku gatau:D'
KAMU SEDANG MEMBACA
still looking for someone
FanfictionKehidupan menyebalkan lainnya datang kepadaku, seseorang yang tidak ingin hidup, tapi juga tidak ingin mati. Who Make Me A Princess Fanfiction