IV

344 49 0
                                    

"HUUU WUAAA!!"

"Tuan Putri! Tuan Putri kenapa menangis? Apakah anda lapar?"

Kakak ini, namanya Lili. Lilian York.
Dia adalah satu-satunya orang yang memihak Athanasia saat itu. Jadi harusnya dia juga mati ditangan Claude.

Tapi setelah Athanasia berganti Jiwa, hidup kakak ini malah sangat terjamin. Aku lupa apa alasannya.
Tapi ya, ga penting juga.

"HUWAA!!"

Saat ini Athanasia pasti sedang meratapi nasibnya di <Lovely Princess> tapi, dia sekarang kan tidak akan terbunuh karena Claude akhirnya menaruh perhatian padanya.

Tapi aku? Kematianku bisa dengan mudah ku hentikan dengan tidak bunuh diri. Simpel saja.

"Tu, Tuan Putri. Jangan menangis."

Ah, peluk aku juga dong... Harusnya kemarin aku menangis lebih lama saja, karena Lili terlihat capek, aku jadi tidak bisa menangis lama-lama karna kasihan😞.

"HUWAA!!"

"Bukan makanan, popok juga bukan..."

Ahahaha, Athanasia, aku sudah berulangkali melihat tubuh telanjangmu hehehehe terimakasih...

"Akhir-akhir ini sering menangis."

"Tidak apa-apa, Putri. Saya ada disini."

Ah ga asik. Lili pilih kasih.

"Kenapa akhir-akhir ini anda dan Tuan Putri Naleta sering menangis??"

Aha! Aku tau kau juga menyayangiku muah❤️

Still looking for someone, Chapter VI

"Kakak, kakak. Athi, mau choco."

Aaa! Gemaas ckli diriku!! Okei, aku tarik kata-kataku saat aku bilang aku tidak tertarik dengan ceritanya, aku sangat tertarik!

"Tuan Putri yang manis, mau cokelat?"

"Iya suka cocho. Yang banyak-banyak."

Santai Athanasia, dia bisa mati karena keimutanmu.

"Putri suka sekali pada coklat ya?"

Udah dibilang juga, masih aja nanya😐

"Athi suka choco! Suka Hanna juga!"

"Aduh~"

mulai deh, jurus maut.

"Hanna ada apa ini?"

"Seth!"

'oh, hai Seth!' Naleta melambai dan tersenyum tipis ke arah Seth.

"Selamat pagi juga Tuan Putri." Seth sedikit membungkuk seolah tau Naleta menyapa. "Lilian kan bilang tidak boleh memberikan makanan kecil pada tuan putri seenaknya."

"Hanya satu kan kan boleh."

"Masalahnya bukan cuma satu dua orang yang lemah hati seperti kau begitu."

Ya, buktinya kau juga.

"Kakak." Athanasia menarik celemek Seth dengan tatapan memelas. "Athi mau maam choco."

"Tidak boleh, Tuan Putri."

Ya, ya, ya.. cobalah bertahan untuk tidak jatuh dalam keimutan Athanasia yang abadi.

"Benar tidak boleh..."

...No comment deh.

"Rahasiakan pada Lilian ya."

Ya ampun, satu tangan penuh.

Padahal kan Lili sudah pernah bilang "Gigi putri berlubang, makanan ringan dilarang!" Kalian memang nakal.

"Nana! Nana juga!"

'Hei! NAMAKU NALETA!' Naleta melambai panik ke arah Seth dan Hanna menolak tawaran coklat dari Seth.

"Tenapa? Nana gamau?"

'Namaku NALETA' Naleta menggeleng keras.

"Kalau begitu, Maaci, kakak!"

Cup.

"Ah! Seth curang! Kau ikut-ikutan demi ini, kan?"

Athanasia menarik tangan Naleta dan berlari.

"Ehem. Kau ini bicara apa? Kau pikir aku orang yang bertindak dengan motif seperti kau?"

"Kalau begitu kenapa kau memberikan coklat pada tuan putri? Ciuman tuan putri itu milikku."

Hahahaha, bertarung lah untuk ciuman Athanasia. Kalian terlihat sangat menyedihkan.

Waktu mengalir seperti air. Athanasia dan Naleta kini berumur 5 tahun. Ya, walaupun Naleta sepertinya masih tidak mengalami perubahan mental karena umurnya yang terulang.

"Athanasia, mulutmu celemotan."

"Nanti caja, kita jarang jalan-jalan loh."

Astaga, terserah.

"Tuan Putri, Anda mau kemana?"

"Petik bunga!"

"Sebelum itu anda harus lap mulut dulu dong. Coklatnya enak ya?"

"Athi makan choco lahasia!"

Kan nakal. Udah dibilangin juga tadi.

"Iya, Tuan Putri."

Bahkan pelayan tadi terlihat malu untuk sikap Athanasia 😀.

"Jangan meper di baju, bajunya kasian. Kita cuci dimana gitu."

"Di ail mancul caja!"

·
·

'Duh, ini sih termasuk pornografi ya ga c😐 Dasar, si pincang kuning itu macam gelandangan yang kelebihan hasrat😡!! Eh, tapi dia bukan gelandangan.'

"Akh!"

"Athanasia?"

"Cantik."

"Makasih."

"Makcudnya aku!"

"Kita kan mirip."

"Oh iya ..."

·
·

"Athanasia, apakah kita tidak pergi terlalu jauh?"

"Nana,-"

"Namaku Naleta. N-A-L-E-T-A"

"Ah, Nana-"

"Namaku Naleta, Athanasia."

"Ya, ya ya, tapi lebih enyak kalu pate pandilan kan? Biar da telalu panjang... Tapi tamu juda lebi celing pandil atu pate Athanacia. Atu pandil Nana aja ya!"

"Namaku Naleta."

"Yaudah, Leta caja."

"Namaku Naleta."

"Ya ya ya..."

"Kita dimana?"

"Ng? Dimana ya?"

still looking for someoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang