"Sudah lama ya, Lilian York."
"Segala keagungan dan berkat kepada matahari Obelia."
"Beberapa waktu yang lalu ini aku sibuk hingga tidak bisa memberikan perhatian cukup pada kedua putriku."
'Iya, waktunya lama banget, 5 tahun.'
"namun mereka bisa tumbuh sehat seperti sekarang, tentu usahamu tidak sedikit."
"terima kasih banyak Yang Mulia."
"mulai sekarang aku akan menjaga penuh keselamatan putri, karena itu kau tidak perlu khawatir. Hari ini juga, mereka akan mendapatkan kemakmuran yang pantas layaknya seorang putri raja."
〖 Still looking for someone, Chapter VIII 〗
"Tidak apa-apa Tuan Putri. Tidak apa-apa..."
"Memangnya ada apa?" Gumam Naleta
"Ti-tidak ada..." Lili mempererat pelukannya pada Athanasia dan Naleta.
·
·"Selama tidak melihat kalian sepertinya kalian bertambah besar ya."
"Hehe, papa juga cantik!"
"..."
"Aku juga cantik." Athanasia menatap Naleta jijik. Sedangkan yang ditatap hanya memasang senyum tipis ngeselin.
"... Ikuti aku."
"Pas sekali kita memang akan pergi bermain perahu, bersiaplah."
"yang mulia, maaf saya lancang berbicara, tapi untuk tuan putri air masih..."
"dia akan bersama denganku, apa yang kau khawatirkan?"
"Te, tetapi..."
"kau tidak mau menemaniku?"
"nggak kok, athi juga mau pergi sama papa."
"Begitu ya?"
Tutorial bermain perahu bersama papa!
1. Papa masuk ke perahu.
2. Papa angkat Athanasia.
3. Papa mendudukkan Athanasia.
4. Papa menghampiri Naleta, ulangi-"Aku sendiri saja." Naleta memasuki perahu dengan cekatan, tanpa ragu, dan tanpa rasa takut. ahahah! Claude cengo'. Tapi tidak lama, Claude segera duduk setelah Naleta duduk rapi di samping Athanasia.
Cling
Craaaass
'saya bosan. mau tidur aja.' Naleta mengubah posisinya senyaman mungkin dan menyandarkan kepalanya ke kursi, menutup mata dan telinganya.
"Apa yang kalian pikirkan?" Suara Claude menginterupsi dan meditasi perempuan itu buyar, menghancurkan pertahanan Naleta.
"Rambut papa berkilauan! Cantik!" Mendengar kata cantik, Naleta membuka matanya dan menatap Athanasia.
"Athanasia, aku juga cantik loh." Mendengar perkataan Naleta, Athanasia memalingkan wajahnya (menghiraukan).
"Athi suka kilau-kilauan! Hehe"
'Ah, bapakku senyum.' Naleta kembali menutup matanya.
"Kalau diingat lagi, hari itu kau membawa kantung permata ya. Harta karunmu aku simpan dengan baik. Nanti datang saja dan ambil sendiri."
"Ah, iya... Naleta..."
'oh? Sudah ingat namaku rupanya...' Naleta membuka matanya perlahan.
"Jadi benar, namamu Naleta. Sepertinya kau menikmati kursimu."
"Tidak. Ini keras." Naleta menutup matanya (lagi).
Desiran angin dan gemericik air menelisik masuk ke daun telinga Naleta. Tak ada percakapan. Iya, hening.
"Nana-"
"Katamu mau panggil Leta."
"Nana lebih gampang. Pegangin aku dong." Athanasia mengulurkan tangannya.
"Kenapa?" Naleta menggenggam tangan Athanasia erat.
"Itu, bunganya cantik. Bening. Aku mau."
"Tidak usah di ambil, nanti kau jatuh."
"Tapi jarang-jarang ada yang beginian!"
"Jarang-jarang kau bisa hidup tenang dan bahagia."
"Makanya pegang aku."
"Kalau kau jatuh jangan marah padaku ya." Naleta mengeratkan genggaman tangannya pada Athanasia.
"Sedikit lagi..." Gumam Athanasia kecil.
"Ah-"
Sruk
"Hati-hati." Naleta menarik Athanasia agar tidak jatuh ke air.
"Hehe, terimakasih..." Tapi tetap saja, Athanasia ngeyel dan kembali mencoba meraih teratai bening itu.
Byurr!
"Athanasia!" Tangan Naleta tak sempat menahan Athanasia dan genggaman mereka terlepas begitu saja.
'ah, fvck... Ada adegan begini ya? Mau nangis... Saya tidak bisa berenang. Oh! Iya! Iya! Nanti Athanasia di tolong! Jadi gausah terjun akunya.'
"Huah! Uhuk!" Athanasia meronta mencoba naik ke permukaan. Naleta hanya diam, semakin banyak dia bergerak, semakin banyak tenaga yang digunakan, mending nikmatin aja... rasa sakitnya<3
"To, tolo.... TOLO....!"
'Nana pasti syok, dia tidak bergerak! Claude juga tidak mau menolongku! Bajing*n Tengik!
'Athanasia, berhenti bergerak, kau akan semakin capek. Maaf ya, kau harus merasakan sakit terlebih dahulu, Claude akan datang padamu sebentar lagi.'
"Hosh! Hosh. Uhuk-uhuk!"
"Astaga, tuan Putri! Tuan Putri sadarlah!"
"Felix!"
"Ya, Yang Mulia."
"Mulai besok ajarkan Athanasia cara berenang di air. Bukankah memalukan jika anak raja mati cuma karna tenggelam di danau."
"..! Tuan Putri!" Felix berlari ke tepi danau dimana perahu kembali berlabuh. Naleta yang cuma duduk anteng dan tenang menangkap keadaan saudarinya yang mengenaskan (kasian ╥_╥ tapi ini supaya Claude sadar dia sayang Athanasia!).
"Tuan Putri, anda tidak apa?" Felix menggendong Naleta keluar dari perahu.
"Benar juga, bawa anak itu ke istana ku." Alhasil, Naleta hanya bisa menatap Athanasia sendu dalam gendongan Felix yang semakin menjauh dari danau.
"Ukh... Dia membawa pergi saudariku! HUWAAAAA...!"
·
·"Uhuk! Uhuk, uhuk. Dasar psikopat kejam sialan! Anak umur 5 tahun jatuh ke danau, bagaimana dia bisa melihatnya dengan mata seperti itu? Bahkan Nana belum dikembalikan ke sini! Bodo amat deh plan c. Karna plan c Aku dan Naleta jadi begini, ...mau makan coklat."
"Cokelat! Aku ga bisa menahan hasrat pada Cokelat!" Walaupun oleng, Athanasia tetap memaksa pergi ke dapur.
Sraak
?!
KAMU SEDANG MEMBACA
still looking for someone
FanfictionKehidupan menyebalkan lainnya datang kepadaku, seseorang yang tidak ingin hidup, tapi juga tidak ingin mati. Who Make Me A Princess Fanfiction