๑๒

2.3K 256 23
                                    

Lonceng pulang berbunyi. Semua murid berhamburan keluar dari kampus. Termasuk New.

TIN. New menoleh mendapati sebuah mobil menyejajarkan langkahnya.

"New. Ayo pulang" ucap Singto dari dalam mobil.

New mengangguk dan membuka pintu. Kegiatannya terhenti melihat teman yg dikenalnya melewati kampusnya.

"Rain"

New masih mengikuti kemana tujuan pria itu. Kenapa temannya itu ada di kampus ini? Mungkinkah dia datang untuk menemui New?

"New. Ada apa?" panggil Singto lagi menyadarkan New.

"Singto. Maaf hari ini aku akan pulang sendiri. Teman lamaku datang menemuiku. Bye bye"

New bergegas mengikuti Rain dan meninggalkan Singto dengan wajah herannya.

"Rain!" Panggil New setengah berteriak membuat Rain menoleh menatap New.

"Oh. New. Ternyata kau pindah disini? Hahaha aku baru tau"

"Ha? Jadi, kau datang bukan untuk menemuiku?"

Rain menggeleng. Sedetik kemudian ia tersenyum dan melambaikan tangan pada seseorang di belakang New.

"Hai Tay" sapa Rain sumringah.

Tay? Tay Tawan? Tay yg dikenalnya? Tay yg pernah memukul Rain?

New membalikkan badan penasaran. Benar. Itu Tay yg New kenal.

Tapi yg dipanggil sangat cuek dan berlalu begitu saja tak menghiraukan mereka. Apa dia tuli?

New melihat Rain yg berusaha menyeimbangi langkah Tay. Diam-diam New mengikuti kemana perginya mereka.

"Tay. Bagaimana kabarmu? Lama kita tidak berjumpa"

Tetap saja tak ada sahutan dari Tay.

New masih mengikuti mereka tanpa sadar jaraknya dengan kampus cukup jauh. Tapi kali ini New tak lagi mendengar ucapan mereka. Ia hanya melihat temannya itu terus mendekatkan diri pada Tay.

"Aku tidak pernah melihat Rain seperti ini. Sebenarnya, apa hubungan mereka?" Gumam New.

Terlihat Rain mulai mengamit lengan Tay membuat langkah Tay terhenti. Begitupun New. Ia juga berhenti bersembunyi di balik tembok.

Tay menatap lengannya kemudian menatap Rain bergantian.

"Apa pukulanku kemarin belum cukup untuk membuatmu sadar?"

Rain hanya cengengesan menunjukan gigi putihnya. Ia menggeleng.

"Aku tidak akan pernah merasa cukup sebelum berhasil mendapatkanmu menjadi milikku"

New menutup mulutnya yg sedikit terbuka. Apa ini? Jadi selama ini Rain... menyukai Tay?

Tay mengeraskan rahang. Ia mendorong tubuh Rain ke dinding dengan kasar.

"Sampai kapanpun aku tidak sudi bersama orang sepertimu! Dasar munafik! Pantaskah kau menjadi anggota kerajaan?!"

"Kau pikir, apa kau juga pantas? Bahkan ayahmu sendiri benci memiliki putra sepertimu!"

BUGH! Habis sudah kesabaran Tay. Ia memukul ujung bibir Rain sekali. Rain mengusap bibirnya dan mengangkat satu bibirnya.

"Kau tau? Meskipun kau memukulku seperti ini aku masih menginginkanmu, Tay. Bukankah aku orang yg setia?"

BUGH! BUGH! BUGH! Entah berapa kali Tay memukul Rain. Kini wajah Rain dipenuhi lebam berwarna biru serta darah segar yg mengalir di beberapa bagian.

Castle in Love END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang