11. Cemburu?

471 78 125
                                    

.
.
.
.
Happy Reading

♥︎nadlvrx♥︎

_________________

Jay
Last seen, 1min ago

|gajadi jemput
|sama si Heeseung aja
|gue harus nemenin Somi, kakinya keseleo

_________________

Lian menatap layar ponselnya dengan wajah datar. Ia mendecak kesal. Sungguh bukan cemburu, masalah utamanya adalah ia sudah menunggu lelaki yang bilang akan menjemput itu selama satu jam di teras rumah. Kini tiba-tiba saja mengirim pesan demikian.

Heeseung mana bisa menjemputnya, 5 menit lagi bel masuk pasti sudah berdering. Jay sialan... Lian berlari sekencangnya menuju garasi rumah. Memilih mobil putih yang paling luar, dan segera melajukannya menuju sekolah.

08:00, gerbang sekolah pasti sudah ditutup. Perjalanan Lian bahkan belum setengahnya.

Ya, sesuai ekpektasi. Lian kini berlari mengitari lapangan akibat terlambat 10 menit.

"JANGAN JALAN, LARIII!!!" Teriak guru olahraga begitu lantang.

"IYA PAK!!!" Sahut Lian seraya mempercepat laju langkahnya.

Kini Lian jadi pusat perhatian bagi siswa lain yang mengintip lewat jendela, pasalnya di sekolah swasta itu jarang sekali ada siswa yang terlambat. Memalukan. Lian benar-benar akan membunuh Jay setelah ini.

Pandangan Lian tak sengaja menangkap sosok yang ia kutuk sedari tadi berjalan di pinggir lapangan. Tak sendirian, Somi di sebelahnya. Jay menuntun langkah si Kekasih Pertamanya itu, tangannya merangkul pinggang Somi sedangkan Somi melingkarkan lengannya di pundak Jay.

Lian terkesiap saat manik Jay melirik padanya juga, ia segera mengalihkan pandang– tidak, Lian mengacungkan jari tengahnya. Dengan mulut yang walau hening tak bersuara tapi bisa terbaca kalau ia menghardik Jay dengan segala macam nama binatang.

Terlihat Jay yang mendelik heran, Lian memilih abai dan lanjut berlari lagi.

Sepuluh putaran akhirnya berhasil ia lewati. Dengan langkah gontai Lian berjalan menuju kelasnya.

"Kok bisa telat??" Tanya Heeseung saat sahabatnya itu sampai di pintu kelas.

"Tanya si Jayncuk," jawab Lian tanpa semangat.

"Hadeuhhh..." ia menenggelamkan wajah pada lipatan tangan setelah duduk di bangkunya. Perempuan dengan mata monolid itu membuka almamater untuk menutupi wajah. Ia tertidur, kebetulan guru sejarah tidak bisa hadir.

Kelas yang tadinya ramai, berangsung sunyi setelah bel istirahat terdengar. Lian tak berniat makan siang, ia lanjut tertidur.

"Lian?"

"Bangunn"

"Eung..." Lian yang setengah sadar mendongak bingung, namun malah bersandar pada tembok dan lanjut terpejam lagi.

Ia refleks mengernyit saat pipi kanannya terasa sakit. Kala membuka mata, terlihat Jay yang duduk dibangku depan dengan tangan terjulur mencubiti pipi Lian.

"HIH!" Lian segera menepis tangan Jay dari pipi kanannya. "Gosah pegang-pegang ya anjret, tangan lu bau jigong."

"Heh, gue pake parfum seharga mobil lo tau gak."

"Ikut gue yuk."

"Kemana?"

"Kita cari siapa yang nanya."

ABG Again ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang