25. 'Tiga' Bersaudara

172 20 37
                                    

.
.
.
.
Happy Reading

Tentang latar belakang Jungwon, Johnny, Jeongseong dan Jay.

♥︎nadlvrx♥︎

10 tahun yang lalu.

Anak berusia 7 tahun itu bergetar takut, menatap peti mati sang Papa yang sedikit demi sedikit tertutup oleh tanah kembali. "Papa..." suara paraunya begitu menyedihkan, namun tak berhasil menggetarkan hati nurani dan air mata sang Ibunda kandung yang padahal; jelas-jelas kehilangan belahan jiwanya hari itu.

"Ayo pergi, Jeongseong."

Tangan mungilnya digenggam erat, dituntut mengikhlaskan dan ikuti langkah sang Ibu untuk segera pergi dari pelantaran pemakaman. Melepas yang telah lepas, melupakan yang seharusnya terlupa.

"Jeongseong, jangan nangis lagi, ya? Dandan yang ganteng, kita bakal ketemu seseorang. ..papa baru Seongie."

Hingga, obsidian polosnya bertemu dengan manik tajam si Ayah tiri. Bocah lugu pendamba kasih tersebut tak terpikir bahwa; pria itu yang akan mengoyak hatinya hingga ia lupa rasa manis bahagia.






























"Seongie gak mau papa baru..!"

PLAKK...

Tamparan pertama dalam hidupnya. Ia diseret, dilempar masuk ke ruang pengap tanpa cahaya. Ditinggal seorang diri begitu saja tanpa belas kasih walau istri dari pria itu tahu, gelap adalah mimpi buruk untuknya.

Berteman debu dan laba-laba, ia menangis dalam senyap. Tangis pertama tanpa sang Papa. Napasnya yang pengap begitu menyedihkan, beban hatinya terlalu berat sampai tangisnya tak kuasa bersuara. Ia tak mau raungannya mencipta tamparan di pipi lagi. Ingat, Jeongseong tak boleh berisik.

...sampai tetesan air dari genting yang bocor menyita perhatian. Gemericik air di tiap tetes hujan menggema di ruang sempit itu, penuhi gendang telinga dengan suara indahnya. Membuat Jeongseong kecil tersadar bahwa; tak apa jika ia ingin menangis sekencangnya. Tak akan ada yang mendengar dan membentaknya untuk tetap diam karena rintik hujan 'kan melindungi rapuh hatinya dari kejam dunia.

Ia mulai menangis histeris. Menyeru sekeras mungkin tentang kepergian papanya, tentang bagaimana tak adil semesta pada dirinya.

"Papa, Seongie kangen papa.."

"Sakit Pa...,"

"Sakit...!"

Bertahun, keadaan memaksanya mengikis asa. Gudang itu menjadi saksi bisu bagaimana Jeongseong kecil bertahan dari kerasnya dunia. Bagaimana ia yang dulu bahagia tak terkira, seketika berubah menderita sengsara. Kasur empuk yang dulu menyaksikan keluarga kecilnya bercengkrama begitu gembira, kini tersisa samak tipis yang tiap malam berpulau air matanya. Ia terpuruk.

°●•●°





























4 tahun berikutnya.










Jungwon selalu penasaran dengan kakaknya.

Bocah 4 tahun itu selalu menyembul di tengah aktivitas sang Kakak yang menurutnya begitu menarik. Mencabuti rumput, menyiram tanaman, apapun itu bagi Jungwon terlihat hebat dan seru!

ABG Again ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang