5. Hukuman

522 106 29
                                    

.
.
.
.
Happy Reading

Kok sepi ya🥺
Makasi yang udah mau baca, vote, terlebih komen.
Komenan kalian mood bangettt dan bener-bener make my day😣💘

♥︎nadlvrx♥︎


"Ian belum berangkat 'kan?" Tanya Heeseung pada Jayjay yang barusan membukakan pintu untuknya.

"Belum lah gila, masih jam enam udah di sekolah, mau meet and greet ama kuyang?" Jawab Jayjay tak santai seraya duduk kembali di kursi bar dapur.

Heeseung memilih untuk melengos pergi ke kamar Lian. Setelah mengetuk pintu dan mendapat persetujuan pemilik kamar, ia pun masuk. Sedikit melebarkan mata, terkejut melihat kamar sahabat karibnya itu tak seperti biasa. Buku pelajaran tersusun rapi di rak, selimut kasur terlipat simetris, lantainya putih bersih, tak ada jaket apalagi bungkus bekas ramen berserakan.

"Ekhem, lu sama Jay lagi ribut?" Interupsi Heeseung seraya menjatuhkan badannya ke kasur.

Lian yang sedang mengeringkan rambut melirik sebentar, "datang-datang nanya kayak gitu. Gak jelas." Ia kembali menatap refleksi wajahnya di muka cermin. "Kayanya si."

"Biasanya orang lagi bucin banget di bulan pertama jadian. Kok bisa ribut?" Heeseung bertanya lagi.

"Gak tau deh. Intinya kita ribut sekarang karna aku yang mau. Aku gak bakal mau ngomong sama dia sebelum dia minta maaf."

Heeseung duduk dan menolehkan kepalanya ke arah Lian, "cara ngomong lu kok bisa beda banget si sama yang dulu??"

Wooopsie...

Walau mengkhawatirkan hal yang tak mungkin terjadi, Saemi tetap takut rahasianya akan terbongkar. Ia pun mematikan hair dryer, meraih sisir lalu ikut duduk di samping Heeseung.

"Dulu aku orangnya gimana si??" Tanya Lian serius.

Heeseung menghembuskan nafas panjang, dan meraih sisir dari tangan Lian. "Intinya, semenjak sering nongki sama anak boxing bang Ojun, lu gak pernah pake aku-kamu lagi. Di tempat boxing itu kita pertama ketemu Jay, Sunghoon, ama Jake." Heeseung mulai menyisir rambut hitam sahabatnya itu.

"Terus, lu dulu kalau kesel sama orang, gak perlu basa-basi pasti langsung lu ajak gelut. Ya kalau adu jotos si lu yang menang, tapi kalau gelutnya lewat mulut, pasti lu kalah. Apalagi kalau berhadapan sama si Somi, langsung mingkem dah lu."

"Wait, aku- eh, gue pernah adu mulut sama cewenya Jay?"

"He'eum, masalah lu sering ngerangkul Jay kalau ketemu."

Lian ber-oh ria. Dalam hati ia merasa senang, kelemahan Lian adalah kelebihannya sekarang. Kalau berdebat, ia pasti jadi pemenangnya. Ayolah, hampir setiap hari ia berdebat dengan tukang sayur perihal harga yang terus naik. Jangan ragukan kemampuan silat lidah ibu-ibu macam Saemi.

"Oh iya, fakta uniknya, lo sering kentut sembarangan tau gak." Heeseung terkekeh geli.

"What the..."

"Untungnya sih gak bau. Kalau bau udah gua coret lo dari list sahabat gua." Heeseung menyentil jidat Lian.

Lian mendelik dan balas menarik hidung mancung Heeseung. "Enak aja lo!"

"Aw! Lepas ih, sakit!" Heeseung memberontak dan membalas menjewer kedua telinga Lian.

"Eh bangsat, lepas!" Lian makin-makin dengan menjenggut rambut Heeseung.

"Aww! hadeuh hadeuh, lepas udah! Fine gue ngalah!" Heeseung melepas jewerannya.

Lian ikut melepas tangannya, dengan napas memburu mereka saling menatap. "BWAHAHAHAHA" keduanya langsung tertawa terpingkal-pingkal.

ABG Again ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang