18

44.6K 7.8K 1.3K
                                    

Seajaib apa sih permintaan maaf itu?

Gue sampai terheran-heran.

Setelah pamit mandi, Sean bilang pergi sebentar. Memang benar. Hanya sebentar. Satu jam kemudian Sean kembali masuk apartemen dengan koper super besarnya.

Mirip-mirip seperti koper orang ibadah haji.

Seharusnya tanpa bertanya, gue paham. Koper itu berisi barang miliknya. Tapi mulut gue tetap saja bertanya.

"Itu apa?" tanya gue yang meninggalkan kegiatan memasak gue di dapur.

"Bajuku," jawabnya yang kemudian masuk begitu saja ke dalam kamar di mana baju dan perlengkapan gue ada di dalamnya juga.

Tunggu...

Kami belum bicara tentang kembali tinggal bersama? Tapi kenapa seolah-olah dia merasa diijinkan kembali masuk?

Enggak, Yan. Aku cuma minta maaf tapi bukan berarti kita tinggal bareng lagi.

Gue ingin buka suara, tapi akhirnya gue tahan karena menurut saran Refa dan Isla gue harus mengalah sebentar dan memberi Sean waktu.

Mencoba mengabaikan Sean yang sedang menata baju-bajunya di lemari, gue melanjutkan aktivitas memasak gue. Tinggal menunggu ayamnya masak saja dan makan siang yang super telat hari ini siap di hidangkan.

Bersamaan dengan ayam kung pao yang masak. Sean terlihat mendekat. Wajahnya sudah kembali seperti sedia kala. Nggak ngenes banget seperti yang terjadi kemarin hingga tadi pagi.

"Makan?" tawar gue yang dia angguki.
Gue segera melayaninya seperti biasa. Mengambilkan Sean nasi, kemudian menyediakan air putih hangat.

"Air putih hangat atau, yang lain?"

"Teh manis," katanya sambil mengambil lauk di depannya.

Gue menuruti permintaannya dan membuatkannya secangkir teh manis. Setelahnya gue kembali duduk dengan jarak satu kursi.

Caranya makan siang ini sudah kembali normal. Nggak secepat tadi pagi yang rasanya miris. Seperti orang kelaparan yang nggak makan berhari-hari.

Ya, syukurlah kalau dia sudah kembali normal.

"Aku mau nonton TV," pamit gue meninggalkannya.

Gue pikir dia akan melanjutkan makannya di meja, tapi gue salah. Dia membawa piringnya ke depan TV dan duduk tenang di samping gue.

Ini ada apa?

"Ka?" panggilan sambil meletakkan piring kosong di meja.

"Hem?" respon gue tanpa menoleh ke arahnya.

"How about fancy dinner?"

Gue menoleh ke arahnya. "Hah?" tanya gue yang takut salah dengar.

"Nanti malem. Fancy dinner."

Gue hanya diam dan melihatnya sambil berkedip.

"Mau nggak? Aku bisa cancel appointment-nya kalau kamu nggak mau."

"Uhm... Ya... Terserah kamu aja deh," jawab gue bingung.

"Oke, be ready at six ya," katanya sambil meraih ponsel di saku celananya kemudian mengetikkan sesuatu di sana.

Mencoba mengalihkan pikiran. Gue menghabiskan siang menuju sore untuk menonton TV, sementara Sean ada di kamar entah melakukan apa gue nggak tahu.

Pukul enam sore, gue siap pergi dengan Sean. Sean menggunakan kemeja lengan pendek motif kotak dengan warna hitam dan celana senada. Sementara gue menggunakan dress sebatas lutut warna merah muda, cuma ini yang ada di koper gue.

Marvelous HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang