Sakit.
Kepala gue sakit sekali.
Gue bangun di sebuah ruangan. Dan ketika gue mencoba duduk, Bu Imah segera menghampiri gue.
"Non? Gimana? Ibu panggilin dokter ya?"
Gue diam tak menjawab karena sedang berpikir apa yang terjadi. Kepala gue berdenyut nyeri kemudian.
Gue meraba pelan rambut gue. Masih ada rambutnya tapi kok ada yang hilang?
"Bu Imah. Rambutku hilang banyak?"
Bu Imah terlihat sedih.
Kalau Sean sedih gue akan tersenyum. Tapi kalau Bu Imah sedih gue harus bagaimana? Senyum juga?
Jadi gue putuskan untuk ikut tersenyum. Bu Imah baik, jadi harus dapat senyum.
Tak lama datang tiga orang dengan jas putih. Dan dua antaranya mirip seperti temannya Sean. Gue mencoba mengingat-ingat wajah teman Sean, dan sedetik kemudian gue yakin mereka teman Sean.
"Kepalanya rasanya nyeri?" tanya dokter yang mirip seperti temannya Nobita yang gemuk itu.
Gue mengangguk. Dokter gemuk itu kemudian mendekat dan mulai memeriksa gue. Sementara mata gue menatap ke dua teman Sean.
"Lanika. Setelah bangun perasaannya gimana?" tanya Yeslin yang nggak gue jawab.
"Bu Imah, tadi Lanika waktu bangun ada ngomong sesuatu nggak?" Dion bertanya pelan kepada Bu Imah.
"Bu Imah. Temen Sean bisa hipnotis semua. Hati-hati. Nanti bisa jadi baik, tapi baiknya itu jahat," tegur gue tak suka.
"Enggak. Lanika. Mereka berdua mau bantu kamu. Supaya kamu cepet keluar dari RS," jawab si dokter gemuk.
Gue memincingkan mata tak suka. "Bu Imah. Mereka suruh keluar aja. Mereka nanti lihatin aku terus, banyak tanya."
"Iya. Kita cuma mau jenguk kamu sebentar kok. Ya udah kalau gitu kita keluar dulu ya. Cepet sembuh ya Lanika," pamit Yaslin ramah.
Orang ramah lama-lama menakutkan. Mereka bisa hipnotis!
"Sean ke mana?" tanya gue.
Bu Imah terlihat bingung.
"Bu Imah. Aku nggak mau pulang ke Citra Gading. Aku mau pulang ke rumah Bu Imah boleh? Nanti aku bisa jadi pembantu di rumah Bu Imah. Nggak usah bayar nggak apa-apa. Boleh?" tanya gue lagi.
Citra Gading menyeramkan. Gerbangnya warna hitam seperti gerbang masuk ke neraka. Rumahnya besar-besar seperti rumah monster jahat.
"Nanti tanya Koko dulu ya, Non?"
"Sean ke mana? Sean sepertinya udah pergi, Bu. Dia udah capek. Jadi sekarang aku juga bisa pergi."
Gue tertawa kecil. "Aku seneng! Nanti aku mau jalan-jalan, Bu. Tapi sebelumnya aku mau foto-foto dulu. Aku foto dibayar. Namanya jadi model!"
Gue sudah tidak sabar untuk pergi.
Gue kemudian turun dari tempat tidur. Namun infus ditangan ini sungguh menangganggu.
"Non, tiduran dulu ya? Kepalanya kan masih sakit?"
"Kita harus pergi. Aku takut kalau nenek jahat itu cekik aku lagi. Sakit Bu. Lihat kepalaku kan? Kepalaku kena gunting, sakit banget."
Badan gue melemas mengingat tarikan rambut neneknya Sean. Gue memejamkan mata kemudian melangkah mundur.
"Aduh. Takut," gumam gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marvelous Hubby
RomanceSebuah cerita yang akan membuatmu tertawa di awal, namun seiring berjalannya cerita kalian akan dibawa menaiki rollercoaster, membersamai Sean dan Lanika untuk menghadapi dunianya, yang awalnya terasa tidak seharusnya mereka disatukan. Ini bukan han...