10

44.2K 6.3K 795
                                    

"Yan!" seru gue sambil memandang gaun yang ada di dalam paper bag.

"Apa?" tanyanya sambil mengacingkan kemeja.

Gue baru saja didandani MUA langganan Sean, dan sekarang tinggal berganti baju. Kemarin Sean bilang dia akan membelikan gue gaun baru untuk acara open house. Tapi gue nggak menyangka kalau gaunnya modelnya sungguh diluar bayangan gue.

"Nggak usah pakai baju sekalian kalau begini caranya!" protes gue sambil menunjukkan sebuah gaun dengan punggung terbuka dan bagian depan yang selain belahan dadanya rendah, dibagian perut juga terbuka.

Selera Sean bukan main.

"Kalau mau buka baju nanti selesai acara aja," jawabnya santai.

"Plis deh, Yan? Ini nanti pasti jadi pusat perhatian."

Meskipun  sebenarnya ada banyak kerabat Sean yang pakaiannya lebih parah.

"That's the point. Malam ini kita bintangnya, kita pemilik acara, perlu sesuatu yang membuat mata tertuju pada kita."

"Percuma aja jadi pemilik acara kalau ujungnya ditinggal, terus berakhir seperti orang hilang," keluh gue disertai decakan kesal yang hanya didiamkan oleh Sean.

"Ya udah kalau nggak nyaman ganti aja."

Sebenarnya gue biasa saja dengan pilihan pakaiannya, karena memang pemakaiannya tepat, yaitu di pesta. Yang gue nggak suka adalah, ketika jadi pusat perhatian kemudian gue sendirian. Ngenes banget, udah dandan cantik dan memakai gaun yang cantik, eh... suaminya sengaja dijauhin.

Akhirnya gue memilih menurut dan mengenakan gaun warna hitam yang Sean belikan. Jujur, gaunnya memang sangat cantik. Gue selalu suka berlama-lama melihat pantulan diri gue di kaca setelah menggunakan gaun-gaun pemberian Sean, serta hasil make up dari MUA langganan Sean.

Cantik dan berkelas.

"Udah?" tanya Sean mendekat kemudian tiba-tiba melingkarkan lengannya di pinggang gue sambil menghidu cerukan leher gue.

"It's always perfect," bisiknya sambil mengecup leher gue.

Biasalah mode buayanya akan muncul.

"Bilang aja karena suka lihat yang sexy-sexy!" ketus gue.

"Well you're right. Kamu emang sexy, dan kamu tahu itu kan," katanya sambil mengambil langkah untuk kembali mendekat.

"Ish! Udah sana turun."

Sean tertawa renyah. "Hahaha, oke. Kita bisa lanjutin nanti malem. Atau kalau mau, maybe some quickie."

Tangan gue langsung memukul dadanya pelan. "Mulut lo tuh!"

Dia hanya tertawa sambil mengikuti langkah gue keluar kamar.

***

Rumah kami benar-benar ramai malam ini. Keluarga Sean, rekan dekat, dan tetangga baru kami, semua ada di rumah ini.

Beruntung semua hal persiapan diurusi oleh Mami. Gue nggak perlu susah payah berpikir harus bagaimana.

Sekitar pukul setengah delapan, gue mendapat pesan singkat dari Bunda. Keluarga gue sudah sampai.

"Sean," bisik gue ketika Sean sedang menggandeng gue menemui pamannya yang entah siapa namanya.

"Hm?" Sean memiringkan kepala.

"Keluargaku udah di luar. Aku ke sana dulu ya?"

"Oh... Ayo," jawabnya yang kemudian membawa gue keluar rumah. Dari kejauhan gue bisa melihat Ayah, Bunda, dan dua adik gue melangkah mendekat. Namun beberapa detik kemudian gue dibuat mengeryitkan dahi. Ada beberapa orang yang langsung menutup mobil ayah dengan cover car berwarna hitam.

Marvelous HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang