04

45.1K 6.7K 426
                                    

"Halo? Yan? Udah di mana? Kira-kira sampai rumah jam berapa?"

"Halo? Kamu nggak lagi dikejar setan kan? Buru-buru banget ngomongnya. Napas dulu jangan lupa."

"Balik jam berapa? Buruan jawab, Darto!" desak gue yang sudah sangat mengantuk.

Sean hari ini mengantar Mami ke luar kota. Sean memang sibuk dengan segala usahanya, tapi dia selalu bisa meluangkan waktu untuk Mami. Mami sering sekali minta ditemani Sean jika bepergian. Gue nggak tahu kenapa, mungkin karena setiap Mami pergi, di sana juga ada urusan bisnis.

Mami punya bisnis textile, dan Mami mengurusnya bersama orang-orang kepercayaannya. Kadang Sean masih harus ikut campur di dalamnya karena dimintai tolong, apalagi Mami bilang, Sean ini pandangan soal bisnis selalu bagus.

"Paling jam sepuluh. Kenapa? Mrs. Pretty Noisy kangen?"

"Ngantuk. Aku mau tidur. Nanti aku bangun sebelum kamu balik."

Nggak ada jawaban di sana.

"Yan?"

"Iya. Udah gitu aja?"

"Aku tadi udah urus pindah nama kios pasar. Ngurusin anak buaya kamu, buangin daun kuning. Udah semua, sekarang tinggal capeknya."

Soal kios, kemarin gue dealing harga dengan pemilik yang lama. Mereka mau harga 80 juta. Gue berusaha nego pun hanya turun jadi 70 juta. Padahal, kios lain rata-rata hanya 40 jutaan.

Akhirnya Sean bilang, suruh adukan ke Dinas. Dia modal bicara saja, dan gue yang pada akhirnya harus mengurus semuanya.

Belum lagi, karena kami beberapa minggu lagi akan pindah, gue sibuk mengemasi barang dan memasukkannya kedalam kardus. Ada yang membantu memang, tapi tetap saja lelah.

Sean tertawa di ujung sana. "Tiap hari aku kerja ke sana ke sini, pindah dari kantor ke toko satu dan satunya, belum lagi harus periksa ini itu. Capek juga, Ka."

Gue terdiam.

"Ka?"

"Lanika? Tidur ya?"

"Sinyalnya jelek."

"Mana ada sinyal di rumah jelek. Ya udah sana tidur. Mumpung masih setengah tujuh."

Gue menarik selimut dan menghela napas panjang, "Kalau aku ketiduran nggak usah dibangunin bisa nggak?"

"Nggak bisa. Aku mau makan, aku mau mandi."

Sean itu paling nggak mau kalau harus makan sendirian. Katanya makan sendirian kayak anak kosan. Kemudian, dia selalu minta bajunya disetrika dulu sebelum dipakai. Dia suka memakai baju yang masih hangat bekas setrika.

"Ya udah. Aku tutup dulu. Balik jam sepuluh beneran ya? Alaramku bunyi jam sepuluh kurang sepuluh. Jadi kalau udah pulang sebelum jam itu, jangan bangunin aku."

"Iya. Udah ya? Ini Mami udah selesai, aku otw balik."

"Yoo..." tutup gue kemudian meletakkan ponsel ke nakas sebelah kasur.

***

Gue benar-benar selalu memegang janji. Maka setelah alaram ponsel berbunyi, gue segera keluar kamar dan menunggu Sean di ruang tamu.

Beruntungnya, dua menit kemudian sedan milik Sean terdengar mendekat. Mendengar suara mobil, gue langsung bergegas membuka pintu rumah.

Sean keluar mobil dengan tas jinjingnya. Iya hanya tas. Tidak ada apapun. Jangan harap Sean akan membawa kan sesuatu untuk gue, karena itu belum pernah terjadi.

Pergi keluar negeri pun Sean tidak akan membeli oleh-oleh, selain baju kotornya. Bayangkan, yang keluar negeri saja nggak bawa oleh-oleh, apalagi keluar kota?

Marvelous HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang