8. Di mana?

40 30 14
                                    

"ihhh, kemana sih Reza?" Nara mengacak rambut frustasi.

"Kenapa sih Ra,dari tadi berisik aja!?" Kata Rizky sambil menatap wajah Nara yang terlihat kusut.

"Reza gk bisa dihungungin kak....." Rengek Nara yang mendapat tatapan jijik dari Rizky.

"ALAY!" kemudian Rizky meninggalkan Nara di ruang TV.

"Makannya jangan jomblo!"

Mendengar ucapan Nara membuat Rizky langsung membalikkan badan dan memberikan tatapan tajam ke arah Nara.

"Sok tempe lo monyet!" Ujarnya datar lalu pergi lagi.

"Menyebalkan!" Gumam Nara, lalu memandang Hp nya lagi.

Dua hari sudah Reza menghilang, dichat tidak ada balasan, ditelfon tidak diangkat-angkat, entahlah sedang apa dia. Waktu ia mencoba untuk menghubungi Tante Eva, juga sama tak ada respon sama sekali. Rumah Reza terlihat gelap dimalam hari seperti tak ada penghuninya.

"Lo kemana sih Za..sebelumnya lo gak pernah kek gini!" Ucapnya sambil menenggelamkan kepalanya di tangan.

"Nara..kamu kenapa sih?" Tanya Mamanya sambil mengusap punggung Nara.

"Nara sedih Ma.." jawabnya lalu menghapus air matanya dengan kasar.

"Kenapa?"

"Reza gak ada kabar sama sekali, ditelfon gk di angkat, di chat gak di bales, Nara coba kerumahnya tapi rumahnya kosong." Jelasnya yang membuat Ira Mamanya tersenyum tipis.

"Mungkin Reza  ikut orang tuanya ke orang tuanya ke Kanada sayang." Ujar Ira membuat Nara mengeryitkan dahinya.

"Kanada?"

"Iya, Mama dengar katanya Om Gio lagi ada proyek di Kanada" Kata Mamanya." Mungkin juga Reza gak bales chat dari kamu karena dia kecapean..positif thinking aja." Lanjutnya lalu memeluk Nara kemudian kembali ke dapur.

'Kok dia gak pamitan dulu sih sama gue?' 

"Aaaaaaa!!!" Suara teriakan Mama dari kamar terdengar, membuat Nara langsung berlari mendatangi kamar Mamanya.

Begitu sampai ia pun langsung membulatkan matanya disaat ia mendapati Mamanya sedang memeluk tubuh Ayahnya yang pingsan di lantai itu.

"Ada ap..." Belum  sempat ia menggenapkan kalimatnya namun ia sudah berlari menghampiri Ayahnya.

"Telfon ambulan kak!" Titah ibunya dengan panik.

Dengan cepat ia pun langsung merogoh sakunya dan mengeluarkan benda pipih berwarna hitam dan langsung menghubungi ambulan.

"Ayah bangunnn...!!!" Ujar Nara sambil menggoyang goyangkan tubuh Ayahnya.

"Ayah bangun..."

Lima menit kemudian terdengar suara ambulan tiba dan langsung mengeluarkan brankar untuk segera membawa Ayahnya ke UGD. 

***

"Ayah yang kuat ya...Nara, Mama, dan kak Iky akan selalu ada buat Ayah.." Nara mencium kening Ayahnya." Ayah bisa dengar Nara kan, Nara tahu jiwa Ayah ada disini, disamping Nara..."

Kini Nara sedang duduk di samping brankar milik Ayahnya. Air matanya kini sudah mengering bahkan matanya menjadi sembab karena selalu menangis. Sementara Rizky mengantar Mamanya untuk mengambil barang-barang milik Ayahnya dan juga mengurus beberapa pekerjaan Ayahnya yang belum selesai. 

"Ayah bangun dong, disini sepi banget yah, Nara takut..." Lirih Nara sambil menggenggam tangan besar Ayahnya.

Sudah hampir tujuh jam ia tak meninggalkan Ayahnya, hari sudah tengah malam, namun tak ada perubahan yang terjadi. Merasa lelah ia pun tidur disisi kanan Ayahnya sambil menjadikan tangan Ayahnya sebagai bantal. 

"Cepat bangun ya Ayah.." Ucapnya lalu mulai tertidur.

"Nara.." Panggil seorang lelaki yang membuat Nara mengerjapkan matanya berkali-kali.

"Reza!" 

Reza tersenyum hangat lalu menarik lengan Nara dan mendudukkannya di sofa. Nara menatap Reza tak percaya, seseorang yang sempat tak ada kabar kini telah berdiri di hadapannya dengan senyumannya yang sangat manis bahkan selalu manis.

"Za l-" 

"Shuttt" Reza menempelkan jari telunjuknya di bibir merah muda Nara.

"Gk boleh nangis, nanti cantiknya Nara hilang lho.." Ujarnya lalu mengusap air mata Nara yang telah mengalir. "Harus kuat..Nara yang Reza kenal gak pernah rapuh kayak sekarang, Nara yang Reza kenal selau tersenyum manis, Nara yang Reza kenal.." Reza menggantungkan kalimatnya lalu mendekat ke arah wajah Nara yang membuat jantung Nara tak karuan. " Nara yang Reza kenal itu tangguh." Bisiknya di telinga Nara.

"Nara sayang Reza..." Ucap nya lirih yang langsung di balas anggukan serta senyuman manis milik Reza.

"Kesatria bergajahnya Tuan Putri harus pergi sekarang..Tuan Putri harus jaga diri baik-baik yah." Ucapnya lalu melepaskan tangan Nara yang sedari tadi memegang lengannya. 

"Enggak Za gak boleh!" Titahnya, namun Reza hanya tersenyum ke arahnya.

"Reza....!" Teriak Nara memanggil Reza. Namun Reza telah pergi, hilang begitu saja.

"Ra!"

"Nara!"

"Nara bangun!" Rizky menggoyang-goyangkan tubuh Nara yang tertidur di sofa berwarna coklat susu itu.

"Reza!" teriak Nara yang langsung terduduk dan nafasnya yang memburu.

"Ra hei.."

"Kak Reza mana?..tadi dia disini kak, tadi dia.."

"Gak ada Ra!" Tegas Rizky memotong ucapan Nara. "Gak ada Reza disini, lo cuma mimpi Ra..." lanjutnya lalu mengusap tangan Nara dengan lembut.

Nara tak bisa berkata-kata lagi menyadari itu semua hanya mimpi. Nara kira Reza memang tak pernah pergi, Nara kira Reza selalu disisinya seperti janjinya. Nara kira...itu bukan mimpi.

'Za...gue kangen.'

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Tbc.


hai ketemu lagi kita..

jangan lupa vote plus komen nya yah!

aku tunggu😆

NARAJENGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang