22. Pilihan

14 10 0
                                    

Nara menatap langit yang gelap di malam hari tak ada satu pun bintang yang berkelip di sana bahkan bulan pun tak menunjukkan sinarnya. Sekarang selain suka menatap senja, menatap kelamnya malam menjadi hobi baru untuk Nara.

Ia benar-benar tak mengerti dengan semua permainan yang ia jalani saat ini. Yang ia tahu, Ia hanya gadis yang hidupnya semakin berantakan setelah kepergian Sang Ayah tercinta. Apalagi sekarang Mamanya sekarang jarang banget ada di rumah, karena harus mengurus berbagai cabang perusahaan di berbagai daerah, bahkan negeri. 

Kini Nara hanya ingin keluar dari permainan yang semesta berikan padanya. Bukannya tak sanggup lagi menjalani kehidupan yang penuh dengan teka-teki, tapi ia hanya istirahat setelah bertahun-tahun mencoba bangkit kembali walau akhirnya ia terjatuh kembali.

Nara menghembuskan nafas beratnya, berusaha melepaskan semua perasaan yang membelenggu jiwanya. Apalagi seminggu setelah ia mengetahui bahwa Reza dan Kairo adalah sepupu, ia tak lagi mau masuk sekolah, dengan alasan sakit. Memang sakit sih, sakit hati...

"Hei, anak Mama di panggilin dari tadi ternyata malah ada di sini sendirian." Ujar Ira yang menghampiri Nara.

"Ehh, Mama.."

"Tumben kamu melamun gitu, ada apasih nak?" Tanya Ira yang menyadari anaknya tengah melamun.

"Enggak kok, aku gak melamun.." Bohong Nara.

Tapi Ira sebagai ibu tahu bahwa anaknya berbohong. Terlebih lagi jika Nara berbohong akan sangat kelihatan dari matanya yang tak berhenti berkedip. Tapi Ira lebih tahu bahwa anaknya butuh waktu untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, karena Ia yakin bahwa anak juga punya privasinya masing-masing.

"Kalau belum bisa cerita ke Mama, tidak apa, itu hak kamu kok sayang.." Kata Ira dengan senyuman yang terukir manis di wajahnya.

"Makasih yah Mah..Udah ngertiin Nara." Ujar Nara lalu memeluk Ira dengan erat dan begitu pun sebaliknya.

Setelah melepas pelukannya Ira pun pergi meninggalkan Nara yang tengah berusaha menahan air matanya agar tak keluar. Ya, walaupun akhirnya juga keluar begitu saja.

"Semesta.. kapan semuanya berakhir?" Gumam Nara seraya menatap gelapnya langit.

***

"Kai! Gue udah bilang kalo gue gak akan nyerah gitu aja!" Ujar Reza seraya menatap nyalang Kairo.

"Tapi ini semua gara-gara lo, Nara gak masuk seminggu, seandainya lo gak nunjukin muka lo ke dia, seandainya lo gak pernah muncul lagi, pasti keadaannya gak kek gini Za!" Cecar Kairo seraya menarik kerah baju milik  lawan bicaranya.

"Gue kek gini juga karena lo, karena bokap lo yang gak tahu diri itu!" Balas Reza yang membuat Kairo tak berucap walau sepatah dua kata pun. "Seandainya bokap lo gak gak pernah ngelakuin hal bodoh yang bikin bokap gue di penjara di kanada, seharusnya lo sadar diri kalo dari dulu Nara gak pernah suka sama lo, seharusnya lo sadar diri.. Kalo lo udah ngerebut pacar orang!" Lanjutnya tak tajam.

Kairo hanya tertunduk mendengar ucapan sepupunya itu, ia tak bisa menyangkalnya, karena itu memang benar adanya. "Gue cuman iri sama lo Za." Tiba-tiba Kairo bersuara.

Mendengar ucapan Kairo barusan membuat Reza menekuk alisnya tak mengerti.

"Dari dulu lo selalu dapat apa yang lo mau tanpa harus berusaha sekeras gue, dari dulu lo punya teman yang mau nerima lo apa adanya kek Nara, dari dulu lo selalu menjadi kebanggaan keluarga besar, sampai Opa dan Oma pun menyebut lo sebagai 'kesayangan'...Sementara gue, gue cuman bisa nikmatin kata 'kapan kamu seperti Reza?' yang lontarin sama keluarga besar, walaupun gue menjabat sebagai kapten futsal ataupun ketua OSIS, gak akan pernah mengubah pandangan mereka ke gue Za.." Ujar Kairo tanpa sadar bahwa ada seseorang di belakang mereka yang mendengar ucapannya.

Kini dadanya benar-benar sesak, badannya bergetar, matanya memanas, tangannya mengepal dan tanpa ia sadari selarik air mata dengan tidak sopannya mengalir begitu saja. Sementara Reza, ia tak percaya bahwa seorang kairo bisa merasakan hal seperih itu. Reza maju mendekati Kairo dan langsung memeluknya.

"Kenapa lo gak pernah cerita sama gue selama ini Kai?"

"Karena gue malu.." Jawab Kairo dengan suara seraknya.

"Maaf gak pernah ngertiin posisi lo sebelumnya Kai, gue emang jahat selama ini." Reza menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskan nafasnya seraya berkata. "Gue ikhlas kalo emang Nara lebih milih lo dibanding gue, Nara emang pantes dapan cowok yang lebih ngertiin dia, gak kek gue yang udah ninggalin dia gitu aja lalu seenaknya meminta dia kembali."

Sontak Kairo pun langsung membelalakkan matanya tak percaya bahwa apa yang di ucapkan Reza itu benar adanya. "Are you sure?"

Reza mengangguk lalu mengambil kunci motornya dan pergi dari rumah Kairo begitu saja.

Gue udah ngelakuin semua ujian dari lo semesta..Besok ujian apa lagi yang bakal lo kasih ke gue?

***

Tbc.

NaraZa?

NaraIro?

spam next dong!!

NARAJENGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang