Siap siap yah...😥
Eitss jangan lupa vote yah🤗
'Kepergianmu Menyisakan Kesedihan Yang Abadi'
............................
"Enggak ma, enggak!" teriak nara yang berusaha lepas dari pelukan ira.
"Ayah gak boleh pergiiiii!"tangisnya meraung raung.
Tadi saat di setelah mengikuti mos hari terakhir, Nara di telfon Rizky dan mengakatan kalau Ayahnya telah meninggal. Kemudian Nara pun meminjam motor Arkan untuk pergi ke RS tempat Ayahnya di rawat.
Saat ia sampai di ruangan Ayahnya di penuhi suara tangisan Mamanya dan Rizky, kemudian Nara pun berlari untuk memeluk tubuh Ayahnya yang dingin dan kaku.
"Yah bangunnnnn!" Nara mengoyang-goyangkan tubuh kaku itu.
"Sudah sayang..hiks..hiks, kita harus i-ikhlas..hiks" ujar Ira sambil memeluk Nara dan Rizky.
"Enggak Ma.." ucap Rizky yang tak kalah sedihnya.
"Aaaa....hiks..hiks.." tangis Nara benar-benar di luar kendalinya.
Mereka pun segera pergi untuk mempersiapkan acara pemakaman, karena Aldino akan segera di makamkan sore ini juga.
Saat ambulan yang membawa jasad Ayahnya telah sampai di tempat pemakaman, tiba-tiba Ira sang Mama pingsan begitu saja, membuat orang-orang berseru panik dan langsung membawa Ira ke kursi yang telah disiapkan.
"Gue turut berduka cita yah Ra" Kata Della sambil memeluk Nara.
"Gue juga Ra, semoga Ayah lo tenang dan diberi tempat yang terbaik disisi-Nya." Dan beberapa orang lainnya.
Kemudian peti Ayahnya diturunkan dari mobil, Nara, dan Rizky telah memimpin di depan peti dengan membawa foto sang Ayah juga bunga mawar merah. Betapa beratnya kaki Nara saat melihat peti itu di masukkan ke liang lahat dan telah tertutup rapat oleh tanah, kemudian ia dan Rizky kembali berjalan untuk membacakan Do'a dan menaburkan bunga mawar dan melati di atas gundukan tanah tersebut, membuatnya kembali menangis di pelukan sang Kakak.
"Ayah yang tenang ya di sana, Nara akan selalu rindukan Ayah..." ujarnya sambil mengelus foto Ayahnya kemudian menciumnya.
Para pelayat yang telah mengucapkan belasungkawa kepada keluarga mereka langsung pergi dari sana menyisakan Nara Rizky dan Ira yang telah sadar.
"Ayo kita pulang sayang.." ucap Ira sambil menarik lengan kedua anaknya.
"Ayahhh..." Lirih Nara.
***
Ruangan yang bernuansa lilac itu kini terasa sepi karena pemiliknya kini sedang tertidur di kasurnya. Sudah hampir sebulan lamanya ia ditinggalkan oleh Ayahnya, membuat Nara selalu menangis ditengah malam yang sunyi. Bukan hanya Nara tapi Ira Mamanya juga Rizky merasakan yang sama, kesedihan itu selalu menyelimuti penghuni rumah besar itu. Dimana hanya ada kesunyian yang terjadi di meja makan, ruang TV.
Rumah yang dulunya ramai kini terasa sepi seperti tak berpenghuni. Kini Ira lebih sering berada di luar lantaran harus mengurus perusahaan keluarga, sementara Rizky sering menerima job manggung bersama Band-nya, dan Nara..apa yang ia lakukan? ia hanya menangis, menangis, dan menangis.
Bukan hanya karena kematian Ayahnya saja melainkan juga merindukan sosok Reza si Kesatria bergajahnya Tuan Putri Nara yang gagah perkasa, yang selalu melindungi Nara. Entah masih hidup atau tidaknya reza tak ada yang tahu sama sekali.
Setelah Nara terbangun dari tidurnya, ia pun langsung mengucir rambutnya, dan berjalan ke arah kamar mandi. Namun saat hendak memcuci mukanya, Nara merasa sangat buruk sekali. Lihatlah keadaannya mata panda yang sembab, bibirnya yang merah muda berganti menjadi warna pucat.
"Kenapa sih semesta selalu mengambil sosok yang paling berharga buat gue?" katanya sambil bercermin.
"Semesta, gak bisa tah lo biarin gue bahagia untuk selamanya, kalo emang udah hukum alamnya begitu..emang harus yah lo ambil kedua orang yang gue sayang!?"
Merasa frustasi Nara mengacak-acak rambutnya sendiri, melempar sembarang barang-barang yang ada didekatnya, bahkan sampai botol parfum nya pecah. Namun ia tak menangis, justru ia tertawa seperti orang kerasukan.
"Gue capek, seakan dunia gak pernah berpihak kepada gue.."
"Gue mohon tolong hentikan semua permainan ini...."
***
Tbc.
jangan lupa komen and vote!
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAJENGGA
Teen Fiction"Kata orang Jika itu cinta, Dia akan kembali. Tapi kata Nara Jika itu cinta, Dia tidak akan pergi." Zathoya Narajengga. "Maaf... Aku emang jahat. Aku memang lelaki brengsek yang selalu mengingkari janjiku. Tapi percayalah... Semesta tahu mana yang t...