Entah apa yang Nara rasakan sekarang, apakah ia harus bahagia karena akhirnya ia dan Reza akan kembali bersama, atau justru harus sebaliknya, sedih karena ia tak tau apakah ia akan tepat waktu sampai ke bandara untuk mencegah Reza kembali ke kanada.
"Gue harap lo belum berangkat Za.." Lirih Nara seraya berusaha fokus mengemudikan mobilnya di jalanan yang cukup padat.
Tut tut....
Dan untuk yang kesekian kalinya Reza tak menjawab panggilan dari Nara. Nara yang sudah mulai panik itu pun langsung melemparkan ponselnya ke jok disebelahnya.
"Ck, ayo dong.. jangan macet please..."
Tin tin tinnn!!!
Sementara di lain tempat tampak lelaki bertopi hitam yang terus memandangi ponselnya dengan tangan kiri memegang koper yang berada di sebelahnya.
"Sekali lagi..gue harus ngulangin suatu kejadian yang bakal buat gue hancur, dimana gue bakal ninggalin lo Ra.. Gue emang lelaki brengsek yang cuman bisanya ngingkarin janji.. tapi itu semua gue lakuin demi ngeliat lo bahagia Ra.." Reza mengusap wajah Nara yang terpampang di layar ponselnya.
"Seandainya emang Nara untuk gue... Gue mohon sama lo semesta, kembalikan Nara untuk gue-"
"GUE EMANG UNTUK LO ZA!" Teriak Nara yang membuat Reza menoleh ke belakang.
Reza tersenyum ketika melihat Nara yang kini berdiri di depannya tersengal-sengal seraya memegang dadanya.
"Lo..lo gak...boleh pergi Za!" Ujar Nara yang masih mengatur nafasnya.
"Capek banget..huhhh"
"GILAKKK!"
"Kaki gue mati rasa...." Nara jatuh terduduk yang membuat Reza refleks ingin menangkapnya namun terlambat.
Kini mereka saling bertukar pandang, saling mengisi kekosongan yang pernah melanda namun entah dimana lucunya, seketika mereka berdua tertawa seakan tak ada seorang pun yang memperhatikan.
"Lo sama siapa kesini?" Tanya Reza seraya tangannya mengelap keringat Nara yang mengalir di keningnya.
"Sendiri."
"Kairo...mana?" Pertanyaan Reza membuat Nara Refleks berdiri, yang diikuti oleh Reza. "Kenapa?"
"Gue lupa..mobil Gue!" Nara menepuk jidatnya.
"HAH! Emang mobil lo dimana?" Tanya Reza.
"Di jalan...."
"Kok bisa sih?"
"Ini semua tuh gara-gara lo!" Nara menunjuk wajah tampan Reza yang tengah kebingungan itu.
"Lho? kok jadi gue?"
"Ya, gara-gara lo mau pergi, Gue tadi tuh kejebak macet, makannya tuh mobil gue tinggalin, dan langsung lari ke sininya." jelas Nara, seraya menggigit jarinya.
"Plus kuncinya?"
Mendengar pertanyaan dari Reza, Nara hanya bisa mengangguk pelan seraya memamerkan deretan giginya.
"Astagfirullah Nara! Bego banget sih lo!" Maki Reza seraya berkacak pinggang.
"Dan gue bakalan lebih bego lagi kalo gue kehilangan lo untuk selama-lamanya!" Seru Nara yang tak kalah kerasnya.
Reza menarik lengan Nara dan membawanya dalam pelukan. Reza memeluk Nara begitu eratnya, begitupun sebaliknya, tak memperdulikan semua orang yang memperhatikan mereka dari tadi.
"Lo tau Ra..." Reza menggantungkan kalimatnya yang membuat Nara mendongak ke atas menatap mata sendu miliknya. "Gue pikir gue bakal kehilangan lo lagi untuk yang...."
"Shuttt!" Nara menempelkan jari telunjukknya ke bibir Reza bermaksud untuk menghentikan ucapannya.
"Kamu gakkan kehilangan aku, dan aku juga gakkan kehilangan kamu." Ujar Nara yang membuat Reza tersenyum manis bahkan sangan manis.
"So.."
"So..?"
Reza melepaskan pelukaan mereka dan menggengnggam erat tangan Nara seraya tersenyum hangat.
"So, Do you wanna be my girl again and give me a second chance for our love Narajengga?" Entah siapa yang menaruh bawang disana, Nara merasakan perih dimatanya yang membuatnya meneteskan airmatanya.
Untuk kesekian kalinya, setelah jatuh bangun dari permainan semesta ia bernafas lega, harapannya kembali pulih, hatinya kembali utuh, dan sekarang cintanya telah kembali.
" Yes, i do, i do anything for you, for us and for our love always.."
***
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAJENGGA
Teen Fiction"Kata orang Jika itu cinta, Dia akan kembali. Tapi kata Nara Jika itu cinta, Dia tidak akan pergi." Zathoya Narajengga. "Maaf... Aku emang jahat. Aku memang lelaki brengsek yang selalu mengingkari janjiku. Tapi percayalah... Semesta tahu mana yang t...