"Harusnya Aku melupakanmu Di Setiap Malam, Bukannya Merindukanmu"
.............
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Sebenarnya-" Reza dan Kairo bersamaan.
"Lo dulu." Titah Reza seraya menatap Kairo malas.
"Lo aja dulu."
"Lo dulu!"
"Dah pak Guntur aja dulu!" Celetuk Nara yang kesal karena mereka malah saling tunjuk.
"Lah, kenapa jadi Pak Guntur ?" Tanya Kairo polos.
PLAKK!
Reza memukul kepala Kairo di bagian belakangnya yang membuat yang dipukul meringis kesakitan.
"Setan lo Gio!" Umpat Kairo seraya mengusap kepalanya.
Sementara mengernyitkan dahinya ketika mendengar nama 'Gio' yang tadi Kairo ucapkan.
"Kok lo tau nama bokapnya Reza Kai?" Nara to the point.
'Asw gue keceplosan!' Kairo merutuki dirinya sendiri.
"Karena gue sepupunya." Ujar Reza memberi tahu.
Nara membelalakkan matanya tak percaya."Lo gak lagi ngeprank gue kan?"
"Tanya aja sama dia."
Nara pun langsung menoleh ke arah Kairo yang mulai panik. "Kai?"
Kairo mengangguk menyetujui uacapan Reza. Sementara Nara malah tertawa yang membuat kedua cowok dihadapannya itu bingung.
"Hahaha..Lo berdua?" Ujar Nara seraya bergantian menunjuk Reza dan Kairo.
"Dan asal lo tau Ra...Dia yang buat gue harus menanggung luka selama ini, dia yang buat gue ngerasain rindu yang berkepanjangan, dia yang buat gue harus tinggal terpisah dari Bunda, dan karena dia.." Reza menggantungkan kalimatnya, lalu menatap tajam Kairo. "Dan karena dia yang buat gue sama lo jauh, sejauh-jauhnya."
Nara menoleh ke arah Kairo. "Gak Ra! Dia bohong!" Kairo menyangkal ucapan Reza.
"Yang ada lo tuh yang buat gue jauh, sejauh-jauhnya dari Nara! Lo lupa atau pura-pura lupa hah?!" Kairo mendorong bahu Reza yang membuatnya mundur beberapa langkah.
"Sumpah! Gue bener-bener gak ngerti sama semua ini?" Nara menetap nanar medreka berdua.
"Oke, jadi gini..." Reza bersuara.
---------
"Reza, Ayah mau bicara sama kamu, Ayah tunggu di ruang tamu." Ujar Gio ayahnya Reza.
Reza hanya mengangguk lalu mematikan ponselnya dan bergegas turun menyusul Ayahnya. Sesampainya disana ia sudah mendapai Bunda tercintanya yang tengah duduk disamping Ayahnya itu.
"Kita langsung pada intinya saja yah.." Ujar Eva seraya membelai pucuk rambut putra semata wayangnya itu.
"Kita sudah tak bisa tinggal disini lagi Za.." Eva menatap Reza dengan tatapan sendu.
"Kenapa?"
"Ayah mu di jebak sama adiknya sendiri sayang."
"Maksud Bunda Om Rio? Papanya Kai?" Reza memastikan.
"Iya, Ayah dijadikan kambing hitam atas korupsi yang dilakukan sama Om mu itu di kanada, dan Ayah harus menjalani sidang disana." Gio menjelaskan semuanya.
"Tapi Ayah bukan pelakunya, kenapa Ayah yang ikut sidang?"
"Karena ayah telah menandatangani semua dokumen dan surat-surat tentang penggelapan dana yang Om mu lakukan, Ayah pikir itu adalah laporan keuangan per bulan yang biasa Ayah tanda tangani..tapi ternyata Ayah dijebak." Gio memijat-mijat dahinya.
"Dan sekarang kita harus berangkat besok siang juga ke canada."
"Yah, tapi besok acara perpisahan Reza!"
"Reza.."
"Bun..." Mengalah. Akhirnya Reza pergi meninggalkan ruang tamu itu dan menyisakan Ayah dan Bundanya yang hanya menatap punggung putra semata wayangnya itu pergi ke kamarnya.
Reza kembali ke kamarnya untuk mengambil kunci motor yang tergeletak di atas nakas putis itu dan mengambil hoodie hitam kesayangannya lalu turun.
Eva dan Gio yang sadar bahwa anaknya akan pergi itu langsung memanggilnya.
"Kamu mau kemana?" Tanya Eva seraya menghampiri anaknya itu.
"Reza mau minta penjelasan dari Om Rio." Ujarnya lalu yang membuat rahang Ayahnya mengeras.
"Cukup Reza! Jika kamu seperti itu, bukannya membuat dia sadar tapi justru malah buat dia semakin merasa puas!" Gio menatap nyalang anaknya itu.
"Yah! Ini udah kelewatan yah, dulu Reza masih diam saat Om Rio mau menjual tanah warisan dari kakek untuk Reza, tapi ini udah keterlaluan!" Tanpa pikir panjang pun Reza langsung pergi begitu saja ke rumah Om Rio Ayahnya Kairo.
"Kamu pergi.. Jangan harap kamu bisa ngelihat Nara walau hanya sehelai rambut pun!" Ultimatum Gio yang membuat langkahnya terhenti saat itu juga.
------
"Makannya waktu acara perpisahan itu gue langsung pergi karena udah waktunya check-in." Reza mengusap pipi lembut Nara yang masih mencari kebenaran lewat mata coklat milik Reza.
"Dan lo tau Kai tentang semua ini?" Nara berharap Kairo mengatakan 'tidak' karena Nara tak percaya apa yang barusan ia dengar.
Kairo mengangguk, karena memang ia mengetahui semuanya. Nara menghembuskan nafas beratnya berusaha mencerna semua.
"Lo pilih siapa?" Reza menggenggam tangan Nara yang hanya menatapnya datar.
"Ck, Gue pilih bangun dari mimpi."
"Tapi lo gak lagi mimpi Ra.." Kairo menggenggam tangan Nara yang sebelahnya.
"Gue tahu ini bukan mimpi, maka dari itu gue pilih bangun dari mimpi yang gak pernah gue harapkan." Nara menghempaskan kedua tangan yang dari dati menggenggam tangannya.
Nara menatap Reza nyalang. "Kenapa baru sekarang?"
"Karena.."
"KENAPA BARU SEKARANG LO NGASIH TAHU GUE SEMUANYA ZA??!" Air matanya mengalir begitu saja, yang membuat hati Reza dan Kairo begitu sakit.
"Kenapa baru sekarang lo muncul disaat gue udah..hiks..disaat gue udah mulai mencintai Kairo. Kenapa baru sekarang lo datang disaat gue udah hampir kehilangan akal gue, disaat gue benar-benar butuh lo diwaktu sekaratnya Ayah...hiks?!" Nara memukul-mukul dada bidang Reza.
Reza berusaha menahan tangan Nara yang masih setia berusaha memukul dadanya, lalu mendekapkan tubuh Nara dalam pelukannya. Sakit, itulah mereka bertiga rasakan sekarang.
"Dan lo Kai.. Kenapa lo bohongin gue selama ini?"
"Karena gue cinta sama lo." Jawab Kairo dengan tegas.
"Hah? Cinta?" Nara tersenyum miring.
"Lo pernah marah sama gue gara-gara gue masih simpan foto-foto gue sama Reza waktu itu, lo mempermalukan gue didepan anak BANDIK, bahkan depan sahabat-sahabat gue, lo ngebiarin jatuh untuk kedua kalinya, lo ngehindar dari gue yang berusaha memohon maaf dari lo.. Dan itu yang lo bilang karena cinta?!" Nara menatap Kairo dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Gue benci sama lo berdua."
***
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAJENGGA
Teen Fiction"Kata orang Jika itu cinta, Dia akan kembali. Tapi kata Nara Jika itu cinta, Dia tidak akan pergi." Zathoya Narajengga. "Maaf... Aku emang jahat. Aku memang lelaki brengsek yang selalu mengingkari janjiku. Tapi percayalah... Semesta tahu mana yang t...