alasan

346 65 1
                                    

Dan di sinilah dia berada, sebuah ruang maka menyatu dengan dapur yang di tinggali oleh ketiga pemuda Yamada.

""Itadakimasu~"" ucap semua orang lalu mulai menikmati makanan yang sudah di masak si anak tertua Yamada dengan lahap.

"Wah enak~"

"Benarkah? Baguslah kalau (name)-san suka" ucap Ichiro senang.

"Tentu saja enak! Semua masakan yang di masak niichan akan selalu enak!" Komentar jiro.

"Hum!" Dukung Saburo.

Tumben akur kalian :v

"Rasanya aku sepertinya merasa gagaal jadi perempuan" ucap (Name) masih memasang senyum.

"K-kalian berlebihan, sudahlah ayo habiskan!"

""Baik!""

Canda riang pun tak lama terdengar, mereka saling mengobrol ringan dimeja itu. Sebuah perasaan hangat dan senang kemudian merasuk ke dalam dada (Name). 'saudara ya...' hatinya tersenyum senang melihat interaksi para saudara Yamada itu, mulai dari Saburo yang bertengkar dengan Jiro sampai mereka mendapatkan sebuah jitakan kasih sayang dari Ichiro.

"Ah iya Saburo, kau tadi bertemu dengan (name)-san di mana?" Tanya Jiro membuat (Name) dan Saburo sedikit terkejut.

'ups apa rahasia aku memiliki hypnosis mic akan terungkap secepat ini? Nah apa jawabanmu Saburo-kun?' batin (name) penasaran.

"Ah itu.... Sebenarnya saat aku terpisah dengan Jiro tadi kebetulan aku bertemu (name)-san di jalan haha hanya itu saja kok" ucap Saburo bohong.

'Untuk sementara aku tidak usah memberitahu Jiro dan Ichi-ni dulu, toh (name)-san kelihatannya baik- ah tidak tidak aku tidak boleh menilai orang dri luarnya saja! Sebelum aku mencari tahu soal data dirinya' Batin Saburo.

"Ah begitu ya" ucap Ichiro mengerti.

"Lalu kalau Ichi-ni?" Tanya Saburo.

"Ah i-itu kami bertemu di toko buku!" Ucap Ichiro gelagapan.

"Toko buku?..." Marasa ada yang ia lupakan akhirnya otak Jiro kembali bekerja "ah iya niichan aku lupa memberikan uang patungan buku novel! Maaf-"

"Tak apa Jiro beruntung nya aku berhasil mendapatkan buku itu" ucap Ichiro sedikit melirik (name).

"Loh kok bisa? Uang niichan cukup?" Ucapan Jiro sesaat dapat membuat (name) melihat sebuah panah menusuk ke dada Ichiro 'sakit tapi tak berdarah ya..' batin (name).

"Y-ya intinya lupakan hal itu yang penting kita mendapatkan buku karya (MC name) yang limited edition ini!" Tutur Ichiro mengambil air dan meminumnya untuk menyembunyikan rasa malunya.

"Ah benar juga" Jiro ikut saja.

"Ah iya (Name)-san itu berasal dari mana?" Tanya Saburo.

"Ah aku dari kota Shibuya datang dan menetap di Ikebokuro hanya untuk sekedar menunaikan suatu hal" ucap (Name).

"Suatu hal? Apa itu?"

"Hey bakajiro itu tidak sopan!"

"Hoy kalian.."

"Haha tak apa apa kok Ichiro-san, aku ke sini sebenarnya untuk mencari adikku yang hilang" ucap (Name).

"Adik?"

"Ya, kami terpisah.. saat umur kami masih sangat kecil dan kini ku tak tahu ia dimana, sempat ku pikir.. tuhan tak akan mempertemukan ku lagi denganya sampai seseorang datang dan berkata adikku masih hidup dan ada di suatu tempat." (Name) sedikit menghela nafas.

"Ah begitu ya.. maaf sudah membuatmu sedih" ucap Ichiro.

"Tak apa kok"

"Apa mau kami bantu Carikan? Siapa tahu bisa!" Saran Jiro.

"Tidak, itu tidak mungkin.. ya biarkan aku saja yang mencarinya terimakasih sudah mau membantu!"

"Ah iya ngomong ngomong sepertinya tadi kau selalu cangung saat memanggil ku dengan kata 'san'" Tanya Ichiro.

"Ah itu.. sebenarnya aku agak susah memanggil seseorang yang lebih muda dariku dengan kata 'san'... Biasanya sih langsung 'kun' maaf.." jawab (Name).

"Ah begitu ya- Tunggu lebih muda?! Maaf kalau tidak sopan tapi, (N-name)-san memangnya berapa usia mu?!" Ucap Ichiro kaget bersamaan dengan raut wajah Saburo dan Jiro.

"23 tahun" jawab (Name).

'ku pikir masih seusia Jiro- sial antara dia yang pendek atau wajahnya masih secantik anak SMA' batin Ichiro malu untuk yang kesekian kalinya.

" Lebih tua dari niichan?! Ku pikir kita seumuran!" Ucap Jiro.

"Baka jiro itu tidak sopan!" Ucap Saburo melihat Jiro mengebrak meja.

Acara makan malam pun selesai dengan akhirnya semua orang sama sama membersihkan meja makan dan perabotanya lalu berjalan ke arah ruang keluarga untuk menonton tv, tadinya (name) mau pulang tapi di cegah oleh mereka berdua dengan alasan masih ingin mengobrol dan kayaknya di sana jauh lebih baik daripada sendirian di apartemen.

"Ah aku ada sedikit PR sepertinya aku harus ke kamar-"

"Kerjakan saja di sini sekalian akan ku bantu" tawar Ichiro ke arah Saburo. Mendengar itu Saburo tanpa ba-bi-bu langsung melesat ke kamar dan mengambil buku PR-nya lalu mengerjakannya di depan Ichiro.

"A-aku juga ada PR!" Sahut jiro membawa buku dan alat tulis.

"Dih ikut ikutan!"

"Biarin! Kan kenyataannya aku memang ada PR!"

Kemudian acara belajar dan nonton TV pun masih berlanjut dengan sedikit bantuan (name) yang membantu kedua adik Ichiro itu.

"Ah selesai! Hehe aku menang!" Teriak Saburo.

"Cih- tidak adil! Kau kan di bantu (Name)-san dan niichan!!"

"Kau kan juga!"

"Tapi berbeda!"

Pandangan name kemudian teralihkan pada secarik kertas yang ada di samping tanganya, dengan pelan ia buka kertas itu.

Terimakasih atas yang tadi siang
-saburo

(Name) kemudian melirik Saburo, sedangkan sang anak yang dilirik malah memalingkan wajahnya dannlanjut bertengkar dengan Jiro dan membuat sebuah jitakan penuh dengan kasih sayang Ichiro mendarat di kepala mereka.

Jam akhirnya menunjukan pukul 9 malam tanda (Name) mau tak mau harus pamit pulang untuk bersiap mengejar deadline novel barunya.

"Kalau begitu aku pamit dulu ya, terimakasih atas makanan nya"

"Tak apa apa justru kami yang seharusnya berterimakasih karena mau mampir" Ichiro kemudian membukakan pintu.

"Ngomong ngomong urusan apa yang sebenarnya dikerjakan (name) malam malam ya"ucap Jiro penasaran di sertai angukan Saburo.

"Entahlah"

Tbc-

Hey I want peace! [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang