Langkah kaki terdengar begitu tenang dan pelan melewati sebuah jalan setapak yang tampak terhiasi oleh beberapa rerumputan segar dengan kelopak kelopak bunga berwarna warni di sekitarnya.Sebuah benda terbuat dari batu berjejer rapi di sekitarnya, sebuah buket bunga ia bawa dengan hati hati serta dengan perasaan sendu. Setelah dikiranya ia sampai pada tempat tujuan ia kemudian berjongkok dan mengucapkan beberapa doa sebelum akhirnya ia meletakan buket bunga itu.
"Sedang berziarah juga ya, Samatoki -san?" Panggil seorang pemuda di belakangnya.
"Kau.. Gentaro yumeno, tampaknya juga sama" balas Samatoki.
"Ya begitulah.." Gentaro kemudian berjalan mendekati batu nisan yang satunya dan meletakan sebuket bunga dengan sebuah buku "ne-san, buku yang kau berikan padaku tak akan pernah ku terbitkan. Sebagai gantinya aku membuat sebuah buku yang mengisahkan tentang kita, tentu dengan akhir ceritanya kita bersama dan bahagia.." ucapnya tersenyum sendu.
Samatoki hanya terdiam menyaksikan Gentaro yang memanjatkan doa tak jauh berbeda dengan nya tadi, hembusan angin menerpa kulit mereka dengan lembut di iringi suhu hangat dari cahaya mentari pagi itu.
"Rasanya aku benar benar tak bisa mempercayai keputusan ne-san, maaf sudah meragukan mu" ucap Gentaro sambil melirik sebuah buku yang baru ia letakan tadi, sebuah buku berisi curhatan hati kakaknya dari 9 tahun silam saat masih bersama dengan Daisu sampai semalam sebelum kakaknya itu memilih mengakhiri hidupnya dengan menjatuhkan diri sambil memeluk 2 hypnosis mic berbahaya.
"Mereka mati dengan cara yang sama dan tujuan yang sama, berhentilah bersedih karena itu hanya membuat usaha mereka terlihat sia sia bodoh" sahut Samatoki.
"Ya kau benar.. pada akhirnya 3 hypnosis mic itu meledak di dalam air yang dalam, beruntungnya.. jasat mereka masih bisa di selamatkan.."
"Jangan bahas itu lagi, ayo kita pergi. Tak baik berada di tempat seperti ini terus terusan"
"Hm.. baiklah"
Langkah kaki mereka kemudian semakin menjauh dan sampai akhirnya tak ada siapa siapa lagi di tempat itu.
.
.
.
."Ah Gentaro!!! Bisa ke sini sebentar?" Panggil Ramuda.
"Kelihatannya kondisi mu sudah membaiknya, nanti akan ku kirimkan ucapan terimakasih pada Hendra-san deh" ucap Gentaro senang melihat Leander dan teman nya kini tak perluh lagi bersusah payah menahan rasa sakit karena membutuhkan permen energi untuk mesin robotnya.
"Hehe kau benar! Siapa sangka pemuda CEO itu menyembunyikan sebuah laboratorium canggih di apartemennya! Berkatnya aku kini bisa bertahan selama sebulan penuh tanpa mengonsumsi permen energi!!" Ramuda tampak sangat senang. Setelah Ramuda menyetujui persyaratan (Name) siang itu, ia segera di bawa ke sebuah laboratorium milik Hendra, teman sekaligus sahabat karib (Name) kemudian ia di rawat di sana.
"Yo Ramuda- ah Gentaro kau sudah kembali juga toh? Kebetulan aku ada suatu kabar!!" Ucap Daisu girang.
"He? Benarkah? Apa itu?" Tanya Ramuda tak sabar.
"Di lihat dari mimik wajahmu sepertinya kau habis dari tempat Chouko ya, sudah baik kan nih dengan ibumu?" Tanya Gentaro terseyum.
"Ah i-itu.. kami sedikit dekat saja k-kok" hubungan Daisu dan Otome juga sudah mulai membaik bahkan lebih baik dari yang dulu, semua berkat kebohongan (Name) yang mengatakan memberikan racun pada Otome sehingga membuat perasaan cemas seorang anak dari diri Daisu keluar, setelah tiba di rumah sakit Dokter hanya berkata kalau Otome hanya terkena suntikan bius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey I want peace! [Slow Update]
Fanfiction(Name) (Last name) adalah seorang penulis sekaligus seorang mangaka yang cukup terkenal tapi cukup menutup diri, karena beberapa hal ia tak menyukai suatu keributan sampai suatu alasan memaksanya untuk keluar dari dalam wilayah ternyaman nya dan ber...