run away

149 28 2
                                    


Burung bernyanyi dengan riangnya menyambut pagi, tampak seorang wanita terduduk di teras sambil menghadap ke arah halaman kuil yang menurutnya cukup berantakan oleh dedaunan, jam ponselnya masih menunjukkan pukul 5 pagi hingga suasana masih terbilang sepi sedangkan yang lainya masih terlelap dalam alam mimpi karena tidur terlalu larut.

Merasa bosan ia kemudian berdiri dan berjalan menuju arah sebuah sapu lidi yang tersender pada batang pohon yang berada tak jauh darinya dan mulai membersihkan dedaunan itu dengan bersenandung kecil, hanya butuh beberapa menit dan hampi semua dedaunan telah terkumpul dengan rapi hingga halaman itu tampak bersih.

"(Name)" panggil seseorang berjalan pelan ke arahnya ya itu ayah Kouko.

"Ah paman Harai, selamat pagi"

"Pagi juga untuk mu, terimakasih sudah repot-repot membersihkan halaman ini padahal ini tugas Kouko haduh dasar anak itu masih saja tidur jam segini"

"Ha ha tak apa paman toh Kouko dan yang lain kan memang masih lelah jadi wajah saja mereka tidur sangat pulas" merasa tak enak berbincang sambil berdiri akhirnya ayah Kouko meminta (name) untuk duduk dan mengobrol sebentar.

"Huh.. andai saja dulu aku berhasil mengadopsi mu mungkin saat ini kau dan Kouko adalah sepasang kakak beradik dan dia setidaknya akan sedikit kalem karena dirimu" keluh pria itu yang membuat (Name) terkekeh.

"Sayangnya itu takdir yang terlalu indah untuk terkabul" lanjut (Name).

"Ah iya apa kau lapar (Name)? Kalau iya maka aku akan segera membangunkan Kouko untuk memasakkan sarapan untuk mu"

"Ah t-tidak terimakasih paman kalau sarapan– daripada membangunkan Kouko saya bisa membuatnya sendiri!" Ucap (Name) sedikit malu malu karena sebenarnya tak percaya diri dengan makanannya sendiri.

"Benarkah heh paman jadi penasaran bagaimana rasanya, berkenang kah kalau nak (Name) membuatkan paman ini seporsi sarapan sebelum nantinya pergi?" Mendengar permintaan itu (Name) terkekeh kembali dan kemudian mengangguk dengan senang sebelum akhirnya ia di tuntun ke arah dapur dan mulai memasarkan beberapa porsi sarapan untuk semua orang di rumah itu.

.
.
.
.

Suara pisau kini memenuhi ruangan itu tentu dengan gemuruh paci yang berisikan air yang sudah mendidih.

"Jadi apa rencana nak (Name) selanjutnya?" Pertanyaan itu sontak membuat (Name) memberhentikan kegiatan memotong bawang nya itu dan kemudian kembali melanjutkannya dengan tempo sedikit pelan sembari menjawab pertanyaan ayah Kouko.

"Saya akan tetap berusaha mencari adik saya"

"Begitu ya...."

"..."

Keheningan melanda sampai akhirnya pembicaraan kembali di mulai dengan ayah Kouko yang pertama kali berbicara "sebenarnya aku pernah bertemu dengan seseorang yang sangat mirip dengan dirimu hingga aku mengira ia adalah adik mu" mendengar itu tanpa di sengaja telunjuk (Name) teriris oleh pisau akibat terkejut.

"Nak (name)! Ya ampun jari mu berdarah paman ambilkan kotak obat dulu-"

"Dimana?" Tanya (Name) serius.

"Di mana Anda melihat nya paman?"

.
.
.
.
.

Akhirnya sarapan pun selesai di buat, tentu dengan pengorbanan jari telunjuk (Name) serta waktu yang di luangkan ayah Kouko untuk membantu bahkan sembari bercerita kepada (Name). Tentu usaha tak akan mengkhianati hasil kini Kouko, Jyushi bahkan Hitoya dengan tanpa sadar berjalan ke arah dapur dan betapa terkejutnya mereka saat melihat meja yang sudah tersaji berbagai macam makanan yang tersusun rapi dan indah, mulai dari nasi goreng sampai mochi dan sup ada di sana.

Hey I want peace! [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang