Kasus

238 39 0
                                    


Sebuah pintu terbuka, tampak dua orang pria bersurai unik melangkah masuk saat mendengar nama mereka di panggil.

"Apa pemeriksaan (Name)-san sudah selesai?" Tanya Doppo ragu.

"Sudah kok, nah kalau begitu aku pergi dulu ya"

"Eh koneko-chan kenapa buru buru, ayo kita duduk dulu bukan lah kita belum lama mengobrol" ucap Hifumi mengenakan pakaian host nya sehingga rasa takutnya hilang.

"Tidak ah, kalau begitu nikmat waktu liburmu juga ya Doppo terimakasih atas hari ini sapa izin pamit" belum sempat kakinya melangkah keluar sebuah suara kembali menahannya.

"(Name). Aku tak tahu apa yang membuatmu jadi seperti ini tapi.. alasanmu itu tidak masuk akal sama sekali" Jakurai berucap sambil menatap tajam (Name).

Sedangkan yang di tatap hanya tersenyum dan berkata "jangan pedulikan aku Jakurai-san~ karena tekat ku sudah bulat, ketimbang itu dengarkan lah saranku tadi, bersiap lah karena yang akan menghancurkan kalian bukan aku" lalu (Name) pergi.

.
.
.

Burung berkicau merdu diatas sebuah pohon yang dengan tenangnya menunggu seorang perempuan berumur 23 tahun itu meminum sodanya dengan tenang.

"Hm.. mau di rasa sebanyak apa pun aku tak mengerti kenapa Sasara-kun suka minum ini" ucapnya menggoyangkan botol soda dengan santai.

Tak selang berapa lama sebuah panggilan masuk ke dalam ponsel barunya itu berhasil membuat kerutan di keningnya. Mencoba mengabaikan dan berharap si penelepon itu hanya salah sambung tapi bukanya diam malah suara ponselnya makin berisik.

"Berisik tahu" ucapnya sambil mengumpat dalam hati lalu mengangkat telepon itu.

"Yo~ (Name)! Bagaimana kabarmu huh?! Apa kau merindukanku? Hoho pasti iya kan? Kan! Sudah ku duga!" Ucap orang di telepon itu.

'panjang umur badutnya datang' batin (Name) kemudian menjawab "iya kangen, saking kangennya mau deh rasanya ku buatkan sebuah batu nisan bertuliskan namamu untuk oleh oleh pas pulang"

"Ekh! Hm..itu agak.." merasa tahu kalau ia salah perhitungan dalam menelepon (Name) maka sasara mulai panik 'mati aku!' batin sasara takut takut.

"Ada apa menelpon- ah daripada itu darimana kau tahu no telepon baruku" tanya (Name).

Belum sempat orang yang di tanya menjawab perhatian (Name) terlebih dahulu teralihkan pada segerombolan orang yang berlari menuju rumah sakit. Merasa ada sesuatu yang menarik akhirnya ia memutuskan beranjak dari tempatnya "sudah dulu ya Sasara-kun ucapnya kemudian menutup telepon sepihak tanpa mengubris protes sang penelepon.

"T-tunggu (Name)-"

*Tut

.
.
.
.

Derap langkah kaki berhasil mencuri perhatian semua orang, tampak ketiga pria masuk dengan tergesa gesa sambil membopong beberapa orang yang terluka "Dokter! Tolong di sini ada yang sedang kritis!" Teriak seorang pria berjambul panik sedangkan kedua rekannya juga tampak sama paniknya.

Sama seperti ketiga orang itu semua orang di sana seketika panik dan kawatir kala melihat keadaan para orang yang terluka, mulut mereka tak henti hentinya menggunakan berbagai kata maaf dan meminta tolong sambil memegang kedua telinganya sedangkan tubuhnya penuh dengan bekas cakaran dan memar.

Dalam semua ketegangan itu hanya satu orang yang mamasang wajah datar bahkan bila di perhatikan lama kelamaan wajahnya seperti memasang sebuah senyuman tipis, ya itu (Name). Tidak bukan ia penjahatnya di sini, ia bahkan sedari tadi hanya duduk duduk manis sambil meminum sekaleng soda tanpa menyentuh mic nya yang ia sembunyikan di balik jaket nya.

Hey I want peace! [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang