(S2) 2. peringatan

162 27 9
                                    

*typo mungkin bertebaran, mohon dimaklumi

"Benarkah? Kalau begitu terimaka-" wajahnya yang ramah dan sopan seketika berubah kaku dengan sorot mata terkejut memandang kearah (name) dan Teruza.

"K-kalian" Jyuto hampir saja benar benar berteriak saking terkejutnya.

"Ya..?"

Perluh beberapa detik untuk jyuto mengamati mereka 'suara, postur bahkan gaya berpakaian mereka memang mirip.. t-tapi tidak mungkin mereka orang yang sama' begitulah pikiran Jyuto "tidak ada apa apa, terimakasih karena telah menangkap pencuri ini. Perkenalkan saya Iruma Jyuto dari kepolisian Yokohama, kebetulan hari ini saya ada urusan dengan beberapa anggota kepolisian Shibuya jadi akan saya bawa dia ke kantor" ujar Jyuto kembali ramah.

"Baiklah, mohon bantuannya" sahut Teruza kemudian mengajak (name) pergi tanpa memperkenalkan dirinya terlebih dahulu "ayo pergi".

Jyuto kemudian berbalik dan memborgol pria itu, lalu kembali menyakinkan dirinya 'hah.. ayo fokus Iruma! Mereka itu sudah mata tidak mungkin mereka berdua adalah (Name) dan Teruza -san—'

"Teruza! Kira kira kapan kita akan ke kota selanjutnya?"

"Apa maksud mu (Name)? Kita saja baru saja sampai"

"Tunggu apa—"setelah mendengar itu Jyuto dengan segera membalikan pandangan nya namun ia tak menemukan sosok kedua orang itu "...haha.. aku seperti nya sudah gila.."

"tidak tidak mungkin mereka.."

"tunggu tapi bagaimana kalau itu mungkin saja.."

.
.
.

"Hey hey Teruza! Pelan pelan dong! Kau itu kenapa sih!" Dengan kasar (Name) menarik tanganya dari gengaman pria itu "kenapa kau buru buru—" (Name) kemudian terdiam saat melihat pupil mata Teruza yang kini berwarna biru bukanya merah. Merasa ada yang tak beres ia kemudian melangkah mendekati pria itu, sebuah suara aneh tampak keluar dari mulut Teruza.

"Ja-uhi orang ta..tadi" ujar Teruza menundukkan kepalanya dan kemudian mulau membungkuk "(n-name).." seakan akan kini ia tengah kesakitan, tubuh Teruza kemudian gemetar.

"Hey kau kenapa!"

Tanpa aba aba tubuh pria itu kemudian jatuh, beruntung (Name) berhasil menangkapnya "Teruza!"

Perluh beberapa lama hingga akhirnya Teruza membuka matanya, pupilnya yang biru kini kembali memerah menatap (Name).

"Loh.. kok kita disini?"

"Lu nya aja yang kenapa tiba tiba pingsan!" (Name) dengan kencang menjitak dahi pria itu "kalau emang sakit tuh bilang! Jangan tiba tiba pingsan!"

Teruza hanya terdiam kemudian mengungkapkan apa yang terjadi padanya "tapi tadi beneran loh aku gak inget apa apa.. tadi kita jalan terus.. terus.. biru..?"

"Sudahlah ayu pulang!"

"Loh gak mau ke toko buku?"

"Ini sudah senja!"

"Eh?!"

.
.
.

"Hoy Ramuda!" Daisu yang tampak bersender pada dinding kini menatap heran pemuda yang ada di depannya itu "kenapa kau terlihat gelisah seperti itu?" Tanya Daisu atau sering dipanggil Dice.

"Ah! Ahahaha tak ada apa apa kok hanya.. sepertinya aku harus menelpon seseorang, kalau begitu aku permisi dulu!" Ramuda kemudian keluar dari ruangan. Gentaro tampan tak terlalu memusingkan perkara sikap Ramuda itu, dirinya masih betah membaca kata demi kata yang tercetak pada buku buatan mendiang kakaknya.

"Kau masih membaca buku (name) ya.." ujar Daisu duduk di depan pemuda itu.

"Daripada membaca ulang.. mungkin kurasa kata mengenang kembali lebih tepat" sahut Gentaro menutup bukunya kemudian menatap keluar jendela "entah mengapa.. aku seperti menghawatirkan sesuatu" ujarnya.

"Ayolah mungkin itu hanya perasaanmu saja karena kita kalah hari ini! Jangan terlalu dipikirkan" timpal Daisu melempar dadu keberuntungan nya.

"Ya.. kurasa kau benar.. mungkin ini juga karena efek aku membaca buku nesan.." Gentaro coba untuk tidak mempedulikan perasaannya itu namun anehnya semakin ia mencoba tidak mempedulikannya perasaan kawatir itu semakin besar.

"Sepertinya mereka tak bertemu denganmu ya" suara ramah di iringi kekehan itu tampak terdengar jelas di telepon dan sukses membuat Ramuda megeretakan giginya spontan "ya mau bagaimana lagi, temuilah mereka besok. Aku kawatir kalau adik adik ku itu terluka haha"

"Kenapa?.. kenapa kau mempercayakan mereka padaku?"

"..." Hening tak ada jawaban sama sekali sampai Ramuda melanjutkan kalimatnya.

"Bukankah bila mereka di dekatku maka akan sangat mudah semua anggota menemukannya?" Tanya Ramuda, saat ini ia ada di bilik kamar mandi yang kini ia kunci. Muka cerianya saat ini luntur menjadi serius dengan telepon genggam yang ia gengam kuat kuat.

"Kurasa..."

"Kau tak perlu mengetahuinya"

"?!"

"Dengar Ramuda Amemura, selamanya kau hanyalan robot dan seterusnya akan begitu, kau tak mengetahui dan berhak mengetahui apa yang ku ketahui"

"Begitu juga yang lainya.."

"Untuk selamanya"

To be continued.
================================

Maaf kalau kependekan, soalnya author tiba tiba kehilangan inspirasi saat mendengar Minggu ini author PST, mungkin author akan Hiatus buat nabung chapter semua book di akun author biar gak terlalu memberatkan deadline

Hey I want peace! [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang