🦋Sedikit Lagi

697 125 7
                                    

Happy Reading^^

"Makasih ya om oleh-olehnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makasih ya om oleh-olehnya..." ujar Abin pada sosok tinggi yang duduk di depannya, sebut saja om Yudhistira biasa dipanggil om Yudhi ganteng.

Om Yudhi tersenyum manis pada keponakan bongsornya itu. "Iya sama-sama, semoga kamu suka ya?"

Abin mengangguk semangat. Om-nya ini nggak pernah absen kalo masalah oleh-oleh dari luar negeri. Jadi cerinya om Yudhi kemarin baru pulang dari Jerman yang terkenal akan rotinya yang ribuan jenisnya.

Di sisi lain Jissa yang duduk di sebelah Abin tersenyum canggung, ngerasa sungkan anaknya udah segede babon masih aja dibawain oleh-oleh.

"Mama santai aja kali, ini Abin nggak minta tapi dikasih." Ucap Abin seolah tau dengan isi kepala mamanya kala itu.

"Lain kali nggak usah dibawain nggak papa Yud, Abin kalo mau biar terbang kesana aja sendiri." Bukannya membalas sang anak, Jissa justru beralih pada adik iparnya yang tamvan seperti Jin betees.

Yudhi tertawa kecil menanggapinya. "Nggak papa mbak, biar seneng Abinnya."

"Tuh biar seneng Abin-nya." Timbrung Abin sambil monyong-monyongin bibirnya sok kiyowo.

Drrrt Drrrtttt

Hengpon boba yang terletak di atas meja bulat itu bergetar menimbulkan suara keras mengganggu ketenangan hidup. "Abin keluar sebentar mau ngangkat telfon." Izin Abin sebelum beranjak keluar dari kedai roti jellybbang yang terkenal seantero kota dan punya cabang dimana-mana.

Dengan langkah panjang Abin melangkah menuju balkon kedai dua lantai itu. Saat sibuk dengan percakapannya dengan seseorang di seberang sana, mata Abin menyipit ketika netranya tidak sengaja menangkap presensi dua orang yang tidak asing baginya di tempat yang sama dengannya.

Mata Abin semakin menyipit untuk memperjelas penglihatannya. Buru-buru Abin membuka kamera hengpon mahalnya dan dengan sat set Abin langsung menjepret penampakan yang ada nggak jauh darinya.

Abin lantas dengan cepat dan mulus kembali ke ruang manajer di lantai dua, tempatnya sebelumnya. Sesampainya disana mamanya justru bersiap untuk pulang, jadi mau nggak mau Abin melakukan hal yang sama.

Setelah berbasa-basi dengan om Yudhi, Abin dan mamanya bergegas keluar dari kedai roti ala sultan tongkrongan anak muda itu.

"Mama aja yang nyetir ya?" Pinta Abin yang langsung dapet delikan sinis dari mamanya.

"Hah? Nggak salah denger kan mama?"

Abin menggeleng. "Abin ada urusan penting, harus disampaikan sekarang juga ma..."

"Urusan apa? Paling juga main game." —Jissa.

"Enggak mama, kalo Abin nanti main game jewer aja kuping Abin." Kata Abin seolah ngeyakinin mamanya kalo dia beneran ada urusan penting yang harus disampaikan secepatnya pada orang yang tepat.

[i] JODOH WASIAT UTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang