🦋 Pengajian

338 64 10
                                    

Selamat Membaca(^.^)

Di depan cermin besar beserta perlengkapan alat make-up di sebuah hotel ternama, Arkaia hanya termenung menatap pantulan dirinya yang begitu cantik menggunakan abaya modern berwarna biru pastel dan jilbab senada yang membalut kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di depan cermin besar beserta perlengkapan alat make-up di sebuah hotel ternama, Arkaia hanya termenung menatap pantulan dirinya yang begitu cantik menggunakan abaya modern berwarna biru pastel dan jilbab senada yang membalut kepalanya.

Hari berlalu begitu cepat hingga tak terasa keluarga Cahyadi mulai melaksanakan rentetan acara yang memang sudah direncanakan dari awal dan berusaha untuk tidak terlarut dalam kesedihan yang menimpa beberapa minggu yang lalu.

Selama itu pula Kiya hanya bisa diam enggan bersuara jika tidak ada hal penting untuk Kiya bicarakan. Mungkin Kiya masih terlarut dalam kesedihannnya pasca ditinggal oleh sahabatnya, atau mungkin ada hal yang masih mengganjal di benak perempuan bermata sipit itu.

Beberapa kali Kiya menghela napasnya dalam sampai membuat beberapa orang dalam satu ruangan yang sama dengan kebingungan.

"Kenapa sayang?" Tanya mama Jeni pelan membuat Kiya mau tak mau menolehkan kepalanya sekilas lalu kembali menatap lurus pada cermin dan menggeleng pelan. "Nggak papa, Kiya cuma capek ma."

Seolah mengerti apa yang dirasakan oleh putri satu-satunya, lantas mama Jeni mengangguk dan mengusap bahu sempit anaknya itu pelan. "It's okay, abis dari sini kamu boleh istirahat. Tapi mama mohon, kita harus keliatan bahagia disini dan sedihnya kita lanjut kalo udah nyampe rumah ya sayang?"

Kiya mengangguk lalu dengan mata yang berkaca-kaca dia menatap bayangan sang mama dari kaca di depannya. "Kenapa Kiya tetep nggak bisa ikhlas ma?"

Mama Jeni kemudian menghela napas panjangnya dan merangkul pundak sempit anak perempuannya. "Pelan-pelan aja sayang, kalo kamu gini terus kasian Rachel disana."

Sedetik selanjutnya air mata Kiya terjun semakin deras membuat beberapa MUA disana ketar-ketir, takut kalo hasil karya mereka akan longsor akibat tangisan brutal putri Cahyadi yang satu ini. "Ngga papa, pelan-pelan aja kamu pasti bisa. Ngga sekarang juga ngga papa sayang..."

"Udah jangan nangis lagi ya? Papa sama yang lain udah nungguin di bawah." Lanjut mama Jeni sembari mengusap pelan air mata anak perempuannya.

Kiya mengangguk menyedot ingusnya yang nyaris keluar bersamaan dengan air matanya. "Okey, karena ini hari menuju hari bahagianya Kara, Kiya harus keliatan baik-baik aja kan ma?"

Mama Jeni mengangguk pelan dengan senyum teduh yang terpasang di wajah mungil beliau. "Betul sekali."

🦋🦋🦋

Di balkon salah satu kamar hotel bintang lima itu Juna tengah terdiam mengamati setiap tetes hujan yang turun dari langit kala itu. Dalam hatinya Juna bingung, sebentar lagi hari bahagianya akan datang, Juna akan melepas masa lajang, tapi Juna selalu ngerasa ada yang kurang.

[i] JODOH WASIAT UTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang