14. Exactly, who is 'Rhino'?

201 32 23
                                    

hi, i'm back! ~

"Tolong bukakan gerbangnya cepat!" teriak lelaki berpakaian perang itu pada beberapa penjaga gerbang Kerajaan di ujung sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tolong bukakan gerbangnya cepat!" teriak lelaki berpakaian perang itu pada beberapa penjaga gerbang Kerajaan di ujung sana.

Tak butuh waktu lama gerbang setinggi 5 meter  lebih itu pun terbuka lebar bersamaan dengan berlalunya kereta kuda yang tengah membawa seorang Pangeran tampan serta manis.

Ia adalah anak bungsu dari penguasa negeri tersebut.

Ardenitte Orpheus.

"Selamat datang, Pangeran." Begitu melihat sosok tinggi menjulang penuh wibawa itu tiba di koridor Kerajaan, para pelayan langsung saja memberinya sapaan hangat.

"Dimana Pangeran Archilles?"

"Pangeran Archilles ada di taman belakang." jawab pelayan itu tanpa mengangkat kepalanya.

Ardenitte mengangguk kecil.

"Oh, ya. Tolong siapkan pakaian gantiku dan beberapa sarapan. Aku tunggu semuanya di kamar."

"Baik, Pangeran."

Setelah mengatakan itu Ardenitte melanjutkan langkah menuju taman belakang. Karena malas melangkah, Ardenitte pun sengaja memakai sihirnya agar segera sampai di tujuan.

Hanya butuh satu kedipan mata. Ardenitte langsung sampai di tempat tujuan.

"Kakak!"

Sosok yang dipanggil Kakak spontan menoleh. Archilles tersenyum lebar saat menyambut kedatangan lelaki itu.

"Kapan kau datang?"

"Barusan. Bagaimana kabarmu?"

"Yah, begitulah. Tidak begitu baik sejujurnya." jawab Archilles dengan raut wajah sedihnya.

"Kenapa? Ada apa?"

Archilles tidak menjawab. Ia hanya mengarahkan arah pandangnya ke suatu arah, menuju ke arah perempuan yang sedang berdiri di tengah-tengah kebun berbunga itu.

"Istrimu, kan? Kenapa dia?"

"Kau tidak menangkap sinyal yang aku beri?"

Ardenitte terdiam. Fokus memperhatikan sosok perempuan di ujung sana. Pandangannya perlahan bergulir menuju Archilles kembali.

"Jangan katakan dia...?"

"Seperti yang kau bayangkan."

"Ya ampun!"

"Bagaimana bisa?!!" sorak Ardenitte heboh.

"Aku saja tidak berani melakukannya!"

"Astaga, kemana rasa malu itu?! Dia benar-benar tidak tahu diri!"

Blood & LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang